Dengan gerakkan cepat dan gusar, Aiden meletakkan buku paket yang dibawanya ke rak buku. Dengan cepat pula ia membalikkan badan, ingin segera pergi dan lari dari sekitar Dara. Jujur saja, ia tidak bisa menahan diri untuk saat ini.
“Aiden!” Dara memanggil Aiden pelan sembari berlari kecil mengejar langkah Aiden yang nampak buru-buru itu.
Jangan dengerin Den, anggep aja itu Haikal yang banyak kecot.
“Aiden tunggu!”
“AIDEN!”
Karena tidak kuat didiamkan seperti ini, Dara seketika melepaskan suaranya yang nyaring serta mencengkram pergelangan tangan Aiden.
Tentu orang yang sedari tadi ia panggil tersebut menoleh seketika dengan tatapan tak sukanya.
“Masih lancar baca kan?” ujarnya pedas sembari menunjuk secarik kertas yang ditempel pada tembok yang berisi dilarang berisik.
Perlahan cengkraman Dara yang tidak seberapa itu mengendur tak kala Aiden menatapnya tajam.
“Lo kenapa?” tanyanya dengan bergetar.
Sungguh pertanyaan retoris, Dara tentu tau jawabannya tetapi tetap mengatakan hal tersebut. Ia benar-benar tidak bisa diperlakukan sama dengan orang lain oleh Aiden. Jika kata orang Aiden tipikal orang apatis, tapi Dara tidak pernah merasakan hal itu kecuali hari ini.
“Lo pernah baca gak, quotes yang bunyinya lebih baik diem daripada ngucapin hal yang buruk?”
Tidak, ini bukan Aiden yang selama ini berada di samping Dara. “Jadi... Lo cuma bisa liat hal buruk di dalam diri gue sekarang?”
“Anggep aja gitu,” jawabnya singkat. Meninggalkan gadis itu dengan sejuta rasa sakit yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
•••
“Kamu ini bagaimana sih jadi seorang ibu? Kalau tidak mampu mendidik satu orang anak saja, biarkan saya yang rawat Akseina mulai sekarang.”
“Ibu kok gitu sih? Mas Dito juga ayahnya Seina, jadi kenapa cuma aku yang diceramahin gini? Kalau tau Seina bakal kayak gini, aku juga gak pernah mau ngelahirin anak kayak dia. Ibu kalau mau urus anak itu ya silakan!”
Tyrannosaurus Rex adalah dinosaurus yang paling galak dan ganas. Jenis dinosaurus satu itu adalah panggilan yang selalu tersemat untuk seorang Seina.
Tetapi mana tau mereka di luar sana yang memanggilnya seperti itu jika gadis yang biasanya sangar dan pemarah itu kini tengah terduduk memeluk kedua lututnya. Memandangi foto keluarga kecilnya ketika ia baru saja masuk ke taman kanak-kanak.
Dengan cepat ia mengusap setiap tetes demi tetes air matanya yang seperti tak pernah surut hari ini. Ia memeluk majalah yang menampilkan sosok Renata Iravati muda yang masih menjalani karir menjadi seorang model suatu produk kecantikan.
“Kalau tau Seina bakal kayak gini, aku juga gak pernah mau ngelahirin anak kayak dia.”
“Seina sayang sama Mama tau...” ucapnya gemetaran, kini ia membiarkan air matanya luruh. Sekali-kali menangis bukanlah hal yang salah kan?
Kedua mata Seina menatap langit-langit kamarnya yang mengabur karena kedua bola matanya tergenang air terus-menerus. Seina bingung, Seina tidak tau, dan Seina juga kecewa.
![](https://img.wattpad.com/cover/290447304-288-k143238.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketua Kelas [On Going]
Teen Fiction[STORY 3] ______ Dihadangkan dengan sebuah pengkhianatan dari orang yang selalu dianggapnya pahlawan membuat rasa kepercayaan Jehanne Akseina rusak porak-poranda. Sikapnya yang manis langsung berubah kilat sejak memasuki bangku Sekolah Menengah Atas...