••••
Keajaiban itu bekerja satu kali lagi. Kepada jiwa kelam yang pada akhirnya mendapat pengampunan. Kepada sosok yang melawan garis yang diaturkan. Rasa sakit yang katanya tak berkesudahan itu akhirnya menemukan tempat perhentian. Pengorbanan-pengorbanan itu telah usai. Jiwa-jiwa yang dikorbankan telah dikirim pada tempat yang tinggi. Benang merah milik sang dua telah terikat kuat. Kutukan dari masa lampau telah lenyap. Kotak takdir milik keduanya telah sempurna genap.
•••••
5 months later, St.Peter's Basilica, Vatican City.
Hidup itu sungguh penuh kejutan. 5 bulan lalu, Heejin berkabung mengenakan gaun hitam untuk perginya seseorang yang telah berkorban. Hari-hari setelahnya, ia habiskan dengan terapi untuk mengembalikan ingatannya yang dihilangkan. Ingatan Jeon Heejin tentang 3 tahun lalu dan sebelumnya kembali utuh. Kemudian hari ini, ia mengenakan gaun putih lengkap dengan kerudung pernikahan.
Perlahan-lahan pintu yang memisahkan antara tempat Heejin berdiri dengan altar gereja terbuka. Menampakkan pria senja dengan setelan lengkap tengah tersenyum lebar padanya. Fralino Damian, yang telah berjanji untuk menjadi wali pernikahan Jeon Heejin dan Hwang Hyunjin.
"Kau sudah siap, Heejin?" tanyanya.
Heejin mengangguk dan tersenyum. Fralino menggandeng lengannya. Keduanya berjalan beriringan di atas altar.
Di seberang sana, Hwang Hyunjin tampak begitu rupawan dengan setelan yang sama putih. Laki-laki itu tampan bak pangeran dari antah berantah. Ah, Heejin tidak dapat mendeskripskan perasaannya. Ia tidak menyangka bahwasanya pewaris utama Hwang Corporation yang dulu terlihat angkuh itu akan menjadi suaminya. Lalu katanya, mereka terikat dalam kotak takdir Eugene Sam dan Eureka Apsara.
Dalam langkahnya menuju Hyunjin, ingatan Heejin terlempar pada masa-masa yang telah lampau. Masa itu bak rangkaian film yang diputar cepat dalam kepalanya.
Entahlah, segalanya benar-benar masih terasa layaknya keajaiban.
Sakral. Aneh. Membingungkan. Tak masuk akal.
Hwang Hyunjin mengulurkan tangannya pada Heejin, yang dengan senang hati disambut oleh Heejin. Keduanya berhadapan di altar. Di hadapan pendeta, para tamu-tamu yang menjadi saksi dan di hadapan Tuhan. Hingga tibalah saat keduanya mengucapkan janji suci pernikahan sebagai sumpah persekutuan di hadapan Tuhan.
"Jeon Heejin, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus."
Janji itu, Hwang Hyunjin ucapkan dengan lantang dan tatapan yang tak terlepas dari Heejin sama sekali. Heejin terdiam beberapa saat, membuat Hyunjin dan semua orang menjadi bingung.
Eureka, benarkah ini akhir bahagia yang engkau inginkan?
Pertanyaan itu bergema sejenak dalam kepalanya. Sebelum kumpulan manusia itu panik karena mengira Heejin tidak akan mengucapkan Janji, Heejin maju satu langkah. Mengenggam kedua tangan Hyunjin lebih erat. Menatap kembali kedua mata Hwang Hyunjin, kemudian tersenyum tipis.
"Hwang Hyunjin, aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus." Jeon Heejin mengucapkan dengan suara keras namun lembut dan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miraculous 2: Repeat The Story
Dla nastolatków"Mari Kita bertemu di reinkarnasimu selanjutnya." Setengah Abad berlalu. Kalimat yang di ucapakan oleh Eureka puluhan tahun lalu seperti mantra, menjelma menjadi sebuah kutukan. Di belahan bumi, Tuhan menciptakan Eugene dan Eureka yang lain. Tapi un...