12

44 5 26
                                    

Pulang sekolah, seperti biasa Zaka akan mengantar Rindu pulang ke rumah. Namun, sepertinya hari ini pengecualian karena Zaka mendapat panggilan yang tiba-tiba mendesak dari keluarganya. Mau tidak mau, Zaka harus membiarkan Rindu pulang sendirian. Dia pun tak ada waktu untuk mencarikan taksi atau apa pun itu untuk Rindu. Sebab orang tuanya meminta untuk segera pulang ke rumah.

Sehabis dari mengangkat telepon dari ayahnya, Zaka segera mematikan ponselnya. Kemudian Zaka menatap Rindu yang sedari tadi berdiri di sebelah kirinya. Dia sedikit tidak yakin dengan keputusannya yang akan meminta Rindu untuk pulang sendirian ke rumah. Ini adalah pertama kalinya, di mana Zaka tidak akan mengantar Rindu pulang sekolah.

"Ada apa?" tanya Rindu heran dengan Zaka yang sepertinya hendak berbicara, tapi belum juga bersuara.

"Mmmm ... papa minta aku cepat pulang. Enggak apa-apa 'kan kalau hari ini kamu pulang sendirian?" ujar Zaka pada akhirnya, " Mana Azura juga udah pulang lagi," terang Zaka lagi dengan menggaruk bagian belakang kepala.

"Ah, enggak apa-apa, aku bisa kok pulang sendiri," jawab Rindu dengan cepat agar Zaka tidak khawatir tentang hal itu.

"Enggak apa-apa, nih? Kamu hati-hati ya!" ucap Zaka memperingati agar gadis itu berhati-hati. Tak lupa juga Zaka mengelus pucuk kepala gadis itu sebelum dia benar-benar meninggalkannya.

Rindu hanya mengangguk dan kini dia tinggal seorang diri. Rindu mulai kebingungan karena sejatinya dia sudah tidak terbiasa menaiki kendaraan umum sendirian. Pertama kali bertemu dengan Rivo itu pun dia naik bus dengan ibunya yang sudah naik duluan. Perlahan, Rindu mulai keluar dari gerbang sekolah dengan kebingungan yang masih kentara. Semenjak Zaka menawarkan diri sebagai kekasihnya, Zaka tak pernah sekali pun absen dalam menjemput dan mengantar Rindu sejauh yang telah berlalu. Oleh karenanya, Rindu sudah terbiasa hidup dengan kemanjaan yang Zaka berikan padanya.

Di gerbang yang sama, Rivo dan Haikal tampak menunggu posisi yang aman untuk segera memasuki lintasan. Rivo yang kali ini membawa motornya, meliarkan pandang ke segala arah, hingga matanya menangkap sosok Rindu yang berjalan di pinggir jalan. Tertangkap oleh matanya, Rindu tengah menggigit kuku-kukunya, jelas sudah kalau dia sedang kebingungan. Tanpa pikir panjang dan setelah memastikan jalurnya aman, Rivo segera melajukan motornya ke arah di mana Rindu berada.

"Hei, hei, mau ke mana? Kos lewat sana!" tunjuk Haikal ke arah yang berlawanan dari arah tujuan Rivo. Karena dia tidak melihat adanya Rindu di seberang jalan yang Rivo tuju.

"Diam aja kenapa, sih?!" ketus Rivo.

Sampailah pada lokasi di mana Rindu berjalan seorang diri. Di sini barulah Haikal menyadari tujuan Rivo yang berjalan sekehendak hati. Perlahan juga Rivo menyamai laju motornya dengan langkah Rindu yang terbilang pelan. Kaca helmnya dia naikkan dan menebar senyuman ke arah Rindu yang bahkan belum menyadari keberadaannya.

"Hai!" sapa Rivo dengan nada lemah lembut.

Rindu menoleh seketika dan menebar senyum setelahnya, langkahnya dia hentikan karena motor yang Rivo kendarai juga berhenti. Kecemasan yang Rindu rasakan mendadak hilang dan digantikan dengan perasaan senang. Bukan karena berharap bahwa Rivo akan mengantarnya pulang, tapi karena setidaknya dia tidak sendirian.

"Jaka mana?" tanya Haikal keheranan.

"Jaka?" Rindu mengulang perkataan Haikal karena siapa yang Haikal pertanyakan sama sekali tidak dikenalnya. Sialnya, itu orang malah mengangguk mengiyakan apa yang Rindu ulang tanyakan.

Duri (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang