Kosong, itulah yang Aiden rasakan saat ini. Baru kali ini bendahara itu tidak menagih uang kas kepada teman sekelasnya. Katakan saja bila ia tidak profesional.
Cowok yang memandang lapangan basket dari atas rooftop itu mengembuskan nafas panjang. Sekarang sudah waktunya istirahat, artinya ia sudah menghabiskan sekitar 3 jam tanpa belajar.
Seina ataupun Dara sudah pulang, tentu saja Aiden begitu khawatir untuk keduanya.
Ia tidak bisa membayangkan apa yang dilakukan oleh Dito nantinya kepada sahabatnya itu. Dito dulu memang begitu penyayang, tetapi tidak dengan sekarang yang keras dan tak jarang main tangan kepada Seina. Bahkan terakhir cewek itu diberi tamparan.
Lalu bagaimana dengan Dara nantinya? Pastinya cewek yang disukai oleh Aiden itu akan mendapatkan cemoohan dari lingkungan sekitarnya. Itu adalah sanksi masyarakat yang akan diterima Dara akibat perbuatan ibu nya sendiri.
Jika begini, bagaimana dengan perjuangan pdktnya selama ini? Jika dilanjutkan sama saja dengan membunuh Seina.
Aiden mengacak rambutnya kesal setengah mati dengan semua pikiran dan kedilemaannya.
"Aghhh, kenapa harus lo sih?!" teriak Aiden geram sambil menendang kursi reot di dekatnya.
"Cih, bucin!"
Sontak Aiden membalikkan badan melihat makhluk yang tak sopannya mengganggu kegiatannya.
Bendahara bermulut pedas itu berdecih melihat Nathan yang tak jauh dari dirinya memasang tampang meledek. Padahal bukan rahasia umum jika ketua kelas MIPA 2 satu ini menyukai queen troble maker. Belum dikonfirmasi doang.
Nathan mendekat dan berdiri di samping Aiden, menunduk melihat ke bawah di mana beberapa adik kelas yang tengah bermain basket di jam istirahat hari ini. "Ngapain di sini? Biasanya juga ngomelin si Haikal."
"Lah, lo sendiri?" balas Aiden mendelik.
"Lo suka sama Aldara?" Tak ada angin tak ada hujan, Nathan langsung melontarkan pertanyaan yang membuat Aiden benci mendengarnya.
"Bukan urusan lo."
Nathan hanya tersenyum kecil. Ia senang karena sepertinya tidak ada kata friendzone di dalam pertemanan Aiden dan Seina.
"Hh, pasti lagi bingung kan?"
Diamnya Aiden seolah mengiyakan pertanyaan Nathan kali ini. Ya, Nathan paham bagaimana sulitnya Aiden jika diberi pilihan seperti ini.
"Gue netral."
Apa yang diucapkan Aiden mengundang tawa kecil dari Nathan yang membuat Aiden sendiri bingung, apa yang lucu?
"Lo netral apa maruk anjir? Lo itu bukan mau netral, tapi pengen milikin dua-duanya kan? Kalo gitu mereka berdua yang gak mau sama lo—"
"Meskipun lo udah tua bangka, tapi masih nonton Upin Ipin kan? Harusnya lo dengerin kata kak Ros, tamak selalu rugi," lanjut Nathan mengingat salah satu episode si botak yang pernah ia tonton bersama Diva.
Aiden seketika menunduk. Apa yang dikatakan Nathan benar, ia takut untuk kehilangan keduanya. Ia bukannya ingin egois, tetapi Seina ataupun Dara sama pentingnya bagi dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/290447304-288-k143238.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas [On Going]
Teen Fiction[STORY 3] ______ Dihadangkan dengan sebuah pengkhianatan dari orang yang selalu dianggapnya pahlawan membuat rasa kepercayaan Jehanne Akseina rusak porak-poranda. Sikapnya yang manis langsung berubah kilat sejak memasuki bangku Sekolah Menengah Atas...