Ingatkan aku kalau ada typo
***
"Kau bangun? Hoi Suganda! Penjaga Kuda ini bangun!"
Samar-samar kebisingan terdengar di kepala Penjaga Kuda. Rasanya pandangan ini masih kabur, badannya lemas, dan perut seperti--keroncongan. Ah, ini memang dia yang melewatkan makan siang!
"Minum air." Suganda membawakannya sebatok air, "bagaimana? Lumayan?"
"Badanku lemas semua," jawab Si Penjaga Kuda itu tak berdaya
"Kowe ki piye, ta? Kok ora ngomong yen durung mangan? Tiwas tak pasrahi njaga Raden, ndadak kowe sing dijaga Raden!"
( kamu gimana sih? Kok engga bilang kalau belum makan? Padahal sudah saya titipkan jaga raden, malah kamu yang dijaga Raden!)
"Kula ten napa, Ki?"
(Saya kenapa, Tuan?)
"Kau pingsan. Belum makan." Jawab tentara lain yang kebetulan masih berada di tenda sedang beristirahat.
"Tidak makan sekali saja pingsan, tempatmu bukan di sini, Ngger!" Sahut yang lain memicu derai tawa menghiasi setiap penjuru tenda. Penjaga Kuda merasakan darah mengalir ke kepalanya, benar-benar malu!
"Lihat badannya, kenapa bisa laki-laku bertubuh lembut sepertimu begitu?"
Suganda menyahut kesal, "hei, Turana! Badanmu dulu tidak lebih baik darinya. Masih mending dia putih, aku masih ingat kulitmu sehitam jelaga dengan tubuh kulit-tulang saja."
Tenda bertambah riuh, "benar. Dia seperti tengkorak hitam!"
"Sialan." Turana duduk di pojokan, tidak mau terlibat lagi. Dia sadar dulu menjadi tentara paling jelek di barak. Untungnya Raden Pandji bersedia memeliharanya sehingga tumbuh menjadi pria yang gagah, walaupun diantara rekan lainnya, dia masih paling jelek juga, sih.
"Sudah mendingan? Makan ketela ini."
Penjaga Kuda menerimanya sambil berusaha duduk bersandar, "terima kasih."
"Lain kali perhatikan kesehatanmu. Beruntung Raden memberitahuku saat kembali ke sana, kau jadi tidak terkena dingin di dalam gua."
"Senior, Raden yang menyelamatkan saya?"
Sambil mengunyah ubi, Suganda menjawab, "Ya, Raden kembali menunggangi Tuan Sembrani dan memperingatkanku kalau kau pingsan."
Penjaga Kuda kaget dan berdiri dengan sedikit pusing, dia menjadi pusat perhatian setelah suara tinggi miliknya bergema, "dimana Raden? Saya ingin menemuinya!"
Seluruh tentara heran, "kenapa dia? Beraninya junior berkata tinggi begitu?"
Penjaga Kuda terlalu bersemangat sehingga lupa sopan santun yang dijaga ketat di barak, tetapi karena sudah terlanjur ya sudah teruskan saja.
Suganda menarik kuat tangannya sehingga pria tanggung itu duduk, "kenapa bersemangat sekali? Raden ada di tenda utama sedang diobati oleh tabib, ku dengar lukanya cukup dalam. Kau diam saja, ingat status kita. Meski Raden Pandji memperlakukan bawahanya tanpa sekat, tetapi kita harus sadar, tidak semudah itu menemui peringgi seperti mereka. Hargai privasi Jenderal dan keluarganya."
Lelaki itu mengangguk, dia memang masih baru di sini ketika ditemukan menyusup di barikade patroli Raden Pandji dekat hutan perbatasan sehingga pembiasaan diri masih harus terus dilakukan.
"Terima kasih, Senior." Katanya menggigit ketela pelan-pelan sambil melihat ke arah tenaga medis yang keluar-masuk tenda utama dengan jumlah yang tidak sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Historical FictionDia adalah keturunan biru yang membaur dengan rakyat jelata. Wajah menawan, otak cemerlang, jiwa yang kuat, dan rendah hati siapa pria yang mampu menolaknya! Tutur kata begitu lembut namun tegas dan garang memimpin pasukan. Sungguh Jagad Dewa teng...