d r ē a m

80 15 3
                                    

Bau rumah sakit. Hyunjin agak menahan napas karena ia sangat tidak suka dengan bau rumah sakit. Bau obat, antiseptik, darah, serta bau-bau medis lainnya yang menyebabkan Hyunjin pusing dan mual. Tapi pertanyaannya, kenapa dia ada disini?

Hyunjin memandang sekeliling, kemudian dirinya paham bahwa saat ini dirinya tengah berada di sebuah ruangan rawat inap VIP. Hyunjin mengernyit. Kenapa segalanya tampak kuno sekali? Lalu Hyunjin menyadari bahwa ada seorang perempuan yang duduk membelakangi dirinya. Hyunjin beranjak, kemudian menepuk bahu sang perempuan. Tapi, kenapa tidak menoleh?

Tatapan Hyunjin beralih kepada seorang yang terbaring di brankar. Hyunjin tersekat. Seseorang yang terbaring itu adalah.... dirinya? Meski dengan berbagai alat medis serta wajah yang sangat pucat, Hyunjin yakin bahwa seorang yang ada di depannya 100% duplikat dirinya.

"Eugene, Maafkan Mama."

Hyunjin menoleh kepada perempuan berwajah letih yang tengah menggenggam tangan Eugene. Sebentar--Eugene? Jadi Eugene Sam benar-benar ada? Lantas, apa maksudnya ini semua? Kenapa Hyunjin berada disini? Kenapa dirinya tak kasat mata?

"Eugene, ayo bangun. Ayo kita lanjutkan hidup bertiga. Eugene, Mama, dan Papa," tuturnya sambil terisak.

"Eugene, Mama tau Mama salah. Maafkan Mama. Bangun nak," suaranya mulai melirih.

Sang Mama kembali menangis hebat sambil sebelah tangan membekap mulut. Bahunya gemetaran. Tangan satunya menggenggam tangan Eugene yang lemah. Tapi kemudian, jari-jari itu bergerak. Lemah sekali. Hyunjin hampir tidak tahu jika saja Mama Eugene tidak terlonjak dan mengusap air mata di pipinya dengan kasar.

"Eugene, kamu bangun nak? Kamu dengar Mama? Dokter! Dokter! Putra saya bangun!" Sang Mama berlari keluar dengan tergesa.

Sedangkan Hyunjin masih berdiri diam di sampingnya. Menyaksikan bagaimana netra Eugene Sam mulai terbuka dengan amat perlahan. Bibirnya gemetar, seolah berusaha mengatakan sesuatu.

"Eureka," bisiknya amat pelan, hampir tak terdengar.

Bruk!

Hyunjin terkejut, kemudian mengangkat kepalanya. Matanya terbelalak, melihat seorang gadis yang entah sejak kapan berada di ruangan ini. Gadis yang terduduk di lantai dengan membekap mulut. Matanya tampak sangat terluka. Lalu ketika mata sang gadis bersitatap dengan mata Hyunjin, Hyunjin kembali tersentak dan mundur selangkah.

"J-jeon Heejin?"

"Oppa?! Oppa?! Oppa apa kau mimpi buruk?!"

Sret!

"Hah! Hah!"

Hanya mimpi. Segala sesuatu yang ia saksikan tadi hanyalah bagian dari mimpi.

"Oppa kau tidak apa-apa?"

"Yeji?"

"Ya?"

Hyunjin memegang dadanya yang tidak tahu mengapa, tiba-tiba terasa sakit dan nyeri. Seolah ia terluka. Napasnya juga ikut sesak.

Miraculous 2: Repeat The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang