Tiga Puluh Lima • Nu VS Na

295 39 23
                                    

"Nu? Udah kenapa si ngambeknya, kan bisa diajarin lagi nanti anaknya, ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nu? Udah kenapa si ngambeknya, kan bisa diajarin lagi nanti anaknya, ya?"

Dhanu sama sekali tidak menggubris perkataan Erin yang saat ini menggelayutinya lengannya. Kejadian beberapa saat lalu antara mereka bertiga sebenarnya berhasil membuatnya cukup terkejut namun juga cukup untuk membuatnya geli. Menurut Dhanu semua yang terjadi padanya saat ini sepenuhnya salah, Yerina.

"Gini, Nu. Semuanya butuh proses kan sayang? Sena masih punya banyak kesempatan untuk bisa ngomong lancar kan? sekarang umurnya baru 8 bulan kan?"

"Ini nih! Gimana anaknya gak ikut-ikutan panggil aku pakai nama, kamu aja 'Na, Nu, Na, Nu' terus!" sejujurnya saat ini juga rasanya Erin ingin tertawa terlebih melihat suaminya yang jarang merajuk dan faktor yang membuat ayah satu anak itu seperti saat ini adalah karena putranya sendiri.

"Yaudah maaf... ayo kita ajarin la-"

"bu! bu! bu!"

"Tuh anaknya manggil! Aku ada kerjaan" ujar Dhanu dengan nada cukup ketus. Namun, bukannya berjalan keluar Erin malah mendudukan diri di ranjang. Tepat disampingnya. "Gini, oke aku akui Sena maanggil kamu langsung nama itu salah aku. Tapi untuk benerin itu aku pikir kamu harus lebih sering ajak Sena ngobrol sama main. Termasuk sekarang, masa iya gara-gara marah kamu mau ngorbanin weekend yang cuma kamu punya 1 hari seminggu ini?"

Dhanu menghembuskan napas nya kasar dan berdecak, namun kakinya tetap melangkah ke luar untuk menghampiri jagoannya yang sedang mencari sosok sang ibu. Erin yang melihatnya hanya bisa tersenyum gemas oleh tingkah laku yang langka di tunjukkan partner nya dalam berumah tangga itu. Andai memorinya tadi bisa diabadikan menjadi video mungkin ia akan menontonnya setiap hari di TV besar ruang tamu untuk mengingat berapa menggemaskannya Ardhanu. Kakinya ia langkahkan menuju daun pintu untuk mengintip apa yang sedang dilakukan sepasang ayah anak itu di ruang tengah. Saat melihat keadaan di luar sontak ibu satu anak itu menutup mulutnya, awalnya ia terkejut namun sesaat kemudian ia tertawa dan mati-matian menahan tawanya agar dua orang itu tak menyadari bahwa ia sedang mengintip.

Bagaimana tidak, sebelum masuk ke kamar untuk menghampiri Dhanu yang merajuk Erin sedang mendadani putranya yang baru saja mandi. Otomatis semua barang masih tertata di luar dan dekat dengan Sena. Andai Erin tidak lupa dan sempat membereskannya mungkin kejadian lucu ini tidak akan terjadi. Bocah 8 bulan itu ternyata sedang asik bermain peralatannya seperti bedak dan minyak telon sendiri di luar saat kedua orangtuanya meninggalkannya ke kamar, dan bisa ditebak bagaimana kondisinya dan ruang tengah saat Dhanu tiba untuk menghampirinya.

Ya, betul sekali. Kondisinya berantakan, bedak tabur berceceran dan tidak lupa dengan tetesan minyak telon yang membasahi lantai di sekeliling Sena.

Disaat seperti ini Erin benar-benar menyadari mengapa dulu ia dan Dhanu sangat cocok saat masih hanya dalam status sahabat. Salah satunya karena kebiasaan saling meledek dan menertawai saat sedang dalam keadaan menyulitkan namun juga konyol seperti saat ini. Melihat kondisi Dhanu yang tidak bisa berkata-kata di luar menjadi hiburan tersendiri baginya saat ini.

ADAPTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang