Erin
"Gak aci! Ulang bodo amat lo curang tadi!" Omel gue, sial banget dari tadi main uno udah ketiga kalinya gue kalah selama empat ronde. Muka gue udah penuh sama bedak tabur yang Dhanu olesi sebagai punishment kalau kalah.
Dia melirik tajam ke arah gue dibalik kacamatanya. Tapi gue gak terima kalah yang terakhir ini, tadi gue liat dia ngintip kartu gue.
Dia melempar kartu ke atas kartu lain yang berserakan dan langsung merebahkan diri di kasur. Ini udah tiga jam sejak gue dan Dhanu menginjakkan kaki di penginapan yang kita sewa untuk liburan tiga hari ini. Diantara gue dan Dhanu belum punya niatan untuk keluar dari kamar dan berakhir memainkan kartu yang gue selundupkan ke dalam tas.
Gak terima gue diginiin, dia ngeremehin gue?
"Bangun! Lo curang barusan, gak keitung menang! Ayo main ulang!" Gue gak terima kalau belum ngalahin Dhanu lagi. Dia gak jawab, malah melepas kacamatanya dan memejamkan mata.
Resek banget si!
Gue menepuk kakinya supaya dia bangun, tapi gak ngaruh sama sekali. Alhasil gue mengerahkan tenaga penuh untuk menampar kakinya supaya dia beranjak. Sialnya dia cuma ngelus kakinya dan mengubah posisi menjadi memunggungi gue dan menjauhkan kakinya.
"NU! AYO MAIN LAGI!!!"
"Katanya gak aci, yaudah lo yang menang. Kelar kan?" Katanya tanpa melihat ke arah gue alias masih kuat dengan pendiriannya mengabaikan gue.
"Gak mau! Maunya main lagi! Ayo!" Dia akhirnya bangun dan lirikannya tajem banget ke arah gue.
"Oke main lagi! Tapi punishment nya ganti. Deal?" Gue mencium aroma-aroma rencana picik di otaknya kalau udah begini. Berdasarkan pengalaman, rencana Dhanu gak pernah gak aneh. Ya liat aja tahun lalu gue dikerjain suruh jadi pacarnya sebulan dan selama sebulan gue uring-uringan soal perasaan.
Dia narik kacamatanya lagi dari nakas dan langsung dia pakai. Kok auranta jadi kayak pemeran antagonis gini si.
"Apa punishment nya?"
"Deal with the winner wish, apapun itu, oke?" Gue mengangguk. Ini pertarungan harga diri sekarang. Gue gak bakal kalah semudah itu.
Tau gak kalau yang kata di game-game berantem harusnya di tengah-tengah antara gue dan Dhanu udah ada tulisan versus naik turun sama ada efek air dan api supaya makin menjiwai. Gue yang ngocok kartunya dan yang bagiin, gue gak akan kasih dia peluang untuk menang kali ini. Liat aja gue bakal menang dalam waktu cepat.
"Lo duluan." Katanya dan dengan senang hati gue mulai lebih dulu. Kita main lima belas kartu dan kartu yang gue dapatkan kartu bagus semua secara kebetulan.
Permainan berjalan dengan lancar, di menit-menit awal gue berhasil buat dia ngambil kartu terus tapi beberapa menit kemudian...
"Lo kalah! Gue udah bilang lo gak bakal ngalahin gue main ginian Rin! Gak bakal!"

Untuk kesekian kalinya dia menangin game ini. Gue gondok banget sekarang.
Mana ngerayainnya kayak yang habis menangin olimpic gold medal. Seneng banget liat istrinya kalah. Gue gak bisa menuduh apapun karena gak ada yang perlu gue curigain. Apes banget gue hari ini...
"Oke karena gue cewek gentle jadi gue akuin lo menang."
"Dih emang harusnya gitu! Gak usah lagak-lagak, gue emang jago main kayak ginian gue tau lo ngakuin tapi gengsi ya kan?" Tengil banget sumpah pengen gue tendang. Udah lama gue gak liat Dhanu tengil kayak gini. Sekarang malah bikin kesel liatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAPTASI
RandomSimpelnya ini kisah ringan perjalanan Dhanu Erin setelah berganti status dari sahabat jadi pasutri. Perjalanan mereka dalam beradaptasi menerima status baru masing-masing yang terasa masih sangat canggung dan segan kepada satu sama lain. - Sequel T...