•••
“Awas lo sekali-kali gitu lagi.” Aiden menatap Seina serius.
“Kenapa? Gak suka camer kesayangannya gue gituin?” tanya Seina keluar dari topik.
“Lo nggak inget, Yen? Yang nyuruh dan semangatin gue cari tau cewek yang jadi selingkuhan Papa gue siapa coba? Lo kan? Terus gue juga kan udah janji bakal pelintir idungnya sampe jadi Pinocchio. Jadi gak usah ceramahin gue kayak pak ustadz.”
Malam ini kemungkinan Renata tak akan pulang karena ada acara keluarga di rumah orang tua Dito. Pengennya ikut sih, tapi takut diomelin semua orang. Dan untungnya Opa Arthur tercinta tidak menyuruh cucunya untuk datang.
Jadilah keluarga Aiden yang baiknya minta tulung begitu peka memberi asupan pada cacing di perutnya.
“Bukan gituuuu, lo emang gak takut diskors atau dikasih hukuman lebih parah? Kalo video itu kesebar kemana-mana kasian nama sekolah jadi jelek, Seinaa,” ungkap Aiden yang ada benarnya.
Tapi Seina lagi-lagi hanya mengangkat bahu cuek, sama sekali tidak takut atau ada keinginan untuk mengiyakan kata-kata Aiden meskipun untuk formalitas saja. Agar cowok itu berhenti menasehatinya. Tetapi tak ia lakukan.
“Bodo, gak ada yang berani do gue juga,” katanya begitu enteng.
Aiden geleng-geleng kepala dan memilih menyandarkan punggungnya pada kaki sofa. Lebih baik pandangannya menonton dari pada harus meladeni Seina yang 11 12 dengannya.
Ada saja jawaban gadis itu yang membuatnya bungkam. Kadang aneh sendiri kenapa dari orok ia masih bisa tahan dengan gadis ini.
“Ayen, gue mau nanya deh,” celetuk Seina meletakkan tulang ayam, memecah keheningan beberapa saat di antara mereka.
Aiden membalas dengan alis yang terangkat satu, ia mulai menikmati tontonannya sekarang.
“Kalo disuruh pilih, lo bakal pilih gue apa anak pelakor itu?” tanya Seina begitu entengnya, membuat Aiden menoleh dan memusatkan perhatiannya pada dirinya. Persetan dengan tv.
“Pertanyaan bodoh apa tuh? Udah tau jawabannya pake nanya. Makanya gak usah bolos terus, udah tau punya otak kecil sok-sok an,” balasnya tak lupa dengan ucapan boncabenya.
Seina sih yang sudah terbiasa mendengar hal seperti itu mana ada ambil hati. Ia malah meneguk habis minumnya ketika makanan di piringnya juga sudah berpindah tempat ke perutnya.
“Gak tau, makanya gue tanya. Lo tinggal jawab juga bertele-tele amat.”
Bibir Aiden terangkat ingin sekali merapalkan sumpah serapah. Seina dengan Nathan sepertinya memang jodoh, kenapa juga harus menanyakan pertanyaan yang sama?
“Pasti Dara yekan? Ugh, tega lo!” katanya dengan nada candaan, tetapi Aiden dapat merasakan atmosfer di antara keduanya berubah menjadi serius.
Dengan muka yang masih lempeng-lempeng saja, Aiden menarik tubuh Seina mendekat agar memudahkan dirinya untuk merangkul gadis bawel ini.
“Gue kira karena kita udah kenal lama, lo beneran kenal sama gue, Na.” Dalam rangkulan Aiden, Seina menatapnya bingung.
“Jadi?”
Tak tahan dengan otak lemot Seina, Aiden malah menjawel hidung gadis itu sebal hingga sang empu meringis mengaduh.
“Gue minta maaf kalo kata-kata gue ada yang bikin lo gak enak hati. Tapi lo emang udah tau kan, gue emang suka sama Dara? Gue gak akan denial soal itu.” Aiden mulai merangkai kata-katanya, memandang lurus pada siaran tv dengan tatapan tak minat lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/290447304-288-k143238.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas [On Going]
Teen Fiction[STORY 3] ______ Dihadangkan dengan sebuah pengkhianatan dari orang yang selalu dianggapnya pahlawan membuat rasa kepercayaan Jehanne Akseina rusak porak-poranda. Sikapnya yang manis langsung berubah kilat sejak memasuki bangku Sekolah Menengah Atas...