October mood! Ambal warsa's vibe!
***
Sanu sedang berpikir keras di dalam ruang kerjanya. Membuka lebar-lebar serat lontar kualitas terbaik dan mulai menggambar pola-pola tertentu di atasnya.
Begitu setengah gambar terbentuk, pena di tangannya melebar ke arah yang salah, dengan desis marah Sanu meremasnya ke lantai.
Dasar! Ulangi lagi!
Durmadi membuka pintu dan terkejut melihat bulatan kertas mengisi segala tempat. Telinganya mendengar goresan bulu pada kertas, kemudian melihat ke depan saat Sang Raja baru saja membuang bulatan baru ke lantai.
"Yang Mulia," Panggilnya
"Ada apa? Jangan ganggu aku." Sanu menjawab ketus tanpa melihat lawan bicaranya
Durmadi masih tersenyum mengangkat gulungan lain di atas nampan bawaannya. Itu gulungan dari istana permaisuri.
"Saya membawa titipan Permaisuri,"
"Permaisuri?" Sanu berhenti, "kenapa diam? Lekas bawa ke mari!"
Insting Durnadi tepat.
Saat membuka gulungannya, Durmadi juga bersuara, "Yang Mulia Permaisuri bermaksud menjalankan Jamuan Rutin dengan mengundang tidak hanya gadis, tetapi juga pemuda dari keluarga bangsawan yang memasuki umur pernikahan. Hal ini sudah disetujui langsung oleh Ibu Suri, Permaisuri juga memperbarui aturan dengan memperluas jangkauan undangan mencapai bangsawan di perbatasan. Pelaksanaannya pada Kamis Pon pekan depan, Yang Mulia."
"Kau bilang apa? Bukankah masalah jamuan ini selalu ditangani Ibuku? Bagaimana ini ada pada Permaisuri?"
Durmadi ingat sesuatu, "Yang Mulia, Ratu Suri sudah menurunkan penunjukan pada Permaisuri sejak proposal Anda diserahkan minggu lalu, urusan harem mulai dipindahkan kepada Permaisuri."
"Tunggu. Ibu menyetujuinya begitu saja?"
"Benar, Yang Mulia. Undangan mulai disebar besok dan saya diminta oleh Permaisuri untuk meminta kesediaan Yang Mulia,"
Dia membiarkanku menikah lagi? Yang benar saja!
"Persiapkan diri, aku akan menemui Ibu."
"Yang Mulia, harap menahan diri. Ibu Suri belum menjadwalkan pertemuan dengan Anda baru-baru ini. Saya khawatir tidak akan ada kesempatan."
"Kau berbicara omong kosong lagi, Durmadi. Aku tuannya di sini, jangan melewati batasan."
Begitulah Sanu mengawali paginya untuk menyusuri lorong demi lorong dengan langkah lebar. Sejujurnya tak habis pikir dengan metode keterlaluan yang ibunya pilih. Sejak kedatangan Ratri, wanita itu semakin memberanikan diri untuk menyerang putranya sendiri. Mulai dari peningkatan pajak upeti tanpa persetujuan, kemudian pemotongan tunjangan Partai Kanan yang selama ini menjadi sumber politik Sanu sehingga ia menjadi sibuk melakukan surat menyurat di minggu terakhir. Ibu Suri rasanya terlalu bersemangat menghancurkan kekuatan putranya di pemerintahan. Sekarang di dalam masalah batiniah, ia melibatkan Ratri. Benar-benar ingin memutus hubungan nya dengan semua orang bahkan istrinya!
"Yang Mulia," Sambut Mbok Wunari kebingungan, "bukankah--"
"Umumkan kedatangan ku,"
"Yang Mulia, Ratu Suri Yang Mulia sedang menerima tamu di halaman saat ini, silakan kembali lagi beberapa saat."
"Ibu terlihat begitu sibuk, apakah itu Pamanku? Kebetulan sekali aku tidak menjumpainya sejak lama. Bukankah ini akan menjadi pertemuan keluarga yang baik, Durmadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden
Historical FictionDia adalah keturunan biru yang membaur dengan rakyat jelata. Wajah menawan, otak cemerlang, jiwa yang kuat, dan rendah hati siapa pria yang mampu menolaknya! Tutur kata begitu lembut namun tegas dan garang memimpin pasukan. Sungguh Jagad Dewa teng...