43. Kecurigaan

12 4 0
                                    

Selamat membaca
-
-
-
-
-
43. Kecurigaan

Jarrel termenung duduk diatas kasur bergambar spiderman. Otaknya berkelana pada beberapa jam lalu disaat Glasterhan menyerang GAB.

Disela renungan nya, pintu kamar terbuka, memperlihatkan Joko yang masih memakai baju kerjanya. Sepertinya Rama Jarrel pulang langsung dari DIY setelah bekerja, tapi ada apa?

"Rama langsung pulang?" Jarrel beringsut menjadi duduk dipinggiran kasur.

"Iya, Rama mau bicara sama kamu," Joko duduk disamping Jarrel yang mengertutkan dahinya dan bertanya, "Bicara apa?"

"Nak, kamu harus hati-hati, jangan sampai gegabah," ucap Joko dengan nada serius.

"Ada apa sih?" Jarrel tentu bingung dengan ucapan Ayahnya, ia tidak mengerti apa yang dikatakan Joko.

"Rama dapet pesan, lihat ini," Joko menyodorkan ponselnya kepada Jarrel, memperlihatkan pesan dari nomor yang tak dikenal.

+62 83619

Tolong peringatkan kepada Kalingga itu
jangan bermain-main dengan saya.
Dia, tentunya anda masih punya hutang budi
kepada saya, jangan berani-beraninya kabur.

Jarrel mengernyitkan dahinya, siapa yang memanggil nama tengahnya itu. Selama ini tidak ada yang melakukannya kecuali saat dirinya dirawat di RS beberapa tahun lalu.

"Kamu kenal Rel?" Tanya Joko.

Jarrel jelas menggeleng, keningnya semakin berkerut memikirkan pesan itu.

"Tapi, waktu Jarrel dirawat pasca oprasi, ada yang panggil Jarrel, Kalingga. Tapi Jarrel cuma lihat samar, terus dia pergi."

Joko tertegun mendengar penjelasan Jarrel, tidak salah lagi. Pasti orang itu.

"Rama, kenapa?" Jarrel bertanya khawatir melihat wajah Joko yang pias seketika.

"Ng-ngak, gapapa. Rama keluar duluan Nak," Joko keluar terburu-buru setelah menepuk pundak Jarrel.

"Rama kenapa sih?" Jarrel bergumam heran.

~~~🥀~~~

Sedangkan di rumah Vanie. Vino, ayah Vanie kembali dari urusan pekerjaannya, menemui Tasya agar menandatangani surat perceraian yang ia bawa.

"Mas, kamu mau kita cerai? Setelah sembilan belas tahun kita bertahan?" Tasya terisak di depan Vino. Vanie belum bisa berbuat apa-apa, hanya diam di dapur memberikan ruang untuk orang tuanya berbicara. Untung saja Hassie dibawa tantenya main, jika tidak. Terguncang sudah gadis kecil itu.

"Udah gak ada yang perlu aku pertahanin sama kamu. Kalaupun tetap mempertahankan, aku gak bisa menjamin keselamatan kamu, Vanie sama Hassie," Vino berucap dengan nada datar namun terkesan sendu.

"Apa alasan kamu mau cerai sama aku mas?" Tasya mencoba kuat ditengah isakannya.

"Ada, alasan yang sangat kuat. Kamu berhak tau setelah perceraian kita tuntas, aku akan memprosesnya dengan cepat," jawab Vino tegas.

"Tapi mas, Hassie masih kecil, dia masih butuh kamu. Vanie juga dia ma—

"Vanie sudah dewasa, sudah bisa menjaga kamu dan Hassie. Cepat tanda tangan, aku tidak butuh penolakan," Vino menyentakan selembar kertas dengan pena kepada Tasya.

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang