Dua perempuan itu telah sangat jauh melangkah. Tapi bahkan keduanya tidak tahu tujuan mereka. Mereka hanya berjalan, kemanapun kaki mereka membawa. Jeon Heejin mulai lelah, kakinya terasa pegal dan keringat bercucuran di dahinya. Tetapi Eureka tampak baik-baik saja. Bahkan Eureka tidak berkeringat sedikitpun, membuat Heejin makin bertanya-tanya siapa Eureka sebenarnya.
"Eureka, kita akan kemana?"
Eureka menoleh. Mengangkat bahu.
"Tidak tahu."
"Bisakah kita beristirahat sebentar? Aku sangat lelah," pinta Heejin.
Eureka mengangguk, sebelum berhenti untuk duduk di pinggir trotoar diikuti Heejin di sebelahnya. Heejin meraup udara banyak-banyak. Nafasnya tidak teratur. Setelah dirasa cukup, Heejin kembali menoleh kepada Eureka.
"Kau benar-benar tidak punya tujuan?"
Eureka menggeleng.
"Rumah? Apartemen?"
Lagi-lagi hanya dibalas gelengan. Heejin menghele napas panjang. Hingga kemudian sebuah mobil hitam mendekat dan kemudian berhenti tepat di depan mereka. Heejin mengernyit. Betapa kunonya mobil ini, pikirnya. Seseorang turun dari mobil dan menghampiri Eureka.
"Eureka Lo sama siap--hah?" Pekiknya kaget saat melihat Jeon Heejin.
Eureka ada dua?
"Hanzel? Benar Hanzel 'kan?" tanya Eureka.
Hanzel menoleh ke gadis bergaun putih dengan noda darah yang tampak lusuh. Barulah Hanzel mengerti bahwa dialah Eureka yang asli. Lantas, siapa satunya?
Hanzel mengangguk.
"Lo mau kemana?"
"Aku? Aku tidak punya tujuan," jawab Eureka enteng.
Hanzel tampak berfikir sejenak.
"Mau ke apartemen Eugene?" tawarnya.
"Bukankah ada Ayah dan Ibu Eugene disana?"
Hanzel menggeleng. "Om Nanda sama Tante Zivaa udah terbang ke Prancis lagi setelah menguburkan Eugene. Jadi gimana?"
"Baiklah, kau mau ikut denganku?" Eureka menoleh ke arah Jeon Heejin.
Heejin tentu saja mengangguk. Ia pun tidak punya tujuan. Ketiganya naik ke mobil Hanzel dengan Hanzel dan Eureka di depan, sedangkan Heejin di belakang. Lama Hanzel diam, tapi kemudian ia sangat penasaran dan memutuskan untuk bertanya.
"Eureka,"
"Hm?"
"Dia siapa?" tanya Hanzel sambil melirik cermin yang menampakkan Heejin.
"Dia? Oh, Dia Jeon Heejin. Dia datang dari masa depan?"
"Oh, dari masa dep--Hah maksud Lo?"
Eureka melirik Heejin sekilas.
"Tidak bisa ku ceritakan."
Lagi, Hanzel kembali diam meskipun dia sangat ingin bertanya banyak hal. Kemudian perhatian Hanzel teralih ke gaun Eureka yang lusuh karena bercak darah.
"Eureka, apa itu darah Eugene?" tanya Hanzel ragu-ragu.
"Apa?"
"Itu--gaunmu. Itu darah Eugene?"
"Ya."
Hanzel ingin bertanya bagaimana bisa? Sedangkan cctv yang menampilkan kecelakaan Eugene menampakkan bahwa laki-laki itu sendirian. Tapi mengingat bahwa Eureka bukanlah manusia biasa, membuat Hanzel memutuskan berhenti untuk bertanya. Jeon Heejin sendiri telah jatuh tertidur di kursi penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miraculous 2: Repeat The Story
Teen Fiction"Mari Kita bertemu di reinkarnasimu selanjutnya." Setengah Abad berlalu. Kalimat yang di ucapakan oleh Eureka puluhan tahun lalu seperti mantra, menjelma menjadi sebuah kutukan. Di belahan bumi, Tuhan menciptakan Eugene dan Eureka yang lain. Tapi un...