Dhanu
"Bagus ini atau ini?" Dia nunjukin dua jenis perona bibir, dengan merk yang sama, bentuk yang sama dan warna yang sama. Gue gak tahu dimana bedanya kedua jenis alat perona bibir itu entah karena mata gue yang emang salah karena gak pakai kacamata atau emang pada dasarnya cuma perempuan yang tahu letak perbedaan dari dua jenis lip lip an itu.
Gue menunjuk ke arah nakas, tepatnya ke arah kacamat gue diletakkan. Siapa tahu beda bentuknya pas gue pakai kacamata kan, kalau gak jawab dia bilang gue gak peka sama kesusahan cewek.
Erin beneran ngambilin kacamata berlensa minus empat setengah di kedua sisi itu. Gue sebenernya gak bisa lepas dari benda ini, karena penglihatan gue separah itu dan gue gak bisa pakai soft lens karena punya masalah mata kering dari kecil yang malah bahaya kalau pakai kontak lens. Dengan segera gue langsung memakainya dan mengambil dua barang yang tadi Erin tanyakan.
Sampai beberapa detik gue masih mencari dimana letak perbedaannyya dan langkah terakhir gue coba olesin dua warna itu di pergelangan tangan gue. Seperti yang Erin sering lakukan kalau lagi review alat make up untuk konten youtube nya. Benar saja, keduanya punya warna yang agak berbeda. Satu lagi lebih cerah beberapa tingkat dan menurut gue ini cocok untuk tampilan naturan sedangkan Erin sekarang mau pergi ke kondangan orang dan menurut gue lebih cocok yang agak lebih nyala lagi warnanya.
Keren juga gue bisa paham gini-ginian, efek keseringan dengerin Erin ngoceh bikin video tutorial make up selama bertahun-tahun. "Ini, warnanya lebih kuat dan kayaknya cocok untuk acara sekarang." Ujar gue sambil berjalan keluar, berniat untuk bersihin pergelangan tangan yang dinodai warna merah muda lip lip annya Erin.
Sialnya, waktu gue cuci sekalipun pakai sabun noda nya gak mau hilang di tangan. Ini gimana ceritanya?!
"Rin lip-lip an di tangannya gak mau ilang!" Panggil gue yang masih sibuk membersihkan kekacauan yang gue buat di tangan sendiri.
"Siapa suruh main ngacir aja keluar? Kan gue belum bilang kalau ini waterproof, harus pakai cairan khusus buat ngilanginnya. Sini..."
Erin matiin keran dan langsung narik tangan gue untuk mengarah padanya, dia langsung ngusap tangan gue pakai tisue yang dia bawa dari kamar. Tisue nya basah dan baunya kayak alkohol, tapi juga keliatan agak licin di tangan kayak jatuhnya rada berminyak. Ajaibnya noda di tangan gue langsung hilang sekali usapan, tapi pas diliat lagi tangan gue udah merah bukan karena noda lip-lip an tadi melainkan akibat dari usapan gue ke tangan yang terlalu kasar.
"Merah kan tangannya, mau pergi juga. Nanti dikiranya gue KDRT ke lo," Dengus Erin, dia udah rapih banget siap berangkat ke pesta orang walau gue juga tapi ini acara pertama kita berdua sebagai pasangan bukan lagi temen kayak sebelum-sebelumnya.
Gue langsung menyambar jaket kulit yang sudah tersampir di kepala sofa dan gak lupa sama kunci motor di depan TV. Sorry Rin, untuk sekarang gue masih bawa lo make motor kemana-mana. "Mau naik taksi online aja apa gimana?" Tanya gue padanya saat dia udah selesai ngunci gerbang rumah. Erin hanya menjawab dengan gelengan sambil menarik helm nya dari depan gue. Istri gue udah cantik-cantik begini kalau kena angin jalan apa gak berabe make up nya?
"Istri gue udah cantik begini, kena angin jalan apa gak ya kena panas nanti rusak make up nya gimana?"
"Enggak, gue tahu produk apa yang gue pakai jadi gak usah takut oke. Udah ayo berangkat, tapi nanti pulangnya mampir ke rumah makan ya..."
Gue tersenyum kemudian menutup kaca helm gue sambil bersiap untuk melajukan motor setelah Erin naik.
Erin
Cantik, satu kata yang tadi keluar dari mulut Dhanu sebenernya buat gue senang bukan main. Gue akui dia gak pernah ngatain gue jelek, tapi untuk bilang kalau gue cantik ini pertama kalinya untuk Dhanu setelah bertahun-tahun di luar ejekannya seperti 'Udah cantik kalau marah-marah nanti berubah jadi mak lampir' atau 'Jangan cantik-cantik nanti mantan ke pincut gue yang ribet.' gak jauh dari perkataan kayak gitu makanya dari dulu gue gak pernah baper kalau ada kata cantik keluar dari mulutnya.
Tapi entah kenapa sekarang kata-kata itu aja mampu buat gue senyum-senyum sendiri di balik helm.
"Nu, gue cantik?" Tanya gue saat kita ketemu sama lampu merah. Gak tahu dia denger atau enggak tapi dia gak jawab pertanyaan gue kali ini. Tapi kayaknya dia gak denger karena suara knalpot kendaraan jauh lebih keras dibanding suara gue.
"Apaan Rin?" Tanya Dhanu dengan nada yang agak dikencangkan, kayaknya emang gak denger. Gak jadi nanya lah, malu gue.
"Enggak, ini kita nyampe masih lama?"
"Sepuluh sampai lima belas menit lagi." Jawabnya masih dengan nada yang sama.
Benar kata Dhanu, sekitar sepuluh menitan kita sampai di salah satu gedung pertemuan tempat dimana salah satu teman gue dan dia mengadakan pesta. Dia langsung ngelepas helm nya dan benerin tatanan rambutnya, begitupula dengan gue yang juga langsung kembali menyisir rambut gue dengan jari.
"Ayo," Ajak Dhanu, dia mengulurkan tangannya dan dengan senang hati gue menerima uluran tangan itu. Dengan senyum yang sama sekali gak hilang kami berjalan masuk sambil menautkan tangan satu sama lain.
Ah tiga minggu yang lalu gue masih ingat gue yang ada di depan sana, masih segar banget dipikiran gue rasanya hari paling melelahkan itu dan hari paling plot twist yang ada di hidup gue karena orang yang menemani gue berdiri di sana adalah Dhanu bukan orang lain. Gue menatap Dhanu yang arah pandangnya sudah kemana-mana, mungkin dia nyari tiga temannya yang lain.
Alias Juan, Hansel, Aji. K4 kalau kata gue karena mereka berempat adalah empat manusia konyol yang disatukan dalam satu circle dan bertahan lama banget yaitu dari mereka SMP. Satu di antaranya adalah mantan gue, Juan tapi kita jadi mantan konyol karena seolah-olah gak pernah pacaran saking akurnya sampai sekarang dan satu lagi alias Dhanu adalah suami gue. Emang kayaknya life circle gue gak jauh-jauh dari mereka berempat. Dhanu suami sekaligus sahabat gue, Juan mantan gue, Hansel temen se fandom gue, dan Aji mantan calon ipar gue sekaligus mentor gue waktu ngerjain UN SMA karena kita satu jurusan.
"Tania sama Axell cocok banget gak si Nu, padahal mereka dijodohin."
"Iya, jodoh gak ada yang tahu lo inget kita juga punya pengalaman sama siapa-siapa tapi ujung-ujungnya nikah sama lo lo juga."
"Otw jadi ontie gak si ini, Nu. Keliatannya Axell sayang banget sama Tan bisa sebulan dapet kabar kalau baby Tansel on the way."
"Kita dulu gak si Rin harusnya?" Gue melirik ke arahnya dengan niat yang sengaja mengejek. "Gue si ayo, kapan? Nanti?" Jawab gue enteng, godain Dhanu tuh seru tahu. Liat tuh kupingnya langsung merah gara-gara salting.
Tapi serius Nu, lo nunggu apa lagi? Kalau orangtua curiga lo mau jawab apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAPTASI
RandomSimpelnya ini kisah ringan perjalanan Dhanu Erin setelah berganti status dari sahabat jadi pasutri. Perjalanan mereka dalam beradaptasi menerima status baru masing-masing yang terasa masih sangat canggung dan segan kepada satu sama lain. - Sequel T...