BAGIAN - 41

149 6 0
                                    

•••

Karisa merasa begitu puas, jika di dunia ini ada kosakata yang lebih indah dari cantik mungkin akan ia lontarkan terus menerus pada Dara. Ia tidak menyangka apabila gadis itu akan melebihi ekspektasinya seperti ini. Ia juga merasa tidak percaya apabila Dara benar-benar bisa mempengaruhi Seina hingga bisa leluasa ketika hendak memoles wajahnya sampai secantik ini. Karisa benar-benar merasa bahwa ini adalah hari keberuntungannya.

Untuk langkah terakhir ia akan menyemprotkan setting spray untuk menjaga make-up Dara agar lebih tahan lama dan tidak khawatir akan luntur oleh keringat.

"Kar, nanti dulu," cegah Dara ketika Karisa hampir saja akan menyemprotkan cairan itu padanya.

"Kenapa, Dar?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Karisa, Dara malah menoleh ke arah Seina yang tengah bersandar pada meja rias dan mengamati wajah dirinya begitu serius. Eyeliner berwarna merah terus ia mainkan di tangan kanannya seperti sedang mempertimbangkan suatu hal.

"Gue boleh tambahin sesuatu, gak?" cetus Seina setelah lama diam di tempatnya.

"Sure. Lakuin apapun yang lo mau, Sei. We're trust you," jawab Karisa nampak begitu enteng, tidak menaruh curiga atau keraguan sama sekali.

Wakil ketua kelas itu tak mampu menyembunyikan senyumnya yang merekah melihat bagaimana tingkah Seina yang nampak malu-malu sekaligus kebingungan setelah mendengar penuturannya barusan. Karisa tidak tau pasti, tapi reaksi tubuh Seina kini mulai menghangat dan lebih mudah untuk berbaur.

Atmosfir antara ketiganya tidak secanggung yang ia bayangkan sebelumnya. Meskipun masalah ini cukup rumit untuk diatasi, Karisa harap kedekatan mereka hari ini bisa memperbaiki sedikit demi sedikit sesuatu yang rusak itu.

Aiden kalah jauh dengan sahabatnya apabila soal membuat jantung Dara ingin melompat dari tempat yang seharusnya. Sedari tadi ia berusaha sok-sokan untuk tidak berperilaku aneh setiap Seina beberapa kali berpapasan dengan tatapan matanya.

Wajah Dara rasanya membeku setengah mati saat merasakan ujung eyeliner yang dibawa Seina mulai menyapu pipinya bergerak membentuk sesuatu. Seina tidak salah, ia sendiri yang mengatakan bahwa dirinya adalah kanvas.

Tengah bergelut dengan hatinya sendiri Dara tiba-tiba kembali terlempar pada perasaan bersalah ketika melihat dengan lamat-lamat bagian wajah Seina, mulai dari kening hingga dagu. Mata yang biasa menodongnya seperti sebilah pisau serta mulut yang selalu melontarkan penghinaan untuk dirinya. Kini hanya bisa terdiam dengan lempeng tanpa melakukan apapun.

Berusaha menguasai diri untuk berinteraksi dengan orang yang paling tidak disukai lebih dari apapun tanpa memaki-maki? Dara tau, ini adalah hal yang paling susah untuk dilakukan Jehanne Akseina. Tetapi gadis itu mampu. Dan hal itu yang membuatnya semakin dihantui perasaan takut akan bersalahnya.

"Omg, look in the mirror, Daraa," jerit Karisa membuyarkan potongan pikirannya.

Setelah Karisa membuatnya kepo, Seina dengan peka langsung menyingkir dari hadapannya dan memilih untuk berdiri di belakang Dara. Memudahkan dirinya untuk melihat cermin.

Mawar.

Hal pertama yang Dara lihat setelah ia sedikit memalingkan wajah untuk melihat mahakarya apa yang diciptakan Seina pada salah satu pipinya.

Ketua Kelas [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang