Setelah dari hamparan, Hyunjin dan Heejin berjalan kembali ke apartemen dengan diam. Entahlah, segalanya agak terasa aneh bagi mereka berdua. Tentang takdir dari masa lalu yang masih berusaha mereka pahami, tentang mereka yang tiba-tiba menjadi sepasang kekasih, dan segala hal lainnya yang bagi mereka terasa aneh.
Mereka telah sampai di lobby apartemen Hyunjin ketika seseorang tiba-tiba menabrak bahu Hyunjin agak keras. Seorang laki-laki berpakaian serba hitam lengkap dengan masker dan topi hitam pula. Laki-laki itu hanya mengucapkan sepatah kata maaf sebelum kemudian pergi dengan tergesa hingga tak sadar ia menjatuhkan sesuatu.
Hyunjin memungut benda yang dijatuhkan oleh si laki-laki asing itu. Sebuah gantungan kunci kayu dengan ukiran hangeul 이 민 호=Lee Min Ho. Ah, mungkin nama laki-laki itu Lee Minho. Hyunjin membalik gantungan kunci kayu itu dan mendapati ukiran lainnya. Kali ini di tulis dengan alfabet biasa dengan huruf kapital. Tertera 'LEE KNOW' disana.
Hyunjin menoleh ke arah Heejin.
"Naiklah ke atas duluan, aku akan mencari pemilik gantungan kunci ini."
Heejin menggeleng. "Tidak, aku akan ikut denganmu saja.".
Hyunjin mengangguk. "Baiklah."
Heejin pun mengikuti Hyunjin ke pusat informasi yang ada di apartemen ini. Gedung apartemen Hyunjin memiliki pusat informasi dengan banyak semacam komputer canggih yang bisa mengakses data dengan cepat. Hyunjin segera saja menginput data dengan nama Lee Minho. Komputer mengeluarkan beberapa data hasil pencarian nama Lee Minho di apartemen ini. Hyunjin membuka dan mengeceknya satu persatu. Hingga muncullah data dari Lee Minho dengan nama lain Lee Know beserta data apartemen serta foto.
"Kenapa aku tidak pernah melihat orang ini?" gumam Hyunjin.
"Kenapa?"
Hyunjin menoleh ke arah Heejin yang bertanya dengan raut bingung.
"Seseorang dengan nama Lee Minho ini hanya berjarak dua unit dari unitku. Tapi, aku tidak pernah melihatnya. Aneh sekali."
"Mungkin saja, dia baru pindah kesini?"
Hyunjin manggut-manggut. "Ya, bisa jadi."
"Kalau begitu, mari kita naik ke atas dan mengembalikan barang ini kepada pemiliknya."
"Baiklah, ayo."
Kemudian Hyunjin dan Heejin masuk ke dalam lift yang akan membawa mereka ke tujuan dalam waktu super singkat. Hyunjin berjalan ke arah ruangan yang di tunjukkan kepadanya oleh komputer tadi. Setelahnya Hyunjin memasukkan input yang dapat menunjukkan ke penghuni unit apartemen bahwa terdapat tamu di luar. Beberapa detik kemudian, muncullah seorang pria membukakan pintu unitnya.
Hyunjin terdiam sejenak, karena entah kenapa laki-laki di depannya terasa tidak asing.
"Apakah benar anda Lee Minho?"
"Iya, kau siapa?"
"Ini milik anda? Anda menjatuhkannya tadi."
Laki-laki itu memandang sekilas benda yang ditunjukkan oleh Hyunjin sebelum mengangguk.
"Ya itu milikku, Terima kasih."
"Baiklah, kami pamit dul--"
"Bolehlah kami meminta secangkir kopi darimu?" tukas Hyunjin membuat Heejin kaget dan tak jadi menyelesaikan kalimatnya.
Sedangkan laki-laki bernama Lee Minho itu tersenyum, sebelum kemudian mengangguk.
"Masuklah."
Akhirnya, Hyunjin dan Heejin melangkah masuk ke dalam apartemen Lee Minho alias Lee Know ini. Apartemen itu terlihat seperti apartemen biasa. Berinterior serba hitam dan abu-abu, yang entah kenapa lagi-lagi tidak asing bagi Hyunjin.
"Duduklah, aku akan buatkan kopi untuk kalian. Apa yang kalian berdua inginkan?"
"Latte," jawab Hyunjin cepat.
"Dan kau?"
"Ah, aku ingin air mineral saja."
Lee Minho mengangguk, sebelum kemunculan menghilang di balik pintu yang menghubungkan ruang tamu ke kitchen set.
"Sebenarnya kau kenapa?" tanya Heejin agak berbisik saat mereka berdua sudah duduk.
"Tidakkah kau merasa sedikit aneh?" tanya Hyunjin balik.
Heejin mengernyit hingga kemudian Hyunjin melanjutkan ucapannya.
"Pria itu, bukankah menurutmu dia tidak asing?"
Heejin berpikir sejenak, sebelum memberikan gelengan kepada Hyunjin.
"Aku tidak tahu, hidupku hanya sebatas tentang rekann di sekolah, Na Jaemin, dan --ehm- Profesor Jeon."
"--tapi-"
"Sssh, diam. Dia datang."
"Silahkan," ujar Lee Minho.
Hyunjin tersenyum dan mengucap terima kasih untuk kemudian mulus menyesap kopinya perlahan. Setelahnya Hyunjin meletakkan cangkir kopinya di meja, menatap Lee Minho sejenak hingga laki-laki itu berbicara.
"Aku tahu, kau penasaran siapa aku bukan?"
Hyunjin terkejut, namun tidak mengelak sama sekali. Membiarkan Lee Minho melanjutkan ucapannya. Sedangkan Heejin hanya diam memperhatikan.
"Ayahku orang Korea, marganya Lee. Dan Ibuku, seorang perempuan berdarah Indonesia dengan nama Fraylin Ash Damian." Lee Minho tersenyum.
Damian?
"Kalian tahu seseorang dengan nama belakang Damian?"
Jangan-janngan---mungkinkah?
"Fralino Damian, dia kakekku."
Hyunjin dan Heejin masih diam meski keduanya agak tercekat. Tetapi Lee Minho justru terkekeh dan melanjutkan ceritanya.
"Saat aku lahir, kakekku adalah yang paling terkejut. Karena ia menyadari betapa mirip aku dengannya. Aku bagaikan duplikat dirinya--dan karena itulah aku memiliki nama Lee Know. Karena nama panggilan kakekku adalah Lino."
"--sebentar, jadi kau tahu siapa kami?" tanya Heejin.
Lee Minho mengangguk.
"Tentu saja, kakekku sering sekali bercerita tentang dua temannya yang bernama Eugene dan Eureka."
"Maaf--tapi apa kakekmu masih hidup?"
Wajah Lee Minho kemudian menjadi agak muram.
"Ya, tapi dia tidak dapat mengingat siapapun. Dia bahkan tidak mengingat siapa aku. Dia sudah sangat tua, bahkan dia sangat jarang sekali bicara."
Hyunjin memandang Heejin sebentar, sebelum mengajukan sebuah pertanyaan.
"Jika dia berada di Korea, bolehkah kami bertemu dengannya?"
••••••
Maapkeun guys kalo misal ada typo, lagi males ngecek. Komen aja mana yg typo, kapan-kapan aku revisi.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Miraculous 2: Repeat The Story
Teen Fiction"Mari Kita bertemu di reinkarnasimu selanjutnya." Setengah Abad berlalu. Kalimat yang di ucapakan oleh Eureka puluhan tahun lalu seperti mantra, menjelma menjadi sebuah kutukan. Di belahan bumi, Tuhan menciptakan Eugene dan Eureka yang lain. Tapi un...