BAGIAN - 20

210 14 0
                                    

Selamat Natal bagi yang merayakan!🎅🌲

Dapet salam dari Seina Karisa><
art by me

Dapet salam dari Seina Karisa><art by me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

“Itu, di belakang Kak Seina.” Nina menunjuk menggunakan ibu jari ke arah Seina, ah tepatnya seseorang di belakang gadis itu.

Mengerutkan alis, dengan cepat Seina menoleh ke arah belakang melihat seseorang yang ditunjuk oleh Nina. Dengan seragam kafe, ia memegang senampan gelas kosong layaknya seorang pelayan biasa.

Benar kata Nathan. Wanita itu memang pernah datang beberapa bulan lalu, mengambil raport semester ganjil di akhir tahun kemarin.

Dan ini semua menjelaskan bahwa memang benar bahwa wanita yang paling ia benci lebih dari apapun itu adalah orang yang melahirkan gadis yang sebenarnya tak ingin ia benci, Dara.

Seina bangkit dari kursinya dan meninggalkan Nina dari tempat kasir lalu menghampiri Saras yang hanya diam mematung.

Wanita yang masih awet muda diakhir usia kepala tiga itu meneguk ludah susah payah mendapati darah daging Ardito tengah menatapnya begitu merendahkan.

Oh ayolah, apakah ketika Dito mengencani wanita dengan penampilan yang jauh dibanding Mama nya itu dalam kondisi mata tertutup?

Bagaimana bisa wanita yang mendapatkan penghasilan dari ayah dan ibu mertua Renata ini malah menggeser posisi Mama nya. Bahkan kucing di rumah Seina lebih tau diri dibanding Saras.

Senyum Seina mengembang saat memandang wajah Saras dari jarak dekat. Dengan ekspresi ceria yang sangat tidak tulus tercetak di wajah Seina ketika mengambil alih nampan di tangan Saras.

“Ululu, pacarnya Ardito gak boleh capek-capek, dong. Masa mau jadi nyonya malah kayak babu gini?” ujarnya begitu sinus tetapi diucapkan dengan begitu tenang tenang.

Seina meletakkan nampan itu di meja dan membawa Saras, mempersilakan wanita yang keringat dingin itu untuk duduk. Saras tidak pernah membayangkan bertemu dengan Seina di saat dirinya tak memiliki persiapan terlebih dulu.

Wanita itu bingung harus bersikap dan berbicara apa untuk mencairkan suasana. Salah satu cara agar hubungannya diterima adalah memenangkan hati Seina.

“Lho, kenapa liatin saya gitu banget si, Tante? Kok kayak takut, Seina kan gak gigit,” ucapnya sok sedih dan membuat Saras menggeleng cepat. “Paling cuma nonjok,” lanjut Seina.

Tak mau membuang-buang waktu lagi, Seina membuka tas kecilnya dan mengambil satu amplop cokelat yang lumayan tebal. Jangan tanya ia merampok Renata atau Dito. Karena ini adalah sebagian dari tabungannya dari kecil.

Ia meletakkan benda itu tepat di hadapan Saras yang kebingungan. “Tante, Seina sekarang lagi gak mau berantem. Jadi, ambil uang ini, resign dari kerjaan Tante sekarang, tinggalin kota ini dan jangan lupa. Tinggalin Papa Seina. Kalo kurang Tante bilang aja, nanti Seina tf lagi.”

Ketua Kelas [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang