Tiga Belas • Adaptasi

550 86 5
                                    

Dhanu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dhanu

Di samping bahagia karena Erin dan gue diberi kepercayaan se cepat ini gue juga merasa bingung harus apa. Gue gak tahu apa yang Erin alami tanpa Erin bicara, gue gak tahu apa yang mesti gue wanti-wanti untuk Erin dari sekarang sampai berapa bulan ke depan. Semakin gue pikirin semakin gue pusing karena gue gak pernah mendapat jawaban, melainkan pertanyaan yang malah terus bercabang yang buat otak gue jadi kian lambat untuk berpikir.

"Toko buku yang paling lengkap dimana?" Tanya gue pada Alan yang saat itu lagi sibuk dengan dunianya, salah sebenernya gue ganggu dia begini gara-gara bisa bikin fokusnya terbagi dan apa yang lagi dia design buyar karena gue.

Tapi mau gimana lagi, gue bingung harus nanya siapa. Disini yang paling tahu tempat ya Alan, bahkan seblak di dalam gang-gang kecil aja tahu. Apalagi cuma toko buku.

Seharusnya gue yang manusia modern ini sudah memanfaatkan fasilitas yang namanya internet dari tadi untuk nyari tahu apa yang jadi pertanyaan gue. But, Every time I search and found the answer and every time I am confused by various opinions and explanations that exist. Jadi gue pikir lebih baik gue cari di toko buku untuk buku yang berkaitan. Lagipula udah lama gue gak semedi di toko buku, hitungannya udah tahun malahan.

"Mau nyari apa? Novel? Toko buku gede yang di mall depan tuh lengkap."

"Ensiklopedia?"

"Hmm, gak google aja?"

"Udah, tapi gue malah bingung." Jujur gue dan diangguki oleh Alan. Dia gak curiga kenapa gue nyari ensiklopedia di dalam buku?

Posenya beneran kayak orang lagi mikir, sampai akhirnya renungan Alan terganggu akan hadirnya sang musuh bebuyutan alias Yana. Gue masih gak paham kenapa Alan sama Yana bisa jadi musuh bebuyutan kayak sekarang, apa dulu pas Yana masih intern sering dikerjain sama Alan atau gimana.

"Toko buku dekat kampus C itu loh mas, apa aja ada disitu gak terlalu besar si tapi dulu temen gue waktu penelitian nyari buku disana nemu mulu. Mulai yang terbitan lama sampai terbitan baru ada, mulai yang udah pernah dibaca sampai yang masih baru kemarin terbit di sana pun ada mas katanya, itu surga anak semester akhir selain di pusnas." 

Penjelasannya sangat lengkap sampai gue tanpa sadar memberikan senyuman lebar kemudian mengacungi ibu jari kepada Alan. Dia kelihatan heran dengan tingkah gue yang excited perihal toko buku yang gak seberapa. Setelah dapet rekomendasi dari Alan gue jadi gak sabar untuk segera sore dan bisa berkunjung kesana.

Entah ini karena ngebet nyari ensiklopedia yang gue butuhin atau karena emang udah lama gue gak mampir ke toko buku dimana dulu adalah tempat favorit gue bahkan gue sampai dijadikan pegawai di salah satu toko buku saking seringnya berlama-lama di dalam sana dan hafal tata letak barangnya kalau gak salah waktu kuliah semester awal.

Saat sedang sibuk mengerjakan pekerjaan gue di komputer dengan bahagia dan cepat tiba-tiba handphone gue berbunyi dan herannya menampakkan nama Erin di atasnya. "Halo kenapa?" Erin jarang telfon, sampai gue deg-deg an takut kenapa-kenapa kalau dia telfon begini.

ADAPTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang