41

31 1 0
                                    

Kembali dari mengambil kertas diagnosa yang tertinggal di dalam mobil Zaka, Rivo menghentikan langkah di ruang tamu. Tiba-tiba jantungnya terasa berdetak lebih kuat dari sebelumnya dan juga terasa lebih singkat dari semestinya. Ada pening yang mengimbanginya dan membuat tubuh Rivo melemah dalam sekejap saja. Masih dengan kekuatan yang tersisa, Rivo menyandarkan tubuhnya pada sofa. Berusaha mencari ketenangan di sana dan berusaha agar kertas diagnosa tak terlepas dari genggamannya.

Semakin lama, sakit di dada dan juga kepalanya tak jua kunjung menghilang dan terasa semakin menyiksa. Rivo tak kuasa lagi menahan sakitnya. Namun, tetap dia usahakan agar tetap terjaga. Saat ini, satu nama yang terlintas di kepalanya dan Rivo langsung berusaha untuk memanggil namanya.

"Ha--Haikal ... to--longin gue!" lirih Rivo dengan suara yang bahkan dia sendiri tidak bisa mendengarnya.

Salahkah Rivo memanggil nama Haikal? Tentu tidak karena orang yang selama ini ada untuknya hanya Haikal seorang saja. Menjadi penenang baginya yang bahkan tak bisa Rivo rasakan dari keluarganya. Sosok pendengar dan juga pemberi solusi atas apa saja yang Rivo adukan padanya. Sudah sepantasnya nama Haikal yang berusaha dipanggilnya ketika dalam keadaan yang kini Rivo rasa.

Namun, hingga ketenangan menghampirinya, Haikal belum juga menampakkan diri. Berakhir dengan dentuman di dada Rivo yang kini tak lagi terasa. Tanpa Rivo ketahui, bahwa di seberang sana semenjak Rivo memanggil namanya, Haikal merasakan kegelisahan yang membuatnya memukul dada. Tanpa Haikal ketahui pula, apa yang dia rasa adalah bentuk dari ikatan mereka yang membuat Haikal tanpa sadar merasakan panggilannya.

🌹🌹🌹

Dia, yang tadinya mereka kira pemuda kuat dan suka bercanda, sekarang sudah terbujur kaku dengan kepala sampai kaki tertutup kain. Mata terpejam dibaliknya menandakan kalau dia sudah beristirahat dari kehidupan. Penderitaannya selama ini sudah berakhir dan sudah waktunya dia melakukan peristirahatan. Sudah cukup sampai di situ saja dia merasakan kesakitan. Cukup sampai di situ saja pemuda itu melakukan kebohongan. Kebohongan yang bahkan sama sekali tak satu orang pun sadar akan apa yang dia lakukan.

Di sana, sebelah kanan tubuh tanpa nyawa itu, ada mereka yang menjadi pembimbing Rivo dari kecil. Mereka yang berperan sebagai orang tua tampak tak kuasa menahan tangis dan juga sesal. Sesal pastinya mereka sebagai orang tua, namun tak tahu apa-apa tentang penyakit Rivo yang sudah bersarang sejak kecil. Penyakit turunan dari Engla sebagai wanita carier akan penyakit hemofilia yang selama ini tak pernah sekali pun Rivo keluhkan.

Lalu, di sebelah kirinya, duduk terdiam dia yang selalu bersamanya. Dia yang menjadi tempat mengeluh bagi Rivo kala beratnya kehidupan menimpanya. Dia yang menjadi tempat tertawa bagi Rivo kala dia bahagia. Tetapi, dia bukanlah tempat bersedih bagi Rivo kala dia merasakan pedihnya penyakit yang dia derita. Dia hanya menjadi alasan utama Rivo bisa tertawa kala dia memberikan perhatian yang luar biasa. Dia yang menjadi pilar untuk Rivo yang selama ini berdiri tak sekokoh kelihatannya. Dia yang katanya mengaku sebagai kakak untuk Rivo dan akan selalu memarahi Rivo kala dia berbuat salah. Dia yang bernama Haikal, yang menjadi sosok paling rapuh jika itu menyangkut kondisi adiknya.

Haikal duduk terdiam di depan jasad Rivo yang wajahnya tertutup semua. Tatapannya tak pernah sekali pun dialihkannya dari kain penutup wajah Rivo yang melengkung sesuai lekukan wajahnya. Namun, kala para pelayat menyibak penutup wajahnya untuk menitipkan doa kepadanya, Haikal langsung menutup mata. Begitu seterusnya, tanpa sekali pun Haikal berani membuka mata kala penutup wajah itu juga dibuka. Jujur saja, tak setetes air mata pun bisa Haikal keluarkan dari pelupuknya. Seakan dia sudah pasrah dengan semua yang menimpa dan seolah Haikal tidak merasakan kesedihan kala Rivo meninggalkannya.

Serta, hampir di seluruh sudut rumah, ada banyak orang yang melayatnya. Kerabat dan saudara yang mengisi sebagian dari besarnya rumah. Teman-teman sekolahnya pun, dari sekolah lamanya hingga sekolah yang saat ini ditempatinya. Teman-teman semasa SMP-nya juga terlihat beberapa.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang