26

28 4 0
                                    

Sampai sejauh ini, Rindu belum juga menemukan titik terang di mana keberadaan keluarga kandungnya. Bahkan, setitik kotor pun tak ada kata petunjuk ditemukan. Rindu bahkan tidak pernah tahu dan tidak pernah ingat akan masa kecilnya. Ingatan masa kecilnya hanya berawal di mana Endang dan Yusuf menyebutkan diri sebagai orang tuanya. Rindu yang waktu itu tidak mengingat apa-apa tentu dengan mudahnya percaya begitu saja. Percaya bahwa Endang dan Yusuf adalah keluarganya, juga dengan Hany sebagai adiknya.

Sampai sekarang Rindu belum mengetahui sebuah kepastian. Entah dirinya sengaja ditinggalkan atau entah karena dia yang hilang. Satu-satunya yang Rindu miliki sekarang hanya kotak kecil pemberian Endang. Di dalamnya ada sebuah kalung dengan liontin berbentuk balok jajaran genjang. Kalaupun itu adalah petunjuk untuknya menemukan keluarganya, Rindu masih ragu bagaimana cara mengungkapkannya. Bagaimana mencari tahu keluarganya kalau dia di sini masih menyimpan kalung yang mungkin pemberian keluarga.

Di dalam kelasnya, Rindu mengamati dengan seksama kalung di tangannya. Sekilas kalung itu mirip dengan kalung yang dulu selalu Azura pakai ke mana-mana. Jadinya, Rindu meniatkan diri untuk bertanya.

"Azura, kalung kamu yang waktu itu mana?" tanya Rindu yang sedikit ragu harus mulai dari mana.

"Mmm kalung? Oh ... yang itu, udah gue kasih sama Rivo. Kenapa emang?" balik tanya Azura karena dia pikir dia sudah lama tak lagi memakai kalung. Rasanya untuk menanyakan hal serupa, seharusnya Rindu menanyainya dari lama.

"Eh? Kok, dikasih ke Rivo?" heran Rindu. Pasalnya mereka berdua tak terlihat dekat hanya sekedar untuk berbagi barang berharga.

"Enggak tau juga, waktu itu dia ngeyel bilang kalung gue mirip sama punya seseorang gitu. Kenapa sih, emangnya?" desak Azura karena pertanyaannya belum mendapatkan jawaban.

Rindu tampak ragu-ragu untuk menjelaskannya. "Gini, aku pikir kalung kita mirip. Makanya aku nanya, kali aja kita pernah ketemu dulu dan punya kalung samaan!" terang Rindu tidak mau berterus terang karena mungkin saja Azura tidak suka.

Refleks Azura menatap ke arah tangan Rindu yang masih menggenggam kalung. Liontin yang terjulai di tangan Rindu itu memang sekilas terlihat mirip dengan kalungnya dulu. Tetapi, bedanya kalung yang Azura miliki berbentuk dadu, sedangkan yang Rindu miliki berbentuk balok jajar genjang. Namun, Azura bisa yakin dari melihatnya saja kalung yang Rindu punya pasti lebih mahal dari miliknya. Sebab, liontin itu tampak terbuat dari emas murni yang membuat Azura yakin seyakin yakinnya bahwa kalung itu mahal harganya.

"Iya sih, agak mirip sama yang aku punya, tapi aku belinya pas masuk SMA. Rasanya enggak mungkin deh, kalau kita pernah ketemu sebelumnya. Lagian aku belinya sendirian!" sahut Azura menjelaskan.

Rindu tampak kecewa dengan apa yang Azura suarakan. Pasalnya, mencari hal yang tidak pasti adanya itu memang tidaklah mudah. Sedari awal Rindu seharusnya memang tidak menyematkan harapan di dalam pertanyaan. Jadinya, dia tidak harus kecewa berlebihan dengan kenyataan. Kepalanya tampak dia bawa untuk menunduk, menyembunyikan kecewa yang tadi dia rasa. Padahal Rindu sedari awal mengharapkan bahwa Azura memang pernah bertemu dengannya di masa lalu. Itu mungkin akan membawanya pada jawaban pertanyaannya selama ini.

"Wehee! Asyik nih, lagi bahas apaan?" Rivo tampak menerobos obrolan dua orang perempuan yang sedari tadi tampak serius dalam percakapan.

"Kepo lo!" sinis Azura karena belakangan ini sifat Rivo semakin semena-mena. Menganggap kalau semua perlakuannya tidak akan menimbulkan kekesalan. Padahal siapapun yang diajaknya berbicara belakangan ini selalu menimbulkan kesan ketidaksukaan.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang