Delapan • Juan

609 84 5
                                    

Dhanu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dhanu

"Gue mau nikah minggu depan." Gue, Hansel sama Aji seketika kaget denger ucapan itu keluar dari mulut Juan. Belum ada seminggu dia bilang ke kita kalau sampai sekarang dia gak ada niatan nikah sama ceweknya dalam waktu dekat. Gue pikir mereka bertiga baru akan nikah tahun depan karena gak ada gambaran kayak orang punya niatan buat nikah sama sekali.

Bukan hanya gue, Aji pun yang biasanya agak bodo amat sama hal-hal kayak gini dia keliatan kaget. Bahkan waktu gue bilang gue mau nikahin Erin pun dia gak kaget sama sekali. Tapi sekarang dia kaget banget kayak Juan nikah tuh merupakan suatu hal yang mustahil.

"Sama Wiya kan?" Tanya nya, sama siapa lagi anjir kalau bukan sama Wiya. Kenapa bawaannya curiga gitu si dia? Kayak dia tuh tahu sesuatu.

"Iya, bilang ke gue kalau lo nikah sama Wiya kan Ju?" Kok Hans juga nanya kayak gitu, apa ada yang mereka tahu terus gue gak tahu?

Gue menoleh ke arah pintu dan syukurlah belum mendapati Erin pulang. Hari ini Juan mengajak kami berkumpul dan gue mengusulkan untuk berkumpul di rumah, bukan kenapa tapi karena mereka belum pernah kesini bertiga sebelumnya. Makanya gue ajakin. Udah izin si sama Erin dan dibolehin, tapi kayaknya ini bukan pembicaraan yang mau Juan biarkan Erin dengar.

Dengan ragu Juan menatap ke arah Aji dan Hans. Seriusan kayaknya ada yang gak gue tau tapi Hans sama Aji tahu. Sial apa yang kalian umpetin sampai gue gak tahu.

"Bukan."

"Bangsat!"

"Bajingan!"

Kok bukan Wiya? Terus sama siapa? Terus kenapa dua manusia ini nyebut kata kasar?

"Kok bukan Wiya Ju? Lo dijodohin?"

"Dia main belakang dari Wiya. Lo ngapain sampai bisa nikah sama orang lain selain Wiya?" Sekarang Aji yang buka suara, aura nya kayak lagi nyidang orang. Gelap banget anjir Ji.

Oke lebih baik gue diem sambil nyerna apa yang mereka maksud. Tapi waktu Juan mau buka suara ringtone handphone gue bunyi, dan kebetulan banget Erin yang nelfon. Mau nanya apaan dia?

"Halo? Kenapa? Jemput?"

"Juan ada kan? Tolong lo nyalain Loudspeaker nya terus taruh di tengah-tengah antara kalian berempat."

"Buat apaan?"

"Buru." Dari cara bicaranya gue bisa tebak kalau Erin lagi dalam mode yang sangat serius.

Ngomong-ngomong Wiya sama Erin itu temenan, entah kenapa gue rasa apa yang mau Erin bahas gak jauh-jauh dari topik yang lagi kita bahas saat ini. "Istri gue kayaknya mau ngamuk sama Juan, lo jangan ada yang speechless ya."

"Udah biasa diamuk Erin." Sontak Aji dan Hansel barengan, mereka emang sasarannya Erin kalau ngamuk si jadi udah biasa katanya. Sedangkan Juan kelihatan kalau dia kayak agak panik.

ADAPTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang