Tiga Puluh Enam • Perkara

218 27 8
                                    

Erin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erin

Selama hampir 10 bulan setelah Sena lahir anak itu gak pernah jauh dari ayah ibunya. Seenggaknya kalau gue ada acara keluar ya dia di pegang ayahnya dan gak ada permasalahan sama sekali. Tapi untuk pertama kalinya, hari ini anak itu harus jauh dari orangtuanya karena neneknya atau ibu Dhanu kangen dan mau quality time sama cucunya karena hari ini di tinggal sendiri sama Anka di rumah. Tadi pagi selesai rapih-rapih rumah dan Sena gue langsung dibawa pergi Dhanu dan ninggalin Sena cuma berdua sama ibu di rumah. Anak itu bahkan gak sadar ibunya lagi di culik sama ayahnya ke tempat antah berantah karena lagi di ajak jalan sama neneknya tadi. Entah kenapa gue agak curiga kalau ini bukan 100% niat ibu, tapi ada campur tangan manusia yang sekarang lagi sibuk nyetir di samping gue.

"Nu,"

"Apa?"

"Kenapa kita harus pergi si? Kan bisa di rumah aja nemenin ibu sama Sena, atau seenggaknya bawa Sena sama ibu jalan juga lah... Kalau gini ceritanya aku kan gak enak ninggalin Sena ke ibu. Lagi juga, apa bedanya ibu di rumahnya di tinggal sama Anka terus di rumah kita juga kita tinggal? Kamu kok suka aneh si?" Gerutu gue yang suka gak paham sama arah pikirannya itu. Lagi juga, dia udah mau 10 bukan jadi ayah tapi kenapa masih random banget tingkahnya yang suka tiba-tiba gak jelas kayak sekarang.

Bukannya memberikan jawaban akan pertanyaan yang gue berikan dia malah memutar volume musik lebih tinggi lagi. Ini orang maunya apa si sebenernya?

Akhirnya gue hanya bisa duduk diam di kursi penumpang sambil pasrah mau dibawa kemana gue olehnya.

"Kita mau kemana si? Ngapain segala masuk tol? Nu?!" Gondok juga gue lama-lama karena dia sama sekali gak menggubris pertanyaan yang gue ajukan jika menyangkut tentang kemana dan apa alasan dia bawa gue pergi.

"Puncak, semenjak nikah dan tau-tau hamil aku belum pernah ngajak kamu jalan jauh kan? Ya itung-itung hari ini, sekalian ibu lagi kosong juga jadi bisa handle Sen- Ak! Sakit Rin!"

Yap, tangan gue dengan entengnya gue gunakan untuk mencubit pinggangnya dengan keras. Lagian resek! Masa dia tega bawa gue pergi se jauh ini dari Sena yang bahkan tidur siangnya aja gak bisa jauh dari ibunya!

"Kenapa si gak bilang dari awal?! Diskusi dulu atau gimana kek enaknya! Gak asal bawa aja kayak gini! Sena keliatannya anteng emang! Tapi, kalau gak liat ibunya apalagi gak pakai persiapan kayak sekarang gini emang kamu pikir dia gak bakal rewel?! Kasian ibu kalau dia rewel!"

Emosi gue akhirnya meledak juga, Dhanu gak langsung menjawab karena masih sibuk memegangi perut kirinya yang kesakitan karena cubitan dari gue dan matanya yang masih fokus menyetir. Mood gue makin buruk dibuatnya sekarang, ini bukan sekali dua kali Dhanu mutusin apa-apa sendiri tanpa diskusi dan bikin gue bingung setengah mati sama rencananya. Kenapa dia gak pernah belajar dari yang udah-udah kalau tingkahnya yang aneh kayak gini sering menyulut emosi gue dan ujungnya bikin kita berdua berantem.

ADAPTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang