BAGIAN - 30

206 9 2
                                    

•••

Hampir saja Dara kembali mempermalukan dirinya sendiri karena hendak menyambut uluran tangan Seina.

Kenapa ia bisa begitu percaya diri akan dibantu oleh Seina yang merendahkan tubuhnya sambil mengulurkan tangan. Padahal gadis kejam itu akan meraih formulirnya yang tergeletak.

“Kemah? Lo ikut gak?” tanya Seina dibalas ekspresi penuh pertimbangan dari Freya.

Keduanya bertemu di kantin, bahkan ketika ada pengumumanpun mereka sama sekali tidak beranjak dari duduknya untuk ke lapangan. Bahkan baru sekarang memiliki niat masuk kelas.

Seina menaikan satu alis melihat Dara yang baru berdiri kelihatan takut-takut tapi berusaha menatap kedua bola mata hitamnya.

“Sei, makasih, ya.” Ucapan begitu lugu dari Dara berhasil membuat Seina tergelak.

“Gak salah? Gue bukan orang yang pantes dapet ucapan itu dari mulut lo, Aldara. Jadi sekarang mending lo pergi dari hadapan gue. Sebelum t-rex ini mood nya anjlok liat muka lo kelamaan.”

Dara membalas dengan anggukan, meskipun sedikit terpincang-pincang akibat lututnya yang terasa ngilu ia menuruti maunya Seina. Selama ini ia sudah menyusahkan gadis itu, ia tidak ingin membuat Seina semakin menaruh rasa benci padanya.

“Tumben, kesambet apa lo?” Freya menyenggol bahu Seina dengan cengiran lebar.

“Dih, sok bener ngomong gitu, kayak kenal gue aja,” balas Seina sedikit judes namun senyumnya yang terus mengembang tak bisa ia tahan. “Tapi hari ini emang gue punya kabar bagus sih.”

“Apa?”

Seina menatap lurus lorong yang tidak sepi-sepi banget dengan sorot mata yang nampak begitu berbinar, tak biasanya. Bahkan kerutan di wajahnya sedikit berkurang karena senyum tipis terukir di wajahnya.

Dirinya masih ngambek dengan Aiden, jadi tidak ada masalah apabila Freya si teman satu perjuangannya yang pertama kali mendengar berita bahagia ini.

“Lo tau? Papa lebih milih gue sama Mama dibanding pelayan gak tau diri itu. Jadi buat apa lagi gue gangguin dia?”

“Serius nih? Berarti lo gak masalah dong, dia deket lagi sama Aiden?”

•••

Di karenakan rapat di sekolah tidak selesai dan belum mendapat titik temu mengenai kemah yang akan segera berlangsung, Ilham, beberapa anggota osis dan MPK melanjutkannya di luar sekolah. Seperti di rumah ketua osis itu sendiri.

Malam yang semakin larut membuat beberapa di antara mereka pulang ke rumah masing-masing, tetapi beberapa ada juga yang menginap seperti Nathan. Di saat para teman organisasinya yang cowok sudah pada terlelap, Nathan sendiri masih terjaga dan memikirkan skenarionya.

“Ini gue udah kayak maling tapi belum dilirik juga, gue nikahin lo lama-lama lo, Sei. Liat aja,” gumam Nathan mencebik sambil meraih ponsel Ilham yang tersimpan di atas meja.

Di dalam gelapnya kamar yang hanya diterangi oleh lampu tidur membuat Nathan sedikit mencerahkan layar ponsel Ilham dan menjadikannya mode silent. Ia tidak ingin Ilham bangun dan memergokinya hanya karena ada SMS dari telkomsel, bukan ayang. Sama kayak yang nulis.

Rasanya jantung Nathan seperti akan copot akibat rasa deg-degan yang tak kunjung hilang. Sudah dua kali ia salah memasukkan password, Nathan benar-benar bingung sekarang. Ilham tidak menggunakan tanggal lahir ternyata.

Ketua Kelas [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang