30

37 2 12
                                    

Rindu, gadis yang masih tidak terima kenyataan bahwa dirinya dengan Rivo bersaudara. Saat ini, dia tidak tahu ke mana langkahnya dia bawa. Hanya mengikuti jalan yang ditapaki tanpa tahu tujuan akhir. Matanya masih saja basah, berembun setiap saatnya.

Langkah Rindu selanjutnya terhenti seketika kala tangan Zaka menghentikannya. Tangan itu digenggam Zaka dan langsung menariknya sampai Rindu terseret kebelakang. Zaka kemudian langsung memeluknya. Tak peduli ada orang disekitarnya yang mungkin melihat mereka. Biarkan saja mulut kotor mereka mencaci karena baginya kehilangan Rindu adalah mimpi terburuk yang pernah ada. Jangan heran dengan mulut kotor orang-orang di sekitar. Sebab, Rindu dulunya adalah gadis bahan bully-an. Hadirnya Zaka tentu menutup kelakuan mereka yang merundung Rindu. Pasalnya, laki-laki itu tak akan segan memberikan perlakuan balasan kepada mereka yang merundung kekasihnya.

"Zaka, lepasin!" lirih Rindu pelan. Bukan hanya ingin lari dari cacian, tapi Rindu juga ingin lari dari kenyataan.

Zaka kemudian melepas pelukan dan menarik Rindu ke arah yang lebih lengang manusia-manusianya. Menyelesaikan masalah di antara mata-mata julid sekolah ini bukanlah hal yang baik. Zaka tentu saja tidak ingin mencaci balik mereka. Karena ujung-ujungnya hukumanlah yang akan menanti, jika perlakuannya nanti sampai ke guru BK.

Di bagian paling ujung bangunan sekolah, tepatnya di dekat toilet sekolah, barulah Zaka menghentikan langkah. Niatnya adalah menyelesaikan masalah dengan Rindu. Kalaupun Zaka ada salah dia akan bersedia meminta maaf, supaya Rindu menarik kembali kata-katanya. Kata-kata yang berisi pemutusan hubungan itu membuat Zaka tidak bisa terima.

"Ndu, bilang sama aku. Aku salah apa? Biar nanti aku minta maafnya ada alasan!" ucap Zaka sambil menyentuh kedua bahu Rindu.

Rindu menggeleng kuat, pasalnya Zaka tidak memiliki kesalahan apa-apa. Justru sebaliknya, dia sendiri yang bersalah terhadap Zaka karena sempat mengkhianatinya. Apa yang Rindu lakukan itu terlalu kejam untuk Zaka. Sebab Zaka menyelamatkan hidupnya dari kerasnya kehidupan bersekolah, sementara itu dirinya malah memberikan cinta yang dibagi dua. Sepertinya Rindu tak lagi layak diperuntukkan bagi orang sebaik Zaka.

Meski tak tahu salahnya di mana, Zaka masih saja bersediah meminta maaf atas kesalahan yang tidak diperbuatnya. Lelaki itu memang luar biasa.

"Ndu, jangan geleng-geleng aja. Salah aku apa? Aku janji enggak bakal ulangin lagi!" Kini tangan Zaka yang semula menyentuh bahu Rindu beralih untuk menangkup wajah Rindu. Mengusap buliran yang membasahi pipi gadisnya.

"Kamu enggak salah apa-apa! Aku yang salah, aku udah jahat sama kamu," jawab Rindu pada akhirnya setelah sekian lama hanya berdiam saja.

Zaka tidak mengerti dengan kesalahan yang Rindu maksud. Sejatinya Zaka tidak menyadari kesalahan yang Rindu perbuat. Bahkan, sejauh yang pernah terjadi hanya Zaka saja yang selalu meminta maaf. Itu artinya selama hubungan mereka berjalan, selalu saja Zaka yang berbuat kesalahan.

"Terserah. Aku tidak peduli kalau kamu yang salah, pokoknya aku enggak mau kita putus." ungkap Zaka.

Terserah orang bilang dirinya berlebihan dalam mencintai seseorang. Zaka tidak peduli kalau dirinya akan dinilai bodoh karena langsung saja memberi tanggapan demikian. Tanpa harus mendengarkan terlebih dahulu kesalahan yang Rindu maksudkan. Karena baginya akan lebih bodoh lagi kalau dia lari dari permasalahan.

Rindu meluruhkan tubuhnya di lantai sana, membiarkan dingin lantai itu menusuk kakinya. Mendengar jawaban demikian dari Zaka membuatnya semakin merasa bersalah. Kalaupun Zaka sekarang mengatakan ketidakpedulian akan kesalahan yang Rindu lakukan, Rindu tidak yakin ke depannya Zaka bisa terima kalau Rindu mengungkapkan kebenaran. Kebenaran akan dirinya yang telah berani menduakan. Bahkan lebih kejamnya lagi Rindu tetap memberi senyuman seakan perlakuannya tidak perlu dipermasalahkan.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang