á f t ē r h e p ā s s e d a w â y

66 16 1
                                    

2056

Lembah bersalju itu tidak memiliki ujung. Tidak akan pernah memiliki ujung. Dengan tumpukan salju tebal dan kristal salju yang tidak pernah berhenti turun. Hawa dinginnya membekukan jiwa. Tetapi pemuda itu telah mengarungi lembah ini selama tiga puluh tiga tahun. Berbeda dengan raga lain yang apabila hidupnya telah usai mengenakan pakaian putih, pemuda itu mengenakan pakaian hitam. Menggambarkan seberapa kotor dirinya di masa lampau.

Rambut hitam panjangnya di tempeli kristal-kristal salju. Demikian juga pakaian hitamnya. Giginya bergemelatuk dan mendesis dingin. Bibirnya membeku. Tapi pemuda itu tidak sekalipun berhenti melangkah. Berharap ia akan menemukan keajaiban di ujung jalan yang ia tempuh. Tetapi tak tahukah ia, bahwa lembah salju yang ia lalui tidak akan pernah memiliki tepi?

Pemuda itu, Eugene Sam.

Eugene Sam adalah sosok dengan jiwa yang kelam. Dalam pundaknya, begitu banyak dosa karena kebengisan yang pernah ia lakukan. Membunuh ratusan jiwa sejak usianya belasan, bahkan jiwa yang tak bersalah sekalipun. Maka tiada ampunan olehnya daripada Yang Esa. Karena dalam masa ketika ia hampir kembali kepada yang Esa, cintanya di renggut. Maka dahulu ketika ia terbangun dari koma panjang, Eugene Sam memutuskan tidak lagi mempercayai keberadaan Yang Esa. Kosong, jiwanya kosong.

Maka 33 tahun lalu ketika usianya 21 tahun, Tuhan menghentikan hidupnya. Menghilangkan eksistensi Eugene Sam dari dunia, dalam keadaan masih tak percaya pada kuasa Yang Esa. Maka disinilah ia sekarang, di lembah salju tanpa tepian. Hukuman bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Ia tidak dilemparkan kepada neraka, melainkan disiksa dengan cara sedemikian rupa hingga sesal menyesaki jiwanya.

Bruk!

Eugene Sam jatuh berlutut, untuk pertama kalinya setelah 33 tahun dirinya melangkah. Kemudian, dirinya memutuskan untuk rebah. Tidak peduli dengan dinginnya salju sebagai alasnya. Netra kelamnya menatap angkasa yang amat lapang. Sesekali ia mengerjap karena kristal salju jatuh di kelopak matanya. Lama, sungguh lama Eugene rebah. Hingga seluruh sarafnya seolah melemah, tubuhnya beku menyatu dengan salju. Tetapi kemudian di titik terlemahnya, sebuah suara bergaung entah dari mana.

"Eugene Sam, telah tiga puluh tiga tahun kau arungi dengan langkah tanpa tepi. Maka inilah saatnya engkau menebus segala dosamu di masa lampau. Akan Aku ciptakan sosokmu yang baru, di belahan dunia lain. Tebuslah segala dosamu, lantas kau dapat tenang dan kembali kepadaku."

Perlahan, seluruh tubuh Eugene seperti meringan. Kesadarannya di renggut pelan-pelan. Tetapi sebelum kelopak matanya tertutup rapat. Dengan bibirnya yang beku, Eugene merapalkan sebuah nama dengan amat lirih. Nama yang tidak pernah sekalipun ia lupa bahkan dalam perjalanan tanpa tepinya.

"Eureka Apsara,"

Genap. Kemudian kedua kelopak mata Eugene Sam genap terpejam. Ujung-ujung rambutnya mulai berubah menjadi serbuk. Turun ke wajah secara perlahan, hingga genap seluruh tubuhnya luruh menjadi debu. Sebuah angin membawa debu itu terbang, entah kemana. Ke tempat antah berantah.

"Sshhhhh dinginn," racaunya. Dengan mata terpejam, kepalanya menggeliat tidak nyaman.

Dengan berat, dibukanya perlahan kelopak mata miliknya. Untuk kemudian mendapati saudarinya tengah duduk di samping tempat tidurnya, menatapnya aneh.

Miraculous 2: Repeat The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang