f i r s t h i n t

17 7 4
                                    

"Sekali lagi, aku ingin mengucapkan terima kasih sudah membawa Heejun kemari, Tuan."

"Hah? Oh ya sama-sama." Samuel menoleh kepada perempuan di sampingnya.

Saat ini, mereka tengah duduk di sebuah kursi taman dekat pusat informasi. Sebenarnya, Samuel ingin kembali ke mansion. Tapi Heejun justru menahannya untuk pergi. Heejin sendiri merasa heran dengan putranya. Heejun biasanya takut dengan orang asing, karena selama 2 tahun ia hanya dekat dengan Minho dan Heejin saja. Tapi, tadi ia mau digendong oleh laki-laki asing di depannya. Bahkan menahan laki-laki itu untuk pergi.

Sebenarnya sekarang Heejun sudah tertidur di pangkuan Ibunya, tapi Samuel belum berniat pergi karena ia ingin menanyakan sesuatu. Heejin pun sama, ia ingin bertanya suatu hal yang saat ini masih menghantui pikirannya.

"Apakah kau mengenal aku?" tanya keduanya bersamaan.

Samuel dan Heejin sama-sama terkejut.

"Oh tidak, aku sepertinya tidak pernah melihatmu," kali ini Heejin berbicara duluan.

"Benarkah? Kau sungguh tidak kenal aku?" Samuel ingin memastikan.

"Kalau begitu apakah kau juga kenal diriku?" tanya Heejin balik.

Samuel menggeleng.

"Memangnya, siapa namamu?"

"Samuel--oh tidak, aku Hwang Hyunjin."

Heejin mengernyit, mencoba untuk mengingat sesuatu. Ia merasakan gelenyar aneh saat nama itu disebut, tapi ia tidak dapat mengingat apapun. Tidak ada nama Hwang Hyunjin dalam memorinya.

"Sepertinya aku tidak pernah mendengar nama itu. Yah, setidaknya 3 tahun belakangan ini."

"3 tahun belakangan?"

Heejin tertawa. Bolehkah ia mengatakan ini kepada orang asing yang baru ia temui hari ini?

"Aku tidak tahu, aku hanya merasa bahwa 3 tahun belakangan ingatanku ada yang hilang."

Samuel alias Hyunjin terkejut. Jika Heejin merasakan hal yang sama dengannya, berarti persepsinya bahwa perempuan ini memiliki hubungan masa lalu dengannya bisa jadi adalah benar.

"Ah sebentar aku belum bertanya siapa namamu?"

"Jeon Heejin."

Jeon Heejin?

"Nyonya Jeon, mobil yang menjemput anda sudah datang." Seorang asisten tiba-tiba menghampiri dan melapor kepada Heejin.

"Oh baiklah sebentar," Heejin menoleh kepada Hyunjin,"apa kau tinggal disini juga?"

Hyunjin mengangguk.

"Kalau begitu, aku mengundangmu untuk makan malam di rumahku. Anggap saja sebagai rasa terima kasih karena sudah membawa kembali Heejun."

Dan sepertinya masih banyak yang perlu kita bicarakan. Sambung Heejin dalam hati.

"Ah, baiklah."

"Oke, datanglah ke rumah nomor 5 pukul 7 malam," kata Heejin sambil menyerahkan Heejun kepada salah satu asisten.

Hyunjin mengangguk dan tersenyum. Setelah Heejin pergi, Hyunjin masih duduk diam di bangku itu sendirian selama beberapa menit untuk menunggu seorang asisten menjemputnya. Oh, tolong biarkan dirinya untuk menyebut dirinya Hyunjin mulai sekarang. Ia ingin terbiasa. Kemudian saat ia memutuskan untuk pulang, ia menemukan --selembar foto? Hyunjin memungut foto itu. Ah, ini foto dari Heejun. Mungkin saja Heejin membawa foto ini untuk menemukan putranya. Hyunjin memasukkan foto itu ke dalam saku celananya. Yah, ia bisa mengembalikan itu nanti.

Miraculous 2: Repeat The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang