23

36 4 6
                                    

Tadi pagi, mengingat Rindu yang dia titipkan di kamar Ningsih dan Lutfia, Rivo terpaksa harus bangun lebih awal dari biasanya. Agar dia bisa mengantar Rindu ke sekolah sebelum Mama Kos menyadarinya. Tanggung jawabnya sekarang bertambah dan itu mengharuskan Rivo menjemput Haikal juga setelah itu. Tak peduli dengan pergelangan kakinya yang masih sakit, Rivo tetap pada tanggung jawabnya. Membiarkan Rindu tidak ikut sekolah juga bukan solusi. Maka dari itu, mengabaikan pergelangan kakinya yang membengkak adalah jalan ninjanya. Rivo bahkan tak sempat memijatnya karena semalam tubuhnya sudah terlampau kelelahan. Bahkan, bercerita dengan Haikal pun dia hanya sambi tiduran saja.

Ketika Haikal dan Rivo telah sampai di sekolah, Rindu tampak baru kembali dari kantin. Tentu saja untuk mengisi perutnya yang dari semalam dibiarkan kosong begitu saja. Wajahnya terlihat tidak baik-baik saja, walau dia baru saja mengisi stamina. Meski begitu, bertemu dengan Rivo dan Haikal, Rindu masih menyempatkan senyuman di bibirnya. Sangat jelas terlihat dipaksakan, Rivo dan Haikal sampai tak berani memberi balasan.

Jeda yang tercipta langsung dipatahkan oleh sosok Zaka yang datang dengan seribu langkah. Dirinya langsung memeluk Rindu di posisi. Sampai-sampai kaki Rivo yang membengkak sedikit tertendang oleh kaki sialannya. Brengseknya lagi, dia bahkan tak menyadari meski Rivo sudah meringis dibuatnya.

"Kamu enggak apa-apa 'kan? Ada masalah apa?" tanya Zaka kemudian dengan melepas pelukan.

Tentu saja pemuda itu khawatir dengan kekasihnya. Pasalnya, dari kemaren Rindu bahkan tak memberinya kabar. Ditambah lagi dengan tadi pagi saat Zaka datang ke rumahnya, di sana, Zaka tidak menemukan adanya sosok Rindu yang biasa menunggu hadirnya. Bahkan, Hany pun tak mau membuka suara tentang di mana Rindu berada. Oleh karena itu, Zaka hanya berharap kalau Rindu baik-baik saja. Bolos sekolah untuk mencari keberadaannya juga jauh dari pikiran. Sosok Rindu yang dia tidak tahu di mana keberadaannya adalah salah satu masalahnya, juga dengan sekolah yang tidak boleh ditinggalkan.

Rindu yang sedari tadi berusaha untuk terlihat baik-baik saja, langsung menangis kepelukan Zaka. Sosok yang lemah itu kembali menampakkan jati dirinya. Di posisinya, Rivo hanya terdiam mencoba memberi senyuman. Dalam dirinya, ada sakit yang tiba-tiba mengambil peran. Bukan karena melihat pasangan itu berpelukan, tapi karena mendengar isakan Rindu yang menyedihkan. Entah kenapa, Rivo bahkan tak pernah merasakan sakit saat mereka berdua bermesraan. Hanya saja, sakitnya itu ada di saat Rindu mengeluarkan isakan.

Masih dalam posisi yang sama, Azura datang dengan berlarian. Dari kejauhan dia bisa melihat Rindu menangis di dalam pelukan Zaka. Itulah mengapa dia berlarian karena dia sejatinya sangat penasaran. "Ndu, kamu kenapa?" sosor Azura ikut mengambil jarak yang ada di depan Rivo.

Hal serupa kembali terjadi, kaki Rivo kembali mendapat kesialan. Kali ini, Azura tak sengaja memberinya pijakan yang membuat Rivo kembali berteriak kesakitan.

"Kaki gue, Kambinggg!" pekik Rivo dengan menjinjitkan kakinya segera. "Ya, Allah. Kena dua kali, amputasi aja sekalian. Bosan gue punya kaki kalau gunanya cuma buat disakitin doang!" cecar Rivo yang terlihat ingin sekali menjambak rambut dua orang di hadapannya yang sama sekali tidak merasa bersalah.

"Ada apa?" panik Zaka mendengar Rindu yang tak jua berhenti terisak.

"Rindu diusir dari rumah!" jawab Rivo mencoba menjawab pertanyaan dari Zaka dan Azura.

Dua orang itu sama kagetnya mendengar jawaban dari Rivo yang pastinya adalah kebenaran. Karena tidak mungkin pula Rivo hanya bercanda, mengingat situasi yang tidak cocok untuk itu semua. Rivo sendiri pun tak tampak sedang bercanda, bahkan Haikal juga terlihat mengiyakannya.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang