51. Hilang Arah

9 4 0
                                    

Selamat membaca
-
-
-
-
-

51. Hilang Arah

"Kita yang menumpang sebentar di dunia hanya bisa pasrah akan apa yang kuasa berikan."

~~~🥀~~~

Hari ini Kota Lembang diguyur hujan yang cukup deras. Di rumah besar keluarga Ria semuanya kini berkumpul. Bukan mereka jika tidak membuat rusuh, saat ini saja bantal sofa sudah berada dimana-mana. Kulit kacang berhamburan, gelas kosong sudah berteriak minta dicuci.

"Kalo dingin-dingin gini tuh enaknya bikin makanan berkuah nih," ucap Hendrick.

"Lu dari tadi ngide mulu buat bikin makanan! Bawa bahan-bahan kagak!" Seru Panji dari atas sofa.

"Guys kita ini lagi di rumah orang ya. Bang Rengga aja tadi bilang 'anggap rumah sendiri' jadi kalo mau bikin makanan ya tinggal ke dapur. Ya gak bang?" Ucap Galang.

Rengga yang sedang bermain PS bersama Langit dan Rangga menengok dengan menaikan sebelah alisnya. "Kapan gue bilang?"

"Tadi itu waktu di gerbang, masa lupa si Bang Reng?" Jawab Galang.

"Heh Galang! Kakak gue tuh pelit tau! Mana mungkin dia ngomong gitu sama lu!" Ucap Ria cempreng.

"HUUU GALANG TUKANG KIBULL!!" Jojo mengompori.

"Galang idungnya nambah panjang!" Ejek Alvaro.

"III GALANG JADI PINOKIO!" Seru Vanie.

"HIIII GALANG KAYAK DUDUNG ABANGNYA NINUNG!" Teriak Langit

Edam mendekati Galang dari belakang, tangannya ia arahkan untuk bermain dengan pipi Galang dari belakang. "Galang tukang kibul! Galang tukang kibul! Siapa tukang kibul?"

"GALANG!!" Seru para manusia yang ada disana.

"Gue nangis nih, nanti gue bilangin ke Mbu!" Seru Galang dengan wajah yang dibuat-buat seperti ingin menangis.

"Galang tukang cepuuu!"

~~~🥀~~~

Di warung pinggir jalan Reza mengistirahatkan dirinya setelah semalaman ia terombang-ambing dalam kegelisahan di jalan raya. Ia meneguk satu gelas kopi hitam yang dipesannya. Entah sampai kapan ia akan izin dari sekolah.

"Ujang téh badé kamana?" Tanya ibu-ibu pemilik warung.

"Badé ningalian Bandung, Bu," jawab Reza sungkan.

ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR

Adzan duhur terdengar berkumandang dari masjid di dekat warung.

"Jang, ieu atos lohor, ku ibu badé di tutup heula warung na. Bade solat. Aden bade kamana?" Tanya pemilik warung sembari membereskan dagangannya.

"Abdi bade solat Bu."

"Oh, muhun atuh saé." Ibu warung itu mulai membereskan dagangannya.

"Ku abdi bantosan ibu, nutup warung na." Ucap Reza sopan.

"Mangga Jang, hatur nuhun." Ibu itu melirik sekilas ransel Reza sebelum berkata.

"Jang, sanés Ibu badé nga guruan atanapi badé ceramah ka Ujang. Tapi Ibu tos ningali jalmi anu sapértos Ujang kieu ka-tilu kalina. Ibu tiasa ngartos tina ningali raray Ujang." Ucap Ibu tersebut yang sebenarnya merasa sungkan. Tapi demi menghentikan kemungkinan yang akan terjadi, ia mencoba untuk menyadarkan orang dengan mimik wajah yang sama seperti Reza, kehilangan arah.

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang