"Saudara?"
"Ah iya!" Ratri membuyarkan pemikirannya, "Maaf, Tuan. Apa yang Tuan katakan?"
"Saya barusan bertanya darimana Anda berasal?"
Ratri teringat sesuatu dan ia sudah sangat terlambat!
"Ah! Tuan, bisakah saya mempercayakan semua ini? Saya memiliki waktu singkat dan harus kembali sebelun besok. Saya sangat berharap pada Anda."
Pria itu berlutut dengan kesungguhan,
"Saya akan berusaha semampu kami. Terima kasih, kami sangat berutang. Di masa depan, mari bertemu dan bekerja sama kembali"
Ratri tersenyum di balik kain yang menutupi wajahnya sedari awal. Ia mengangguk dan bergegas pergi, hatinya sedikit lega. Pertama, menyadari sikap bijaksana Sang Ayah. Dan yang kedua, ada secerca harapan untuk kesembuhan penduduk Dusun Sundul yang sangat berharga.
Sarti tampak gusar menunggu tuannya kembali.
Raja seperti dugaan kembali tiga hari berselang dan itu kemarin. Sedang tuannya masih belum kembali dua hari setelahnya. Ia sedikit bersyukur karena hukuman isolasi yang diterima Si Putri Bungsu Kerajaan sangat membantu dirinya bersandiwara, namun ia khawatir memikirkan kesehatan gadis itu.
"Mbok? Apakah semuanya baik?"
Sarti menangis sesenggukan menyambut gadis itu,
"Duh Gusti! Diajeng sampun wangsul? Alhamdulillah."
(Ya Tuhan! Diajeng sudah kembali?)
"Alhamdulillah, Mbok. Jangan dulu mendekat, aku masih harus mencuci baju di dalam sini. Bisa siapkan air? Lihatlah badanku"
"Diajeng berganti pakaian dari mana?"
"Aku membeli beberapa dari sini. Mereka terkena cacar jadi aku harus berganti terlebih dahulu sebelum sampai perbatasan"
Ratri memang sempat mampir ke kolam belerang di dekat Dusun setelah memastikan membawa air itu kepada penduduk. Ia membersihkan diri di sana, memastikan bibit penyakit tidak ikut serta memasuki kerajaan
"Nggih, nggih!"
(Iya, iya)
Sarti menyeka air matanya buru-buru. Ia mengatur pelayan setia Ratri melayani putri berharga mereka.
Rambut basahnya dikeringkan dan dibiarkan setengah tergerai. Kulit putihnya semakin cemerlang menggunakan kebaya putih yang tak biasa,
"Mbok? Rasanya aku belum pernah melihat kebaya ini?"
Sarti tersipu, pelayan lainnya undur diri membiarkan kepala bagian rumah tangga Sang Putri menjelaskan,
"Raden Sanu mengirimkan kebaya ini dan satu peti penuh kebaya putih lainnya, juga lima puluh gulung kain sutra kualitas kenamaan, Diajeng?"
Dahinya mengkerut,
"Dia yang memberikan?" Ia mendengkus, "Ada apa? Apakah ia membawa maduku yang lain?"
Sarti menatap lebar junjungan asuhnya, Raden Ajeng Kusuma Ratri Kartika Sasmi, putri bungsu kerajaan Rindu Siwi yang dipuji dan dicemooh bersamaan.
"Diajeng? Utusan Dalem memohon menghadap Anda,"
Djiman menginterupsi tangan Ratri untuk menulis. Ia mengangguk
"Salam, Diajeng. Gusti Prabu memanggil Anda ke dalam aula"
Ratri mengernyit tetapi kemudian mengiyakan dan meminta pelayan menyiapkan baju resminya
Hampir dua pekan setelah dekrit dijatuhkan, kini ia kembali di sana. Menjadi tontonan berpasang-pasang mata yang jelas mengucilkan. Ratri tidak peduli! Ia cukup lega melihat ibundanya tetap segar, pun dengan Selir Pertama .
Gong!
Benda bulat berkonde dibunyikan begitu Maharaja datang.
Semua berdiri, kemudian Ratri diarahkan menuju kursi di tengah-tengah. Gadis itu tentu saja heran akan apa yang sebenarnya terjadi
"Persidangan dibuka!"
Ratri mengernyit. Pun dengan abdi selatan, mereka sama sekali tidak tahu
"Pendakwaan praduga, bahwasanya Raden Ajeng Kusuma Ratri Kartika Sasmi melakukan pelanggaran dekrit untuk ke luar dari kediaman-"
Ratri kemudian terdiam. Siapa yang melakukan ini? Pikirannya berputar mencari segala jenis kemungkinan
Tetapi wajahnya tetap anggun. Mengherankan!
Punggawa itu kemudian tetap melanjutkan bacaan terhadap daun lontar di depan wajahnya. Semua orang tertegun dan berdengung di kesempatan yang sama
Gong kembali dibunyikan. Suara riuh rendah tergantikan sunyi. Pandangan Maharaja menelisik lembaran lontar yang ada padanya, hal ini menjadikan dilema
Apabila benar adanya Putri Kerajaan melanggar aturan maka sudah tentu mencoreng keluarga! Tetapi jikalau tidak bagaimana mungkin ada laporan seberat ini?
Narmi tersenyum di tahta. Ia menyukai ini!
Teramat sangat!
Ratri masih terdiam. Ini memungkinkan tuduhan ini benar adanya, dan Ratu risau melihat putrinya
Seorang pemuda berdiri sebagai saksi, kemudian tuduhan semakin kuat. Tidakkah itu berarti Ratri terancam pencabutan gelar dan pengasingan?
Ia benar-benar diam ketika tiba saatnya berbicara. Ratu semakin khawatir pun dengan Selir Pertama dan Paduka Raja
Hingga waktu berlalu semakin lama, gadis itu tidak bergerak
Sarti menggigil. Ia hendak berdiri membela namun pintu megah aula terdorong menampilkan lelaki muda dengan kegagahan sempurna
"Menantu ini menghadap, Paduka Raja!"
Semua orang terkejut sekalipun Ratri sendiri
*
Hai. Cerita ini memang sedikit berat dibanding yang lainAku suka moody buat up tiap episodenya karena ya memang hard juga buat dapat inspirasi and make sure you guys feel as same as the writers feels when write this one
Segitu dulu aja. I just want to tell u that you've an important part here to create this story better and better!
Makasih,
Room's
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Historical FictionDia adalah keturunan biru yang membaur dengan rakyat jelata. Wajah menawan, otak cemerlang, jiwa yang kuat, dan rendah hati siapa pria yang mampu menolaknya! Tutur kata begitu lembut namun tegas dan garang memimpin pasukan. Sungguh Jagad Dewa teng...