Raden #25

408 42 4
                                    

Kelamaan tidur jadi sakit seluruh badan.

Kalau kelamaan update?


***

Dua hari telah berlalu saat Bocah Penjaga Kuda itu membuka mata. Ia tidak terluka, tapi entah bagaimana mendapat libur dua hari dari pekerjaannya. Suganda hanya berkata, "Raden Pandji yang memerintahkan."

Maka di sinilah ia berada, duduk di antara rerumputan kering dekat mata air. Saat ini musim panas tetapi air di kolam ini tidak mengering, pun dengan ikan yang aktif bermunculan meski ilalang di sekitar sudah sangat kuning bak terpanggang kering. Penjaga Kuda mengangsurkan tangan menyentuh bayangannya sendiri, terlihat nyata ketika ia ikut berkedip. Turut menoleh saat ia memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri, anehnya dia merasa asing pada bentuk wajah sendiri. Ada kerumitan tak ter jelaskan yang mengaduk-aduk dadanya sedemikian rupa, terlebih saat ia sentuh permukaan airnya. Sialan bahwa ia tak percaya pada bayangannya sendiri.

"Kau yang di sana!" suara muncul dibawa angin.

Seseorang keluar dari semak membawa pedang dengan armor berdarah, ini tampilan tentara yang pulang berburu.

Penjaga Kuda mendongak, "saya?"

"Jangan terus mencelupkan jarimu di sana." Katanya dengan wajah datar.

Penjaga Kuda termenung, kenapa? Dia sudah sering mondar-mandir di sini sejak dua hari lalu, oh, apakah karena ini adalah pemandian untuk petinggi seperti orang yang tengah memperingatinya ini, Raden?

"Ah, maaf Raden. Saya tidak tahu kala--aaaaah! Darahh! Kenapa tanganku berdarah?!!"

Apa?

Kenapa?

Raden meletakkan perlengkapan berburunya begitu saja, jalan menghampiri pemuda yang tengah histeris di sana. Ia mengernyit saat meraih jari tangan lawan bicaranya untuk mencabut sesuatu di balik lelumuran merah itu. Adalah batu putih! Mirip gigi manusia.

"Tenanglah," Raden bingung menghadapi histeria pemuda yang beberapa hari lalu ia temui, tak menyangka ada seorang pria yang begitu berlebihan. Jelas reaksinya lebih parah dari terakhir kali.

Penjaga Kuda mendekati batas kesadaran saat melihat tuannya mengambil belati, "R-Raden, ampun, ampun!"

"Hei tenanglah, saya hanya hendak meminta potongan bajumu yang lebih bersih." Sudah seharian Raden berburu, baju di balik armor terlalu berdebu untuk membebat luka.

"Aduh."

"Tahan sebentar, ini bubuk anti inflamasi."

Rasanya seperti luka ditaburi garam!!!

"Sudah." Katanya di ikatan terakhir

"Te-terima kasih, Raden."

"Pergilah minum air."

Malu-malu, Penjaga Kuda membalas, "saya baik-baik saja." Padahal siapapun tahu tenggorokannya sakit setelah teriakan histeris tadi, dengarkan saja suara seraknya.

Hening.

Keduanya sibuk dengan diri sendiri. Raden terlihat menabur sesuatu di atas air sedangkan Penjaga Kuda menenangkan diri, ia canggung.

"Apa ada sesuatu dengan ikan di situ, Raden?"

Raden menoleh, "yang menancap di tanganmu tadi adalah gigi mereka."

"Me-mereka makan manusia?"

"Tidak, semua daging."

Jadi Raden berburu dengan satu tangan terluka untuk memberi ikan-ikan lucu itu makan? Oh Tuhan, syukurlah dia tidak jadi mandi di sini tadi.

RadenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang