Erin
Sial gue gak bisa tidur.
Tangan gue tremor bukan main karena mimpi buruk tadi, AC nyala tapi gue ngerasa keringet dingin gak berhenti ngalir di kening gue. Kenapa mimpi buruk gak gampang gue lupain kayak mimpi-mimpi yang lain. Kenapa otak gue masih memutar memori alam bawah sadar gue tadi dan kenapa gue bisa mimpi kayak gitu. Gue menoleh ke arah Dhanu yang masih tidur dengan nyaman sambil memunggungi gue.
Gue gak bisa bangunin dia cuma karena gue kedapetan mimpi buruk dan gak bisa tidur. Akhirnya gue milih untuk beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar, berniat ambil minum di dapur karena mungkin setelah itu gue bisa lebih tenang.
Setelah ngambil air gue duduk di kursi yang digunakan untuk makan dimeja. Gue masih terbayang mimpi tadi. Mimpi yang beneran aneh.
Di mimpi itu gue melihat diri gue gak bisa di kontrol bahkan gue lihat Dhanu dengan ekspresi yang penuh amarah melihat ke arah gue sambil menyembunyikan anak kecil di belakangnya. Gak banyak kalimat yang gue ingat, hanya satu dan itu sangat membekas.
"Lo gak jauh beda dari papa lo Rin, gue kecewa. Dia anak lo sendiri!"
Jujur gue deg-degan bukan main dari tadi, kenapa bisa sampai kebawa mimpi si. Kenapa rasanya nyata banget saat gue merasa gue nampar anak itu dan nyingkirin Dhanu dari depan gue. Seolah itu bukan mimpi, tapi kenyataan.
Dhanu bilang gue gak boleh terlalu mikirin tentang apa yang belum kejadian, dan kayaknya iya gue terlalu mikirin hal buruk itu sampai masuk ke dalam mimpi gue. Kepala ini gue tundukkan sehingga mata gue dapat melihat ke arah perut yang belum ada perbedaannya sama sekali karena usianya masih sangat muda. Dengan tangan yang masih bergetar gue menyentuh nya. Setiap malamnya doa gue hanya satu, gue gak mau mengulangi nasib gue ke anak gue.
Karena ngantuk gue benar-benar hilang akhirnya gue memilih untuk menyeduh teh hangat dan membuka bungkusan berisi buku yang tadi belum sempat gue buka. Buku itu salah satu obat tidur ter mujarab, alias lo bakal langsung ngantuk bahkan sebelum selesai baca satu halaman.
Gue menyalakan lampu ruangan dan langsung mendudukkan diri di sofa dan mengeluarkan seluruh isian tas berwarna putih itu. Beneran ada empat buku di dalamnya. Tapi gue speechless untuk sesaat saat tahu buku macam apa yang Dhanu beli.
Isinya buku-buku tentang parental. Tiga buku tentang kehamilan diantaranya tentang nutrisi ibu dan janin, yoga prenatal, terus tentang kesiapan orangtua dalam menyambut baby nya dan tata cara parental ke anak. Oke, Nu gue beneran speechless sekarang.
Rasanya kayak untuk kesekian kalinya gue dibuat merinding sama Dhanu hari ini. Tapi jujur gue pun juga terharu sama niatnya.
Baik gue dan Dhanu, kami sama-sama gak punya persiapan untuk menyambut dia yang lagi tumbuh di dalam sini. Gimana ya, diluar sana banyak pasangan yang gak mudah dapat anak bahkan kadang ada yang butuh waktu bertahun-tahun dan berbagai cara medis atau nonmedis supaya mereka bisa punya anak. Bahkan gue dan Dhanu gak pernah ngomongin soal anak, pertama karena itu pembahasan yang masih tabu kedua karena sebelumnya gue dan Dhanu adalah sepasang sahabat. Di saat banyak pasangan di luar sana yang udah merencanakan memiliki anak berapa, jenis kelamin apa dan gue sama Dhanu hanya membahas ala kadarnya tanpa berniat lebih intensif lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAPTASI
RandomSimpelnya ini kisah ringan perjalanan Dhanu Erin setelah berganti status dari sahabat jadi pasutri. Perjalanan mereka dalam beradaptasi menerima status baru masing-masing yang terasa masih sangat canggung dan segan kepada satu sama lain. - Sequel T...