19

33 5 17
                                    

Di sudut sana, ada Rivo yang menarik Rindu menjauh dari rombongannya. Dengan tanpa rasa bersalah, dia seenaknya saja membawa Rindu di kala yang lain lengah. Di dekat gudang sekolah paling ujung, Rivo berhenti melangkah. Sementara Rindu sendiri, meski dia kebingungan, tapi mulutnya tak bisa untuk menolak ajakan Rivo yang membawanya keluar dari rombongan.

"Ada apa?" tanya Rindu kemudian sesaat setelah Rivo melepaskan tangannya.

"Lo kenapa? Lo semalam dimarahin orang tua lo, ya?" tebak Rivo.

Rindu menundukkan pandanganya. "Mmm ... gitu, deh!" jawab Rindu dan tetap berusaha mencoba terlihat biasa saja.

"Beneran? Ini gara-gara gue ngajak lo mainnya kemalaman, ya? Maaf, ya?!" lirih Rivo merasa kesal dengan dirinya sendiri.

Rindu menyempatkan tersenyum mendengar permohonan maaf dari Rivo. "Enggak apa-apa, kok!" sahutnya kemudian.

Berikutnya, Rindu ingin memutar langkah karena sepertinya membicaraan mereka telah selesai. Rindu tidak mau Zaka akan kembali memarahinya karena pergi tanpa berkata. Rindu juga tidak mau kalau Zaka kembali salah paham terhadapnya terutama gara-gara adanya Rivo bersamanya. Di saat kakinya baru akan bergerak meninggalkan, di situ pula Rivo menahan gerakkannya dengan cara menahan pergelangan tangannya.

"Ada apa lagi?" tanya Rindu bingung.

"Gue bawa lo ke sini bukan buat mastiin itu doang!" ujar Rivo menjawab pertanyaan, "Gue juga mau denger jawaban lo. Lo tinggal pilih, jawab iya atau tentu saja. Jadi, lo pilih yang mana?" imbuh Rivo kemudian.

"Iya? Tentu saja? Maksudnya?" tanya Rindu mengerutkan dahinya. Rindu itu tidak hebat dalam bermain teka-teki, Rindu juga tidak ahli dalam memecahkan maksud dari jawaban yang Rivo suruh pilih. Pertanyaannya saja Rindu tidak tahu dan sekarang Rivo malah memintanya menjawab dengan dua pilihan.

Rivo memetikkan jarinya. "Cakep! Tadi lo udah jawab, iya, tentu saja. Boleh kok, ambil jawaban keduanya!" cengir Rivo yang mengambil kesimpulan sendiri dari pertanyaan yang Rindu lontarkan malah dianggap jawaban oleh Rivo, "Berarti sekarang kita udah resmi jadian!" sambung Rivo dengan nada suara tanpa beban.

"Hah ... Apa?" Jelas Rindu kebingungan dan kaget dengan penuturan Rivo yang terdengar seperti jebakan. Seenaknya saja orang itu menyimpulkan sementara Rindu tidak mengerti apa-apa tentang pertanyaan yang dia ajukan.

Rivo malah menanggapinya dengan sengiran lebar. "Kok, bingung? 'Kan lo tadi udah jawab! Ya, udah kita sekarang jadian." tutur Rivo sekali lagi dengan suara tanpa beban, "Soal Zaka? Gue enggak apa-apa kok, kalau lo enggak mau mutusin dia. 'Kan gue udah bilang kalau gue mau jadi yang kedua?" tambahnya lagi.

Selama Rivo menjelaskan, Rindu tak bisa menangkap ucapannya dengan benar. Kata-kata berupa peresmian hubungan mereka merasuki benaknya dan membuatnya sedikit lupa dengan kenyataan. Kenyataan berupa dia adalah milik Zaka dan bahkan Rindu tak sempat memikirkan bagaimana Zaka yang kini sedang menunggunya. Di sini Rindu bisa mendengar kalau Rivo tidak apa kalau Rindu tak memutuskan Zaka, tentu saja Rindu tidak akan melakukan itu karena Rindu memang tidak ada niatan buat melepaskan Zaka.

"Bukan ... bukan gitu, tapi ... ini ...." Rindu tergagap dengan kebingungan yang masih melekat.

"Ah, udahlah. Enggak usah dipikirin! Kita cuma perlu jalin hubungan ini tanpa sepengetahuan dari siapapun," pungkas Rivo berusaha meyakinkan Rindu agar gadis itu tidak lagi ragu.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang