37

61 3 0
                                    

Suara Azura yang bergetar membuat Haikal memperhatikannya. Setelah itu, Haikal merasa bersalah dengan bentakan yang baru saja dia lakukan. Segera Haikal berdiri dari duduknya, menelusuri langkah ke depan. Tentu saja Zaka ingin mengikuti langkahnya, tapi Rindu langsung menahan. Memeluk erat lengan Zaka dan menggelengkan kepala adalah cara Rindu agar Zaka mengurung niatnya.

Di depan sana, Azura tampak menunduk gelisa. Tangan Haikal tampak terulur ke arah Azura dengan niat memberikan spidol kepadanya. Azura tak langsung mengambil, suara kasar Haikal masih saja terngiang di kepala.

"Maaf buat yang tadi!" ucap Haikal sambil meraih tangan Azura agar pemberian spidolnya segera diterima.

"Kenapa aku yang disalahin coba?" tanya Azura setelah menerima spidolnya.

"Karena emang kamu yang salah, Ra!"

"Iya, kenapa aku? Aku enggak ngerti kenapa kamu nyalahin aku, padahal jelas-jelas Rivo yang mulai duluan," bela Azura masih dengan menundukkan kepala.

Haikal mengangkat tangannya dan menjatuhkannya pelan di atas puncak kepala Azura. "Kamu ngerti kok, Ra!" tutur Haikal sambil menemuk-nepuk pelan kepala Azura.

"Aku enggak nger---"

Niat Azura yang tadinya ingin kembali membela diri pun terhenti begetu saja. Pada akhirnya, kepala itu berhasil diangkatnya. Mata teduh milik Haikal bersedia membalas tatapannya dan sekali pun Haikal tak mengedipkan mata. Hal yang membuat Azura menghentikan kata-kata adalah karena ingatannya yang tiba-tiba terbuka. Kembali memutar kenangan di masa lalu, yang mana Haikal menyebut kondisi Rivo di kala itu.

"Sakit Rivo, ya?" tanya Azura pelan, sehingga hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.

Haikal menggangguk pelan, membenarkan apa yang ingin Azura pastikan.

"Emang Rivo sakit apa?" tanya Azura lagi.

Tidak ingin memberikan jawaban, Haikal terdiam sesaat sebelum mulutnya mulai bersuara. "Lanjut nyatatnya, yang lain udah pada nungguin! Jangan sampai kelas kita ketinggalan materi dari kelas sebelah," sahut Haikal dan memutar langkah hendak kembali ke bangkunya.

Sebelum itu terjadi, Azura sudah lebih dulu menghentikan gerakannya. Azura langsung menarik Haikal keluar kelas agar dia bisa berbicara lebih leluasa. Haikal sampai tak punya pilihan lain selain mengikutinya.

"Eh? Malah kabur? Ini catatannya gimana?"

"Pacaran aja terus diutamain!"

Beberapa dari anggota kelas mulai protes dengan Azura yang meninggalkan tugasnya begitu saja. Kalaupun meminta wakil sekretaris untuk melanjutkan catatan, spidolnya juga dibawa oleh Azura. Lagipula hanya sedikit dari mereka yang benar-benar mau mencatat materi pelajaran Fisika. Hanya bertebarkan rumus yang sulit dipahami membuat sebagiannya merasa malas untuk bekerja. Jadinya, kepergian Azura bisa menjadi alasan utama untuk mereka tidak melanjutkan catatan.

Di luar sana, Azura baru melepaskan tarikannya ketika langkahnya sedikit jauh dari kelas mereka. Langsung saja Azura menatap Haikal yang seolah tak tertarik mengeluarkan suara. Pandangannya pun bisa langsung disimpulkan kalau dia sekarang tidak tertarik dengan apa-apa.

"Kamu sebenarnya nganggap aku ini siapa sih, Kal?" tanya Azura.

Pertanyaan yang sama yang dulunya pernah Haikal tanyakan kepada Rivo, kini dibalikkan padanya oleh Azura. "Pa--pacar?!" jawab Haikal seakan dia juga mengajukan pertanyaan.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang