"Aku serius nanya ke kamu, beneran mau pake cara itu?"
"Aku harus berapa kali jawab lagi si Nu? Iya, kalau bisa pakai cara itu aku lebih milih pakai cara itu dibanding harus operasi."
Semakin dekat dengan waktu kelahiran anak pertama nya Dhanu semakin sering menanyakan hal yang sama berkaitan dengan persalinan yang kadang membuat istri semata wayangnya itu jengah. Pertanyaan seputar persalinan itu biasanya berkaitan dengan proses persalinan seperti apa yang Erin ingin lakukan, dimana rumah sakit tujuannya nanti, atau apa saja yang harus ia siapkan dan ingin berapa kali pun si calon ayah satu anak itu jawaban istrinya padahal akan kurang lebih sama. Namun, pada akhirnya Erin hanya dapat mewajarkan hal-hal yang Dhanu tanyakan mengingat ini anak pertama mereka dan artinya ini pengalaman baru bagi Dhanu yang tidak akan ia biarkan ada kesalahan dalam penyambutan calon anak mereka ke dunia sebentar lagi.
"Sakit loh Rin, kalau operasi kan di bius kamu di anestesi kamu gak bakal kerasa sakitnya," tatapan tajam yang berasal dari Erin langsung membuat Ardhanu bungkam. Ia tahu bukan ini yang istrinya ingin dengar, tapi mengingat se seram apa proses melahirkan secara normal atau vaginal berhasil membuat Dhanu merinding sekujur badan.
Erin yang sebelumnya sibuk menempatkan perlengkapan bayi di dresser baru yang mereka beli untuk di letakkan di kamar berbalik dan mendekat ke arah Dhanu yang saat ini posisinya berada di pinggir ranjang memperhatikan gerak gerik istrinya. "Lo suami gue kan?" alarm peringatan bahaya langsung berbunyi di kepala Dhanu saat mendengar perubahan panggilan dari Erin. Jika sudah seperti ini kemungkinan terjadinya pertengkaran cukup besar.
Dengan ragu Dhanu mengangguk, "Kenapa malah ngomong gitu? Buku yang lo baca banyak, web yang lo buka banyak, orang yang lo tanya pun gak sedikit soal gini-ginian tapi kenapa masih gak paham juga si? Dokter bilang gak ada masalah buat gue lahiran normal kan? Lagi juga gue gak bakal ngebahayain bayi yang gue rawat lebih dari sembilan bulan di perut gue, kalau berisiko pun gak akan gue lakuin Nu. Lo harusnya percaya sama gue, lo harusnya dukung gue bukan malah ngomong yang kayak gitu, lagi juga di anestesi bukan berarti gak sakit. Sumpah lo nyebelin banget,"
Melihat raut sebal yang Erin tunjukkan hanya satu kata yang ada di otak Dhanu saat ini untuk mengurangi kekesalan istrinya, yaitu kata maaf. Dhanu sedang tidak ingin perang Dingin itu alasannya, biasanya jika ego nya sedang tinggi-tingginya ia akan mendebat Erin sampai berakhir saling diam-diaman sampai ada yang mulai mengakui kesalahan.
"Maaf, oke aku gak akan bahas soal ini lagi. Kalau kamu yakin kamu bisa yaudah," ingin menambahkan kalimat namun ia tahu jika kalimat yang ia niat ucapkan itu akan membuat Erin benar-benar meledak.
Tidak ingin meningkatkan intensitas masalah menjadi lebih besar lagi alhasil Erin memilih untuk menyudahi emosinya. Erin kembali ke posisinya semula dan melanjutkan aktifitas yang sebelumnya tertunda yaitu merapihkan dresser yang berisi perlengkapan calon bayinya.
Jujur jika membahas soal persalinan Yerina sebagai wanita yang sebelumnya belum memiliki pengalaman dan hanya tahu dari mulut ke mulut serta yang ia pelajari dari berbagai sumber baik dari dokter atau internet ia memiliki perasaan takut akan hal itu. Setiap kali membayangkannya degupan di jantung Erin cepatnya tidak bisa dijelaskan, kadang ia berpikir apa ia aneh merasakan hal seperti ini.
Helaan napas kasar dari Erin rupanya di dengar oleh suaminya, Satu-satunya orang yang ada di ruangan ini selain Erin.
"Kenapa? Ada yang dirasa kok buang napasnya gitu?" Erin agak terkejut dengan kedatangan Dhanu di sampingnya dan menanyakan perihal helaan napasnya. Bukannya mendapat jawaban Ardhanu malah mendapat senyuman jengah dari istrinya.
"Ayahnya adek..."
"I-iya?"
"Kenapa semua hal yang aku lakuin harus kamu tanya?"
Dhanu diam, beberapa kali ia mengedipkan matanya sambil melihat ke arah Erin. Ini salah satu ciri khas Dhanu saat terlambar menyadari sesuatu. "Iya juga, ya karena aku parno Rin, siapa tahu ngerasain kontraksi yang gak biasa terus mau lahiran sekarang kan harus dibawa ke rumah sakit cepet-cepet."
Satu jitakan penuh rasa geram akhirnya Dhanu dapatkan. Ini termasuk KDRT sepertinya, kalau Dhanu mau ia bisa melaporkannya ke pihak yang berwajib.
"Sakit Rin!" kesal Dhanu yang tidak digubris oleh Erin.
"Siapa suruh nyebelin, ya logika aja lah Nu mana mungkin aku diem aja gak laporan ke kamu kalau ngerasa mau lahiran!" Setelah itu Erin keluar dari kamar, bosan menghadapi ke randoman suaminya yang makin hari semakin menjadi.
Namun, di lain sisi calon ibu itu merasa senang karena ternyata suaminya tidak mengabaikannya di kondisinya saat ini. Malah lebih memperhatikan hampir segala bentuk aktifitasnya, ia sangat bersyukur untuk hal ini walau gengsinya kepada Dhanu masih termasuk tinggi untuk mengakui bahwa ia menyukai sosok Dhanu yang perhatian seperti sekarang. Apa mungkin setelah anaknya lahir nanti sosok Dhanu yang saat ini masih ada atau malah menghilang.
hehehehe apa ada yang masih nunggu?
lama banget aku gak nongol ya 😅
ini gak panjang tapi semoga bisa mengurangi kerinduan kalian sama Dhanu Erin dan semoga bisa mancing ide untuk chapter berikutnya supaya lebih cepat up
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAPTASI
RandomSimpelnya ini kisah ringan perjalanan Dhanu Erin setelah berganti status dari sahabat jadi pasutri. Perjalanan mereka dalam beradaptasi menerima status baru masing-masing yang terasa masih sangat canggung dan segan kepada satu sama lain. - Sequel T...