61. Hengkangnya Rangga - Special Chapter

11 3 2
                                    

Selamat membaca
-
-
-
-
-

SPECIAL CHAPTER!

Hengkangnya Rangga

"Kepergian tidak selamanya menyakitkan, tetapi bertahan tidak selamanya membuat bahagia."

~~~🥀~~~

Alkavero kini duduk berhadapan dengan hakim yang menangani kasus Jarrel. Ia menunggu keputusan hakim setelah memberikan foto surat yang dikirimkan Alaskar.

"Tapi semuanya udah deal, tidak akan ada lagi persidangan selanjutnya." Hakim itu memberikan kembali ponsel Alkavero.

"Pak, ini keinginan terakhir Almarhum, apa bapak tidak bisa memenuhinya?" Alis Alaskar mulai menukik.

"Tapi nak—

"Saya gak mau tau, harus ada pergerakan dari keinginan Jarrel ini!" Alkavero beranjak pergi meninggalkan hakim  yang menggelengkan kepalanya.

Alkavero memang seperti itu, dia tempramen apalagi jiga tidak menuruti keinginannya. Itu sebabnya dia bersikap dingin dan cuek akan sekitarnya.

~~~🥀~~~

Hari ini menjadi hari ketiga Reza dalam jeruji. Dirinya menulis kembali satu garis setelah dua garis sebelumnya. "Pemuda, masih bau kencur udah main nyawa," pria tua, teman satu sel Reza dengan umur yang sangat jauh itu terkekeh kecil.

Melihat Reza yang hanya melengos dan mengabaikannya, pria tua itu terkekeh kembali. "Jangan terlalu fokus sama diri sendiri, di sekeliling masih banyak yang butuh pemuda."

Mendengar kalimat itu, Reza berbalik dan menatap pria tua yang duduk di pojok. Yang kini terkekeh kembali saat melihat Reza menatapnya bertanya.

"Saya disini karena uang, mereka lebih memihak uang daripada orang kecil seperti saya. Dan orang-orang kecil ini butuh pemuda untuk menyuarakan keadilan bagi kami. Saya yakin kamu anak baik-baik." Ucapnya membuat Reza terduduk dan menunduk.

"Reza." Pria tua itu mengucapkan nama Reza lalu mengulurkan tangannya. "Wahyu."

"Dari pertama masuk, saya lihat kamu murung terus. Menyesal sekarang tidak ada gunanya Nak. Jarrel anak baik, pasti dia juga ditempatkan di tempat terbaik." Reza menoleh cepat, sepertinya Pak Wahyu mengenal Jarrel, tapi bagaimana bisa?

"Dulu, saya penjual kacang kukus di jalan perbatasan Cimahi-Lembang. Tapi dagangan saya selalu sepi, sampai ketika datang nak Jarrel dan setiap hari dia menemani saya dan beli kacang kukus dagangan saya. Dia sering bawa pulang, katanya buat keluarga sama temannya." Ucap pria tua itu.

"Nih." Jarrel menyimpan satu keresek penuh kacang kukus diatas meja markas.

"Anjir, datang bawa ciki kek, ini kacang kukus." Saut Langit.

Jarrel mendudukan dirinya disamping Reza, "Kali-kali lah, bantu orang juga." Ucapnya.

"Darimana?" Resa bertanya.

"Hm... Dari rumah sepupu." Jarrel menjawab dengan sedikit gugup.

"Makanlah! Sayang kalo dibuang," tangan Jarrel bergerak membuka satu makanan yang dibelinya itu.

"Kalo sayang kenapa beli anjir?" Tanya Edam.

Jarrel menghela nafas, "Udah gue bilang, bantu orang."

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang