Sudah hampir satu minggu Rivo dan Haikal mencari-cari keberadaan gadis yang mereka percaya bernama Rindu itu. Bukannya memilih menyerah, Rivo justru semakin bersemangat untuk itu. Haikal apalah dia, mengikuti kemauan Rivo saja sepertinya tidak akan membuatnya rugi. Tetapi, masalahnya bukan lagi rugi atau tidaknya Haikal oleh kemauan Rivo, namun waktu mereka yang tersita bahkan sampai malam menyapa. Sialnya, Rivo sama sekali tidak terlihat merasa bersalah. Bukannya meminta Haikal untuk tidak usah lagi membantunya mencari, Rivo justru terus mengajaknya dengan memohon-mohon sampai Haikal merasa geli.
Awalnya Haikal tidak masalah dengan Rivo yang mati-matian mencari cinta sejatinya. Berbeda sekali dengan Rivo, Haikal itu sangatlah populer dikalangannya. Sangat populer malah, sampai-sampai dia muak dengan permainan cinta. Makanya, Haikal ingin ikut berperan dalam pencarian Rivo. Karena baginya, Rivo memang seharusnya mencari kekasih agar hidupnya sedikit lebih berwarna lagi. Tetapi, tidak bisa dipungkiri kalau Haikal sekarang ini juga masih sendiri. Hanya perlu waktu baginya untuk mencari kekasih yang lebih pasti dan bukan hanya sekedar ada sebagai mainan lagi.
Namun, sekarang. Haikal sudah sangat muak dengan pencarian mereka. Jangankan menemukan sosoknya, menemukan kemungkinan bahwa gadis itu benar-benar ada saja belum mereka temukan sama sekali. Kebosanan mulai menggerogoti, Haikal bahkan sampai kesal sendiri karena terlalu bersemangat sedari awal. Sekarang, hasilnya belum dapat apa-apa dan hanya mendapatkan lelah saja. Haikal bahkan merutuk dalam hati karena sempat berjanji untuk terus membantu Rivo sampai gadis itu mereka temui.
Malam ini, mereka berhenti sejenak di depan halte tempat di mana dulu Rivo bertemu Rindu. Menguji keberuntungan katanya, mungkin saja gadis itu bisa dia temui di situ. Tentu saja kata itu hanya untuk membujuk Haikal agar dia tidak merengek meminta pulang. Karena sedari tadi, Haikal selalu saja mengoceh mengeluarkan apa saja kata-kata dari mulutnya. Bukannya mendengarkan, Rivo justru tidak memahami apa-apa dari kata yang Haikal ocehkan untuknya.
Sebagai ganti dari ocehannya, Rivo sengaja membelikan minuman untuk Haikal agar ocehannya bisa dia telan bersama minuman. Berjongkok di tepi jalan adalah cara mereka menghabiskan minuman. Ocehan Haikal pun juga mulai tidak lagi kedengaran. Mulutnya itu bisa tersumpal dengan air minum pemberian Rivo. Memang sudah sebarusnya begitu karena dengan mengoceh, rasanya tenaga Haikal banyak terkuras.
"Sabar napa? Pergi ke luar gini 'kan lebih banyak faedahnya. Pulang ke rumah juga enggak bakal ngelakuin apa-apa 'kan?!" ucap Rivo mencoba membujuk Haikal agar tidak marah-marah sendiri lagi.
Haikal menarik napas kesal, bisa-bisanya Rivo berujar seenak jidatnya, tapi Haikal tetap mengikuti maunya. Bagaimanapun juga, ucapan Rivo ada benarnya. Kalaupun sekarang pulang ke rumah, palingan mereka juga hanya membuang-buang waktu saja. Bermain game seharian atau hanya tiduran saja adalah kegiatan bodoh mereka. Jadi, sedikit bermain lebih lama lagi dilintasan mungkin akan lebih banyak manfaatnya. Bisa melihat wajah baru contohnya, atau membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan yang mereka temui di jalanan.
Rivo memang begitu orangnya, melakukan apa saja demi kehendak gilanya. Jangankan hanya sekedar mencari gadisnya, Rivo sendiri bahkan sudah pernah melakukan hal yang lebih konyol daripada itu. Berupa berlutut kepada kedua orang tua Hanum agar cintanya Hanum terima, bukannya mendapat restu, Rivo malah mendapat makian. Meski begitu, Rivo tetap dengan inginnya untuk menjadikan Hanum kekasihnya. Pada akhirnya, keikutsertaan Haikal di dalam proses penerimaan Rivo oleh Hanum-lah yang mengakhiri pengejarannya. Haikal yang berperan sebagai pemaksa agar Hanum menerima Rivo teman gilanya.
Rivo pun membuang kaleng minumannya pada tong sampah yang tak jauh dari posisinya. Sekilas, matanya ia pendarkan keseberang sana di mana gadis berambut terurai bisa disaksikannya. Rivo yakin dia tidak salah mengenali, dia itu adalah gadis memilik saputangan yang ia cari. Berdiri dari jongkonya, Rivo kesenangan bukan main. Keberuntungan yang dia uji itu, sepertinya sedikit memihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duri (End✅)
Teen FictionGenre : Comedy Romance Follow sebelum baca! Beberapa orang pasti pernah suka sama orang yang sudah punya pacar, tapi pernah enggak sih, kalian ngebucinin pacar orang sampai mau ditendang? Kalau belum, coba tanya Rivo gimana rasanya. Star : 19 Ja...