f ò r ē c a s t

42 16 2
                                    

Happy Reading!

Meski dengan mata terpejam, Hyunjin dapat merasakan tangannya tengah di genggam begitu erat. Seolah seorang yang menggenggamnya tidak mau ia pergi. Hyunjin tahu bahwa ketika ia membuka mata, ia akan menemukan cahaya silau. Tapi Hyunjin masih terlampau takut. Segala hal dalam mimpinya tadi masih terekam jelas dalam ingatan. Membekas, mencipta ketakutan. Eh, atau tadi itu bukan mimpi? Penglihatan masa depan?

Lima menit. Sepuluh menit. Lima belas menit. Hyunjin masih merasakan tangannya di genggam. Maka artinya, orang yang berada disampingnya tidak meninggalkannya. Siapa? Apakah orang ini adalah saudarinya, Hwang Yeji? Atau...Jeon Heejin? Hyunjin takut, tapi ia memutuskan membuka kelopak matanya perlahan.

Hyunjin disambut dengan raut wajah khawatir Jeon Heejin. Benar, orang yang menggenggam tangannya adalah Jeon Heejin.

"Hyunjin? Kau baik-baik saja?"

Tidak. Aku tidak baik-baik saja.

Hyunjin menarik tangannya kasar dari genggaman Heejin. Membuat Heejin sendiri tersentak. Kemudian Hyunjin memalingkan muka.

"Keluar," perintah Hyunjin dingin.

"Hyunjin apa maksudmu?" Heejin berusaha menggapai tangan Hyunjin.

"Apa kau tidak mengerti apa yang aku ucapkan? Keluar, Jeon Heejin. Jangan dekat-dekat denganku, aku membencimu."

Heejin terkejut. Ada yang nyeri di dadanya. Tapi dia tidak menyerah.

"Kau membenciku? Tanpa alasan?"

"Ya, aku hanya membencimu. Sangat membencimu."

Kalian pikir bagaimana perasaan Jeon Heejin? Setelah tadi mereka berciuman, dan kemudian Hyunjin pingsan. Lalu saat terbangun, Hyunjin mengatakan bahwa ia membenci Heejin?

"Kalau begitu tatap aku dan katakan di depan wajahku bahwa kau memang membenciku."

Hyunjin masih tidak menoleh. Akhirnya Heejin sendirilah yang meraih kepala Hyunjin untuk menatapnya.

"Ayo, katakan Hyunjin."

"A-aku membencimu Jeon Heejin. Sangat-sangat membencimu. Maka dari itu, menjauhlah dari hidupku. Keluar!" Hyunjin berteriak.

Meski berkata seperti itu, dalam dirinya sendiri Hyunjin hancur. Lebih hancur lagi melihat bagaimana raut kecewa Heejin menatapnya. Heejin tampak begitu terluka. Namun apa yang dikatakan gadis itu selanjutnya membuat Hyunjin terkejut.

"Bohong."

"Kau berbohong, Hwang Hyunjin."

Hyunjin menggeleng. Tapi kemudian ia tidak bisa mengelak lagi saat Heejin merengkuhnya dalam pelukan. Pertahanan Hyunjin runtuh. Laki-laki itu menangis hebat. Bahunya gemetar naik turun. Meski takut, akhirnya Hyunjin menyuarakan perasaannya.

"Jangan tinggalkan aku, Heejin." Hyunjin menggenggam seragam Heejin begitu erat.

"Jangan tinggalkan aku, aku membutuhkanmu."

"Tidak, aku berjanji tidak akan meninggalkanmu."

Dalam ruangan itu, keduanya menangis lagi. Menangis dengan pelukan yang amat lama. Benang merah mereka mulai terikat demikian kuat. Takdir seolah mengikat keduanya begitu erat. Tapi tidak tahukah mereka berdua? Bahwa segala yang diikat terlalu kuat dan erat pada akhirnya akan melukai? Melukai perlahan, dan kemudian membunuh.

•••••

"Sampai kapan anda akan berbohong ke Heejin, paman?"

Heejin yang baru saja membuka pintu rumah menghentikan langkah. Suara tanya itu milik Na Jaemin. Heejin ingin masuk dan bertanya kenapa tadi Jaemin tidak masuk ke sekolah, tapi apa yang dikatakan Jaemin selanjutnya membuat Heejin mengurungkan niat. Heejin mundur sedikit, mengatur persembunyian untuk dapat mendengar percakapan Jaemin dengan Ayahnya.

"Paman Wonwoo, aku tahu rahasia anda."

"Apa maksudmu?"

Di dalam sana, di tempat yang tidak dapat Heejin lihat Na Jaemin tersenyum miring.

"Jeon Heejin bukan putri anda 'kan?"

Heejin telah tidak terlalu terkejut mengenai ini. Tapi darimana Jaemin tahu?

"Bicara apa kau Na Jaemin? Tentu saja Heejin adalah putriku."

"Tidak usah mengelak Paman, aku tahu segalanya. Aku bahkan tahu jati diri Heejin sebenarnya."

Tidak ada jawaban dari Jeon Wonwoo. Hanya terdengar suara Na Jaemin kemungkinan. Kalimat-kalimat yang membuat segalanya semakin membingungkan bagi Heejin.

"Heejin adalah keberuntungan anda."

Keberuntungan apa?

"Jeon Wonwoo, tujuh belas tahun. Seorang putra konglomerat yang di usir dari rumahnya sendiri karena melakukan pemerkosaan kepada temannya sendiri."

Heejin tercekat di tempat, telapak tangannya membungkam mulutnya. Jadi apa maksud ini semua? Dirinya benar putri Jeon Wonwoo dari hasil...... pemerkosaan?

"Tapi perempuan itu bunuh diri. Kemudian, anda hidup tidak tentu arah. Hingga anda menemukan Jeon Heejin, bayi dalam sebuah kotak yang memancarkan cahaya. Anda tidak peduli, tapi pada akhirnya anda merawatnya. Lalu Jeon Heejin memberikan banyak keberuntungan kepada anda, hingga sekarang anda menjadi ilmuwan hebat di negeri ini."

Hening sejenak. Hingga Na Jaemin berbisik pelan, tetapi masih dapat Heejin dengar.

"Anda tahu kan, bahwa Jeon Heejin bukan manusia biasa?"

"Sebenarnya kau siapa Na Jaemin?" Pada akhirnya Jeon Wonwoo bersuara.

Na Jaemin tergelak.

"Anda ketakutan, paman? Anda takut bahwa jika Jeon Heejin akan pergi ketika tahu segalanya? Kemudian ketika Heejin pergi, boom! Segala kejayaan anda akan hilang."

Hal selanjutnya yang Heejin dengar adalah suara benturan, diikuti oleh suara tawa Na Jaemin.

"Paman penasaran siapa aku bukan?"

"Aku Nanael Jeisson. Sebangsa dengan putri anda, Jeon Heejin. Ah, bukan. Tapi, Eureka Apsara."































".......sebelum dia memutuskan meleburkan dirinya dan terlahir menjadi manusia hanya demi bersama dengan reinkarnasi Eugene Sam."

•••••

Hehe, Jan lupa vote and comments sayangku:)

March 29th 2021

Miraculous 2: Repeat The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang