Beberapa jam lalu, Lee Minho melarikan diri dari istananya. Oh ralat, lebih tepatnya rumah. Tapi sebenarnya bisa juga disebut istana sih karena luas, desain, arsitektur dan furniturnya yang tidak masuk akal bagi rakyat jelata. Serius, Minho tidak bohong. Berlari dari kamarnya untuk menuju gerbang utama saja sangat melelahkan. Kelak, jika sudah menikah Minho berencana membuat rumah minimalis saja. Karena ia tak ingin anak atau istrinya kelak lelah hanya karena berkeliling rumah.
By the way, ini pertama kalinya Minho kabur. Lebih tepatnya, keberhasilan pertamanya untuk kabur. Karena di usia belasan, Minho sudah beberapa kali mencoba kabur namun selalu tertangkap oleh penjaga. Oh ayolah, Minho bukan pangeran. Sejak kecil, ia selalu dijaga dengan pengawasan ketat. Ia juga harus mengikuti homeschooling. Lalu apa yang lebih gila? Kakek dan kedua orang tuanya membuat wahana permainan khusus di komplek rumah mereka hanya karena Minho ingin mencoba bermain di tempat seperti itu. Padahal, bukan itu maksud Minho. Ia hanya ingin bersosialisasi. Kemudian, mempunyai teman. Sesederhana itu.
Namun kini Minho telah memasuki usia 20 tahun. Dengan kabur seperti ini, ia siap untuk menerima resiko yang mungkin ia dapat. Ya ya, Lee Minho sepenuhnya tahu bahwa orang-orang dewasa itu bukan mengekang Minho tanpa alasan. Musuh bisnis mereka banyak, dan mereka takut Minho terluka. Tapi, tidak mungkin Minho hidup terkekang selamanya seperti itu 'kan?
Tapi sekarang, Minho kebingungan. Ia tidak tahu sekarang ia dimana dan harus ke arah mana. Biasanya ia selalu didampingi dan diantarkan oleh para pengawal. Tapi tadi Minho hanya berkata untuk menurunkan ia dimana saja kepada taxi driver. Iya sih, Minho memiliki smart watch yang bisa menunjukkan arah. Tapi benda itu akan membuat keberadannya di deteksi.
Beberapa saat kemudian, seorang gadis menghampirinya. Gadis itu pendek dan berwajah mungil, yang kemudian Minho tebak mungkin berusia 14 atau 15 tahun. Pakaian yang ia gunakan memiliki badge dengan tulisan 'Grade 9 - Sirius Junior High School.' Dalam hati, Minho membatin "Oh, jadi rupanya seperti ini seragam sekolah."
"Oppa, apa kau tersesat?" tanyanya tiba-tiba.
"Hah?"
"Maaf, aku tidak bermaksud menguntit atau apapun. Hanya saja, aku telah duduk disana selama setengah jam sambil memakan es krimku. Aku melihat Oppa sejak tadi tidak berpindah, dan aku tebak sedang kebingungan?"
Oh, Minho sebenarnya tidak ingin tahu gadis kecil ini sedang makan es krim atau apapun. Tapi, caranya menjelaskan situasi membuat Minho diam-diam merasa gemas.
Minho menggaruk tengkuknya,"sebenarnya, aku sedang kabur. Tapi aku bingung harus kemana."
"Oppa punya uang?--ah tidak, aku tidak berniat meminta uang. Hanya saja, di dekat sini ada Hotel jika kau ingin menginap."
"Hotel? Tapi kakekku bisa melacakku jika aku tinggal di Hotel. Kau punya saran lain?"
"Hmm, di dekat rumahku sepertinya ada rumah kosong. Kau mau menyewanya?"
"Oh tentu saja, tapi bisa kau bantu aku untuk ke ATM dan Mega-market? Aku perlu mengambil uang dan membeli beberapa barang."
"Disini tidak ada Mega-market. Tapi, aku tau tempat untuk membeli barang-barang yang mungkin Oppa butuhkan. Ikuti aku," titahnya.
Lee Minho mengikuti langkah gadis kecil itu. Gadis itu masih sangat muda, tapi aura kecantikannya telah tampak. Wajah putihnya yang ditimpa cahaya matahari tampak begitu mempesona.
"Namamu siapa?" tanya Minho.
Gadis itu menoleh. "Jeon Heejin."
Jeon Heejin. Ingat Minho dalam otaknya.
"Aku Lee Minho."
"Sepertinya aku pernah mendengar nama itu dari suatu tempat?"
"Haha, mungkin nama itu memang pasaran?" Minho tertawa canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miraculous 2: Repeat The Story
Ficção Adolescente"Mari Kita bertemu di reinkarnasimu selanjutnya." Setengah Abad berlalu. Kalimat yang di ucapakan oleh Eureka puluhan tahun lalu seperti mantra, menjelma menjadi sebuah kutukan. Di belahan bumi, Tuhan menciptakan Eugene dan Eureka yang lain. Tapi un...