Keesokan harinya, Rivo justru ingin melakukan hal yang lebih gila lagi dari semalam. Dia ingin mencari tahu tentang di mana Rindu bersekolah. Juga ingin memastikan laki-laki yang bersamanya semalam bukan kekasihnya. Bolos sekolah adalah caranya, jangan salah, bolos itu adalah hal yang biasa bagi Rivo. Terkadang dia bolos memang karena kemalasan, terkadang juga dia bolos untuk meringankan beban pikiran. Sekarang ini dia bolos bukan lagi karena kemalasan ataupun karena beban pikiran, tapi memang murni dari kebodohan.
Rivo sengaja untuk bangun lebih pagi dari biasa. Membuat surat izin sakit dan menandatanganinya sendiri sebagai tandatangan orang tua. Gilanya lagi, Rivo sengaja memakai seragam agar nanti orang tuanya tidak bertanya. Surat izin yang telah dia persiapkan, langsung dia titipkan kepada mamanya Haikal. Tentu saja karena kalau Rivo menyerahkannya langsung kepada Haikal, sudah dipastikan kalau Haikal akan menolaknya mentah-mentah. Bisa-bisa surat itu dia buang ke sembarang arah di depan Rivo dan menyeretkan untuk masuk sekolah. Dengan cara menitipkannya kepada mamanya Haikal, bisa Rivo pikirkan kalau mamanya Haikal akan memberikan surat itu kepada Haikal dengan sedikit memaksa. Tentu saja dia akan berpikir bahwa Rivo ada urusan penting dibalik surat yang dia titipkan. Mamanya Haikal sendiri tentunya juga sangat percaya kepada Rivo yang dia anggap seperti anaknya juga.
Terlepas dari itu semua, Rivo sekarang sudah berada di dekat rumah Rindu berada. Bisa dia saksikan, Rindu tengah berdiri di depan rumah seolah dia tengah menunggu seseorang. Untunglah, waktu yang Rivo pakai untuk segera tiba di sini bisa dia perkirakan dengan baik. Berupa waktu yang cocok dengan jadwal berangkat sekolah dan menungkinkan untuk tidak terlambat sampai di sana.
"Kak," sapa seorang gadis yang kelihatan lebih mudah dari Rindu setelah dia keluar dari rumah.
"Udah siap?" sahut Rindu pelan.
Gadis itu mengangguk dan membuat Rindu membelai kepalanya sayang. Rindu pun tersenyum dengan hangat menatap gadis yang mungkin adalah adiknya itu. Gadis itu pun sama tersenyumnya, ada bahagia dari kedua wajah mereka yang mungkin akan membuat orang lain iri dengan kedekatan mereka. Ya, kedekatan dengan saudara itu memang wajar, tapi Rindu memperlakukan adiknya itu seolah ia mempunyai adik kecil. Padahal dia sudah SMP jika dilihat dari seragamnya yang putih dongker.
"Punya adek rupanya," gumam Rivo pelan.
Begitu tak disangka, laki-laki yang semalam bersama Rindu datang menjemput mereka. Kedua gadis itu bahkan menyambutnya dengan ceria. Kedua tangan laki-laki itu pun ia pergunakan untuk mengusap kedua pucuk kepala gadis dihadapannya. Senyuman indah juga dia persembahkan dengan wajah bahagia. Tidak seperti semalam, di mana Rivo melihatnya seolah ingin memakan orang mentah-mentah.
Mobil yang laki-laki itu kendarai mulai dia berangkatkan dengan membawa dua gadis yang dijemputnya tadi. Entah apa hubungan mereka, yang jelas Rivo masih berharap kalau dia bukan kekasihnya Rindu. Meski harapan itu masih semu, tapi Rivo tetap mengharapkan itu. Bodohnya dia, dia justru berpikir kalau laki-laki itu memang benar kekasih Rindu, maka dia akan tetap mencoba mengambilnya. Kalau mereka pacaran, setidaknya mereka tidak terikat dalam pernikahan dan sebelum terikat pernikahan, maka Rivo masih memiliki kesempatan untuk merebutnya, begitu pikirnya.
Tidak terlalu lama dilintasan, mobil itu menepi di sebuah SMP. Gadis yang bersama Rindu tadi tanpak turun dari sana dan melambai setelahnya. Kakinya dia bawa berlari memasuki sekolah dengan senyuman bahagia selalu dia bawa. Sementara itu, mobil yang tadi kembali bergerak perlahan dan langsung Rivo ikuti dengan perlahan pula. Setelahnya, mereka pastinya akan menuju sekolah mereka dan itu yang ingin Rivo ketahui dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duri (End✅)
Teen FictionGenre : Comedy Romance Follow sebelum baca! Beberapa orang pasti pernah suka sama orang yang sudah punya pacar, tapi pernah enggak sih, kalian ngebucinin pacar orang sampai mau ditendang? Kalau belum, coba tanya Rivo gimana rasanya. Star : 19 Ja...