Selamat membaca
-
-
-
-
-33. Double Kill Sampe Ada Kupu-Kupu
"Ketika aku menangis, jangan tanya aku kenapa.
Karena aku hanya butuh pelukan, bukan pertanyaan.~~~🥀~~~
Adel duduk di bangku dekat danau buatan. Tempat dulu ia menghabiskan masa kecil dengan para sahabatnya. Tangannya memegang polaroid yang berisi foto dirinya dan Ilvan di ruang musik milik Edam.
"Ilvan, adik gue?" Adel terkekeh miris.
Adel mengadahkan kepalanya, merasakan rinrik hujan yang mulai turun ke permukaan. Semakin lama hujan semakin deras, awan makin menghitam dengan gemuruh petir yang bersahutan. Tangan kanannya bergerak menyimpan polaroid itu di saku dalam jaket kulit nya.
"Ternyata sayang gue ke Ilvan bukan hanya sesaat," Adel tersenyum dengan air mata yang turun.
"Ilvan, bocil cengeng," Adel terkekeh mengingat beberapa hari belakangan ini Ilvan selalu mengintil di belakangnya seperti anak bebek mengikuti induknya.
"Kenapa kejutannya besar banget, sampe hati gue kewalahan nanggepin nya," Adel menutup matanya, merasakan nikmat air hujan yang menerpa wajahnya.
"Ayo pulang," suara berat yang manis terdengar bersamaan dengan hadirnya payung diatas kepala Adel.
"Ngapain disini?" Adel menatap Reza yang jauh diatasnya.
"Harusnya gue yang nanya, lu ngapain disini? Udah tau hujan, mana lu belum makan siang lagi. Kalo maag nya kambuh gimana?" Reza nyerocos tak bernada.
"Kenapa jadi cerewet gini si?" Adel berdiri dari duduknya. Berhadapan dengan Reza menatap wajah lelaki itu.
"Ceritanya perhatian nih?" Tangan Adel bergerak mencubit pipi Reza. "Pipi lu gak enak, tirus. Mending pipi Jarrel gembul."
"Terus ngapain masih nyubit?" Tanya Reza jengah.
"Ih gemes deh jadi pengen tonjok," Adel menepuk dua kali pipi Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu & LEMBANG (END)
JugendliteraturMenceritakan anak-anak kuat dari Kota Lembang yang bersama-sama membangun dan merasakan arti kekeluargaan, disaat mereka tidak lagi merasakannya karena perpecahan. Tidak hanya menceritakan tentang bagaimana kehidupan anak motor. Cerita ini juga bany...