16

37 6 10
                                    

Cerita mereka terasa singkat, padahal rasanya baru kemaren Rivo membuat Zaka kesal. Dengan Rivo yang menyuarakan cinta kepada Rindu pada jam biologi yang sedang berlangsung. Tetapi, ini sudah lewat satu minggu dan kejadian itu mungkin sudah dilupan sebagian dari mereka yang menyaksikan. Tangan Rivo yang terkilir pun sekarang sudah tak apa. Membawa motor dengan kelajuan tinggi pun sudah bisa kembali dia lakukan.

Malam ini, Rivo tampak rapi dengan kemeja biru, juga dengan celana jeans abu-abu. Pemuda itu bersiul kecil sambil bercermin di sebelah pintu. Dia tampak memuja dirinya yang terpantul pada cermin kecil yang tergantung di paku. Dengan tanpa rasa ragu, Haikal memukul kepala Rivo dari belakang karena dia yakin Rivo sedang berhalu. Buktinya, dia tersenyum pada pantulan wajahnya di cermin kesayangannya itu yang berwarna ungu.

"Mau kemana lo?" tanya Haikal penasaran.

Rivo mengelus pelan kepalanya yang baru saja Haikal pukul. "Pacaran!" jawabnya kembali ngaca dan memperbaiki tatanan rambutnya.

Ternyata benar pikiran Haikal bahwa teman satunya ini tengah halusinasi. "Pacar lo orang apa enggak? Jangan-jangan yang nyengar-nyengir di jembatan lagi!" ledek Haikal melihat Rivo yang berujar tanpa ragu. Padahal, sejatinya Rivo memang jomblo dan sampai sekarang masih belum laku.

"Udah ya, gue pergi dulu!" pamit Rivo dengan sedikit berlari setelah melempar sisir kecil di tangannya tadi.

Haikal hanya bisa mendengkus bingung, melihat Rivo yang berlari seolah dikejar waktu, membuatnya berpikir kalau Rivo memang sedang halu. Kalaupun dia memang dikejar waktu, pastinya dia tidak akan lengah sedari tadi dan tidak akan menyempatkan diri untuk bersisir rapi. Memang Rivo selalu bertingkah konyol dan sesuka hati, tapi hari ini dia terlihat lebih konyol lagi. Dengan membuka satu kancing bajunya yang paling atas. Itu memang tidak menjadi masalah dalam sebuah gaya, tapi kalau dia pergi di malam hari seperti ini, itu sama sekali bukan gaya yang pas saat ini. Karena dinginnya malam pasti akan langsung menusuk dadanya nanti.

Suara motor Rivo terdengar kemudian, motor itu pun melaju dengan kencang seolah ada sesuatu yang mengejar. Brengseknya lagi, dia bahkan tidak berpamitan pada mama kos terlebih dahulu. Nantinya, pasti Haikal yang menanggung kebohongan dari pertanyaan mama kos. Haikal pasti akan ditanya kemana Rivo pergi dan Haikal harus mempersiapkan diri untuk itu. Agar nantinya Rivo tidak mendapat hukuman berupa dikurung di luar rumah. Ini memang sudah menjadi aturan di kosan, berupa tidak ada yang boleh ke luar rumah pada malam hari menyapa, kecuali hal mendesak.

Rivo bahkan tak peduli itu karena dia yakin bagaimanapun caranya, Haikal pasti akan menyelamatkannya dari kemungkinan dikunci di luar rumah. Rivo sudah memahami sikap Haikal sedari awal, kalau anak itu pasti akan melakukan apa saja demi kebaikannya. Termasuk berbohong pada guru kala Rivo bolos sekolah. Bagaimanapun juga Haikal pasti akan membaikkannya kepada guru dengan alasan yang akan menyelematkannya. Rivo tahu Haikal begitu, tapi dia tetap memilih tidak tahu diri dan tanpa dosa akan melibatkan Haikal lagi dalam ulah yang mungkin diperbuatnya lagi nanti.

Tujuan Rivo kali ini hanyalah rumah sederhana di seberang jalan raya yang cukup jauh dari kosannya. Rumah tempat di mana semua rasa rindunya bisa terobati. Juga rumah yang tanpa pikir dua kali untuknya menapaki. Iya, itu rumah Rindu kekasih orang lain yang Rivo inginkan menjadi kekasihnya. Sudah banyak perhatian Zaka yang membuat Rindu baperan, tapi Rivo tetap saja tidak sadaran. Kalau Rindu bukan lagi seseorang yang bisa dia dapatkan hanya dengan gombalan belaka.

Dengan kecepatan roda motornya menggelinding di jalanan, maka tidak butuh waktu lama baginya sampai ditujuan. Panas pada knalpotnya bisa Rivo rasakan menghawa ke kaki kanan. Jadinya, Rivo memperbaiki posisi duduknya di atas motornya itu dengan duduk merencong ke arah kiri. Ponsel dari saku celananya pun dia keluarkan dan mengetik sesuatu yang akan memancing pemilik rumah membukakan pintu. Bukannya tidak ingin mengetuk terlebih dahulu, tapi sangat disayangkan kalau nantinya yang keluar bukan Rindu. Melainkan orang tuanya atau Hany yang akan berakhir mengusirnya dari situ.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang