Suasana pagi tampak beku ketika pohon waru berguguran deras. Dentingan keramik tak mampu memecah kesunyian yang semakin mencekam.
Di sini, di aula istana sedang terjadi perkumpulan keluarga penguasa Rindu Siwi. Seorang Raja sebagai kepala duduk di paling ujung memimpin acara yang lebih menyerupai rapat kerajaan.
Dan Ratri! Membenci kenyataan ini. Bahwa keluarga hangat yang diharapkan selalu menjadi harapan! Yang entah kapan berwujud!
Ekhem!
"Selir ini baru saja mendengar terjadi sebuah kejadian tidak menyenangkan di timur kota? Benarkah itu, Kangmas?"
Itu Selir Kedua Yang Disukai yang tengah berbicara. Suara angkuh itu! Lalatpun tahu siapa yang tengah ia singgung!
"Kenapa semua terdiam? Adakah yang salah terhadap ucapan Yang Disukai?"
Hening.
Ratri tampak serius mengunyah potongan ayam panggang di piring kualitas terbaik.
Terbaik? Sedang rakyat menggunakan daun?!
"Apa yang mengganggu pemikiranmu, Nimas? Ibu Berharga ini melihatmu kurang bersemangat?"
Suara kekehan terdengar di balik punggung wanita di hadapannya! Sejak kapan meja mereka berhadapan?!
"Aku sepertinya perlu mengajarkan beberapa pola bangsawan padamu, mengingat banyak waktu luang selain membersamai Paduka! Bagaimana jika kita minum teh, Nimas?"
Ratri terkekeh singkat di ujung kunyahan, "Mohon izin, Ibunda Yang Dihormati. Akan lebih menawan jikalau Ibunda berkenan menyapa Diajeng ini"
Ia tanpa sengaja memperjelas kata 'ibunda' dan 'diajeng' di hadapan wanita itu.
Sejak kakak sulungnya berumah tangga dan memimpin kerajaan kecil di sebelah sementara kakak keduanya menghabiskan waktu menjelajah dunia, inilah tempat yang tersisa bagi dirinya.
Harem Kerajaan Rindu Siwi!
Ia baru sadar bahwa situasi baik yang selama ini terjalin hanya sebatas baik! Karena nyatanya di lingkungan ini wanita dengan paras cantik sudah terlalu biasa. Biarkan ia menjelaskan bagaimana kecantikan ibunya, Sang Gusti Ratu Sabdini Yang terkemuka meski usia hampir mencapai kepala empat.
Atau istri selir tinggi, Gusti Dindari Yang Tenang dan Bijak! Terpaut beberapa tahun di bawah ibunya. Mereka jarang berbincang namun pembawaan lembut wanita itu membuat Ratri nyaman bahkan kerap berdiskusi tentang peperangan bersama kala ia masih menjabat!
Yang terakhir, istri paling muda Raja Rindu Siwi, Gusti Narmi Lodiawati yang popular dengan Selir Disukai karena usianya yang terbilang muda!
Ibunya dan Selir Tertinggi kerap bercengkrama juga hampir tak pernah bersitegang, namun istri ketiga siapa yang tak tahu polahnya!
"Baiklah, dengan kerendahan hati. Di kemudian hari mari berbincang"
Ratri tersenyum. Sungkan melebihkan.
"Ah! Kangmas sudah berjanji bersama Istri Tersayang ini, kan?"
Semua tak menghiraukan.
Benar-benar tak menghiraukan!
Beberapa menit berselang, setelah acara keluarga Ratri membiarkan diri menyelinap ke dalam kerumunan warga dan berkeliling di sekitar.
"Tunggu! Lepaskan dia!"
Ratri bergegas menarik wanita dengan tubuh dililit kain yang tengah dikelilingi segerombolan pria!
"Tidakkah kau mengotori wajahmu sendiri dengan menganiaya perempuan lemah?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Historical FictionDia adalah keturunan biru yang membaur dengan rakyat jelata. Wajah menawan, otak cemerlang, jiwa yang kuat, dan rendah hati siapa pria yang mampu menolaknya! Tutur kata begitu lembut namun tegas dan garang memimpin pasukan. Sungguh Jagad Dewa teng...