l e ē m ì n h o

19 7 0
                                    

3 tahun lalu....

Dengan langkah lelah, Lee Minho menyeret badannya untuk menuju unit apartemen miliknya. Setelah berhari-hari mengerjakan urusan bisnis, akhirnya ia bisa pulang. Dibukanya unit apartemen miliknya hingga sebuah lipatan kertas di bawah sepatunya membuat Minho mengerut heran. Ah, mungkin saja sesuatu yang tidak begitu penting. Minho hanya menaruh lipatan kertas itu di meja dan bergegas untuk mandi. Tubuhnya terasa lengket dan itu sangat tidak nyaman.

Butuh hampir satu jam untuk Minho menyelesaikan seluruh ritual mandinya, termasuk tidur di dalam bath up yang hampir setengah jam. Perutnya terasa lapar, namun karena malas dan lelah, akhirnya Minho memutuskan untuk membuat ramyeon saja. Selama 15 menit Minho menikmati makanannya. Ia berniat untuk tidur, namun tiba-tiba ia merasa penasaran dengan lipatan kertas di meja tadi. Kira-kira apakah isinya?

Hyung, ini Hwang Hyunjin. Aku tidak tahu ingin meminta tolong pada siapa jadi aku memintanya kepadamu. Tolong pergi ke alamat ini nanti malam. Pergi ke lantai paling atas. Aku tidak tahu persisnya jam berapa, tapi aku harap kau bisa pergi dengan cepat untuk menyelamatkan aku dan Heejin.

•Hwang Hyunjin

Minho melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 21:47. Dengan mengambil salah satu jaketnya asal, Minho bergegas keluar dari unit apartemennya. Bahkan Minho memilih automatic car tercepat yang ia punya untuk segera menuju alamat yang dimaksud oleh Hyunjin. Bukan tanpa alasan ia panik seperti ini, karena Minho sudah mendengar seluruh tragedi kisah Eugene dan Eureka. Minho takut, bagaimana jika hal tidak diinginkan terjadi lagi?

Alamat yang dimaksud Hyunjin cukup jauh dari unit apartemennya Minho, sehingga menghabiskan waktu hampir 5 menit untuk sampai. Dari jarak sedikit jauh dari gedung tujuan, Minho melihat sebuah helikopter berada diatas gedung. Biasanya, helikopter diatas gedung dikirim karena situasi darurat. Apakah ketakutan bahwa tragedi itu berulang menjadi nyata? Maka tanpa pikir panjang bahkan ketika mobilnya belum terparkir sempurna, Minho berlari secepat yang ia bisa.

Dengan gemetar, ia menekan tombol lift untuk membawanya ke lantai teratas. Sial, bahkan lift tercepat dengan teknologi tercepat bagi Minho juga terasa amat lambat. Sesampainya di lantai teratas, Minho berjalan dengan amat tergesa. Ia bahkan tidak dapat berpikir jernih. Kemudian, ia melemas ketika melihat genangan darah mengalir dari salah satu pintu.

Dengan tangan gemetar, dibukanya pintu itu. Lee Minho otomatis berlutut lemas. Ia terlambat. Dari sisa-sisa kekuatannya, Minho beranjak dan menuju Heejin yang penuh darah.

"Heejin-aa k-kenapa kau bisa seperti ini? Ah tidak, siapa yang melakukan ini padamu?"

"H-hwang Hyunjin," sahut Heejin parau.

Hwang Hyunjin bajing*an. Orang gila. Batin Minho.

"Heejin bertahanlah sebentar --tidak Heejin a-aku mohon jangan tutup matamu."

Minho merogoh sakunya panik untuk mencari smartphone miliknya.

"Halo?!! Kirimkan 2 helikopter ke hotel The Hwang secepatnya!"

"Heejin, aku mohon bertahanlah."

Minho menggendong Heejin dan berjalan tergesa menuju rooftop. Helikopter nya tiba dengan cepat. Salah satu pesuruhnya menghampiri untuk membantu Minho membawa Heejin tapi ditepis oleh Minho.

Miraculous 2: Repeat The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang