BAGIAN - 5

243 16 8
                                    

Mengapa waktu begitu cepat berputar? Seina merutuki hari yang sudah berganti menjadi Sabtu. Jadi dapat dipastikan bahwa hari ini adalah hari dimana ia akan mengerjakan tugas bersama Nathan.

“Yaelah, Sei, bibir lo senyum dikit ngapa? Gue liat-liat dari tadi nekuk terus, kayak pantat bebek tau nggak?” kata Aiden yang memerhatikan wajah Seina dari spion.

Seina menggeplak helm yang dipakai cowok itu. Ya, kini mereka berdua sedang berada di atas motor cowok bermulut pedas ini. Kemana lagi jika bukan kerja kelompok, oh, kalo Aiden si sambil ngapel pastinya.

Asu lo!” umpat Seina, mood nya jadi makin jelek dikatain sama Aiden.

“Tapi nih ya, Na. Gue perhatiin kayaknya si Nathan demen deh sama lo.” Aiden mengeraskan suaranya, temen dari oroknya itu kadang-kadang bakal cosplay jadi Haji Bolot kalau di motor begini.

Kali ini Seina menggetok helm milik Aiden dengan sangat keras, membuat sang empu terantuk ke depan. “Lama-lama gue giling tuh mulut lo, Den!”

•••

Seina turun dari motor Aiden, ia menatap rumah milik Nathan, cukup besar dan di sampingnya ada klinik. “Bener yang ini?” tanyanya memastikan.

“Iya, Seinaaa,” jawab Aiden, sembari kedua tangannya membantu melepaskan helm dari kepala Seina. Dan tak lupa merapikan rambut gadis itu yang sedikit berantakan.

“Kalau udah selesai telpon gue, ya? Gue ke rumah Dara dulu,” pamit Aiden sambil menepuk-nepuk puncuk kepala Seina.

Seina mengangguk, setelah motor Aiden sudah hilang dari pandangannya, gadis itu berbalik dan menekan bel yang berada di samping pagar putih tinggi itu.

Tidak menunggu lama, ada seorang gadis sekitar 14 tahun yang membukakan pagar tersebut, sangat imut dengan rambut panjangnya yang dikepang. Mungkin ini adik nya Nathan, pikir Seina.

“Kak Seina, ya?” Pertanyaan dari gadis itu diangguki Seina, “Yaudah, ayo masuk, Kak.”

Merasa suasana sangat canggung, Seina yang memang introvert entah mengapa ingin sekali menyapa gadis di sampingnya ini. Jujur saja, dia sangat lucu, sudah lama Seina ingin memiliki adik, tetapi masalah keluarganya membuat keinginannya mungkin tak akan pernah terkabul.

“Nama kamu siapa?” Entah keberanian darimana Seina bisa mengatakan hal seperti itu kepada orang asing.

Gadis itu seketika tersenyum, menampilkan giginya yang rata, dan lagi, bukan hanya bibirnya yang tersenyum, tapi matanya juga ikutan. Lucu banget.

“Nama aku Divani, Kak. Panggil aja Diva, adek nya Bang Nathan, anak ketiga dari Pak Agung sama Bu Muthu!” jawab Diva begitu antusias.

“Bu Muthu?” Kedua alis Seina mengkerut, masa sih nama Mama nya Nathan seperti karakter di kartun si botak.

Tak terasa, ternyata obrolan kecil dirinya dengan Diva membuat waktu begitu singkat, kini Seina malah sudah berada di dalam ruang tamu.

“Ck, Divaaa.”

Ketika mendengar suara Abang nya menginterupsi, Diva langsung terkekeh kecil lalu bergelayut manja di lengan kiri Nathan, lalu berbisik, “Kak Seina cantik banget Bang, nggak cocok sama lo.”

Nathan langsung melotot, dan hal itu membuat Diva ngibrit ke kamarnya, “Awas lo kalo ada PR, ogah gue jokiin!”

Seina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kakak beradik itu, kelihatannya punya kakak laki-laki itu sangat menyenangkan.

Ketua Kelas [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang