36

91 4 0
                                    

Sudah kisaran sepuluh menit waktu masuk kelas berlalu, tapi guru yang mengajar tak kunjung masuk kelas. Untuk itu, semua anggota kelas IPA-c hanya bermain-main saja. Ketua kelas juga melarang untuk ke luar kelas, jadi semua anggota mematuhinya. Bermain di dalam kelas juga menyenangkan bagi mereka.

"Kak, Kakak masih sakit?" tanya Rindu melihat Rivo sedari tadi membisu.

Mata Rivo yang semula terus menatap mejanya pun mendongakkan kepala. Menatap Rindu di hadapan yang tengah memeriksa suhu badannya. Rivo pun menggenggam tangan Rindu dengan kedua tangannya. Kemudian, dengan nakalnya Rivo menggenggamnya kuat-kuat sampai Rindu meringis dibuatnya.

"Apaan, sih? Sakit tau!" omel Rindu sambil memukul tangan Rivo dengan tangan satunya lagi.

"Siapa yang masih sakit coba?" tutur Rivo sambil melepas genggaman.

"Ya, Kakak sih, diam aja dari tadi!" sahut Rindu mengetus-ngetuskan suaranya.

"Bingung mau ngapain, makanya aku dari tadi diam aja."

Rindu memanyunkan bibirnya, jawaban Rivo sama sekali tidak ada masuk akalnya. Padahal banyak yang bisa dilakukan, main ponsel misalnya. Sementara di sebelah Rivo, dia yang mengisi bangku itu juga sama. Diam saja sedari tadi sambil menundukkan kepala ke atas meja. Menyembunyikan wajah dibalik lipatan tangan dan seakan tak peduli dengan sekitar.

"Kak, gangguin yuk!" ajak Rindu yang menjulingkan matanya ke arah Haikal.

Entah dari mana datangnya sikap usil itu, padahal biasanya dia sangat canggung dengan Haikal. Sekarang Rindu justru mengajak Rivo untuk berbuat nakal. Rindu sampai menaik-turunkan alisnya menunggu Rivo memberi persetujuan. Berharap, orang yang sudah terbiasa dengan sikap jahil itu segera memutar akal.

Melihat alis Rindu yang dinaik-turunkan, Rivo menjadi gemas sendiri. Bukannya mengganggu Haikal seperti yang Rindu ajukan, Rivo malah menyentil dahi Rindu. Membuat Rindu mau tidak mau harus mengadu kesakitan. Memang tidak begitu sakit, tapi hanya untuk mendramatiskannya saja.

"Ka, sakit!" adu Rindu kepada Zaka yang sedari tadi mengobrol dengan teman bangku depan.

Zaka pun menghentikan obrolannya dan menatap Rindu yang tengah mengusap dahi. "Kenapa?" tanya Zaka sambil menyingkirkan tangan Rindu dari dahinya. Memastikan dahi gadis itu tidak terluka parah.

Ada sedikit bekas kemerahan tergambar di sana, Zaka kemudian meniupnya sambil sedikit mengusapnya. Kemudian, sosok Rivo seolah dilupa. Dengan santainya mereka memamerkan kemesraan seolah di sini hanya ada mereka berdua. Menganggap orang lain hanya benda mati yang tidak akan terganggu oleh kemesraan mereka berdua.

"Udah?" tanya Zaka memastikan kalau sakit yang Rindu rasa sudah mulai mereda.

Melihat Rivo yang mengerutkan dahinya, Rindu sengaja menggelengkan kepala. Mencoba memamerkan sekali lagi, bagaimana mesrahnya kekasihnya. Untuk gelengan yang Rindu berikan, Zaka kembali mengusap dahi Rindu. Meniupnya beberapa kali agar sakitnya mereda.

"Teroosssss, teros aja pamer! Putus tau rasa!" ketus Rivo jengkel.

"Huuu! Bilang aja Kakak iri!" jawab Rindu sambil menjulurkan lidahnya.

Rivo diam saja, kalau diladenin bisa panjang pembahasannya. Lagi pula Rindu juga sengaja untuk memancingnya. Jadi, Rivo diam juga agar Rindu tak merasa menang dalam memancing Rivo. Sebaliknya, Rindu pasti akan kesal sendiri karena Rivo yang mengabaikan.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang