6

86 6 19
                                    

Diheningnya sistem pembelajaran kali ini karena murid-murid pada mencatat materi, Haikal menyenggol pelan sikut Rivo dengan sikutnya pula. Sementara dia tidak menjadi bahan perhatian siswi-siswi di kelas ini, Haikal tentunya ingin memanfaatkan keadaan untuknya menatap para siswi. Sedari tadi, Haikal bahkan tidak ingin mengangkat kepalanya karena dia menjadi sorotan para wanita. Maksud Haikal bukan untuk melirik gadis cantik untuk ia pilih, tapi melirik gadis yang pernah Rivo sebutkan untuk alasannya yang lain pindah ke sekolah ini.

"Riv, mana cewek yang lo bilang itu?" bisik Haikal berusaha meredam suaranya agar tidak ada yang menyadarinya.

"Itu! Sebelah lo," tunjuk Rivo dengan gerakan matanya, tapi kepala mereka berdua tetap menunduk seolah tengah mencatat materi.

Haikal pun ikut merotasikan matanya ke arah yang Rivo tunjukkan, tapi tidak dengan kepala. Tampak kesulitan Haikal dalam melihat wajah gadis di sebelah dengan jelas, membuat mata Haikal terasa hampir juling. Sekeras apa pun usahanya, tetap saja Haikal tidak bisa melihat dengan jelas. Bukannya Haikal takut dengan guru yang akan menegur, tapi Haikal hanya ingin menunjukkan pada siapa saja kalau dia cuek orangnya. Melihat banyak pasang mata yang meliriknya sedari tadi, Haikal hanya mencoba memperkecil kemungkinan bahwa gadis yang Rivo maksud juga tidak sedang menatapnya. Jangan sampai dengan saling bertatapan, anak orang bisa menganggap Haikal juga tertarik padanya. Bukannya dia sombong dengan ketampanannya, hanya saja hal itu sering kejadiannya. Hanya karena tak sengaja membalas tatapan dari salah seorang wanita yang meliriknya, mereka mulai meyangka Haikal juga tertarik padanya.

"Enggak keliatan!" kesal Haikal.

Seketika itu juga Rivo mengangkat kedua tangannya dan memutar kepala Haikal menunjukkan siapa yang dimaksudnya. Gadis yang ditunjuknya pun merasa kalau ia sedang menjadi sorotan. Kepalanya itu dia tolehkan ke arah Rivo dan Haikal. Senyuman ramah dia sunggingkan kepada dua orang teman barunya itu. Setelahnya, dia kembali dengan kegiatannya menulis pada buku tentang materi pembelajaran.

"Gimana? Lo liat?" tanya Rivo kemudian.

Haikal menggeleng lemah. "Gue cuma liat senyumannya doang. Busettt, manis banget!" celetuk Haikal yang sedari tadi hanya memperhatikan bagaimana bibir itu membentuk lengkungan, sampai-sampai dia tidak terlalu memperhatikan kalung yang Rivo maksudkan.

Dengan kesalnya, Rivo memukul pelan kepala Haikal. Bisa-bisa orang itu melihat hal lain di saat dia yang katanya penasaran dengan kalungnya. Tentu saja Haikal tidak membalasanya karena matanya baru saja bertemu dengan guru mata pelajaran. Kembali fokus pada catatannya adalah cara terbaik agar tidak mendapat teguran. Kalaupun bisa, Haikal pasti sudah membenamkan kepala Rivo ke atas meja karena terlalu kesal dengannya.

Tak lama setelahnya, bel pergantian jam pun menyapa. Heningnya kelas yang tadinya tercipta, sekarang digantikan oleh hiruk suara para siswa. Yang menjadi sorotan kali ini adalah Rivo dan Haikal tentunya. Baru saja guru meninggalkan kelas, hampir dari semua perempuan menghampiri meja mereka berdua.

"Eh! Kenapa pindah ke sini?" tanya salah satu dari mereka.

"Nyari orang," jawab Rivo singkat dan bersikap cuek karena dia pikir itu adalah cara agar Rindu tidak menatapnya seperti laki-laki buaya.

"Gue enggak nanya sama lo! Gue nanya sama Si Haikal." ketusnya mendengar jawaban cuek dari Rivo, padahal dia tidak menanyakan soal Rivo secuil pun.

Rivo hanya memandangnya remeh, seharusnya Rivo memang sudah menyadari itu dari awal. Kalau sorotan mereka jelas bukan menyorot dirinya, tapi Haikal. Ternyata di luar dari sekolah mereka yang lama, Haikal sama saja dipandangan para wanita. Rivo bahkan berpikir kalau Haikal tak seganteng dirinnya, tapi anehnya Haikal selalu saja dipandang bak pangeran oleh orang-orang yang bahkan baru mengenalnya. Tentu saja itu hanya pemikiran Rivo belaka, sejatinya Haikal memang lebih tampan darinya. Lebih tepatnya lagi, tidak ada hal yang membuat Rivo unggul dari Haikal sedikit pun.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang