Mari Bercerai

402 21 0
                                    

Lyn menyentuh lutut yang sudah dibuka gipsnya. Rasa sakit masih begitu nyata di bagian panggulnya.

"Mati rasa," gumamnya sembari menyentuh lutut dan sisi sisi di bagian bawah lututnya.

"Lyn, kenapa dengan pakaian-pakaian ini?" Lewis yang baru masuk kamar merasa heran dengan tumpukan pakaian yang sebagian sudah dimasukkan ke dalam koper.

"Aku sudah bilang semalam, kalau aku mau menginap di apartemenku dulu. Ada beberapa urusan yang akan aku selesaikan di sana."

"Tapi apartemen itu sangat jauh dari tempat kerjaku, Lyn. Tidak bisakah kau menundanya, atau kita mencari apartemen lain yang dekat dengan tempat kerjaku?"

"Lewis, apa menurutmu aku akan kuat di rumah ini dalam satu malam nanti? Bagaimana urusanmu dengan Clara?"

Lewis terdiam. Lyn pasti sangat menderita dan sakit hati dengannya dan Clara, ada baiknya Lyn memang tinggal di apartemen sementara memperjelas kejadian yang sebenarnya.

"Tapi sementara saja, ya?"

Lyn memilih tak menjawab pertanyaan Lewis, baginya Lewis telah berakhir, meskipun ia mencintai Lewis, ia memikirkan sesuatu yang lebih rasional.

Seorang maid membantu Lyn memasukkan pakaian sehingga kakek Lewis melihatnya. Bahkan Clara juga berdiri di belakang kakek Lewis.

"Apa yang terjadi, Lewis? Apa istrimu tak tahu peraturan di rumah ini? Kalau dia pergi dari rumah ini, kau masih harus kembali ke rumah ini, ingat itu."

Lewis mendesah. Bagaikan buah simalakama, ia tak bisa memutuskan apapun saat ini.

Kakek Lewis menatap Lyn sinis, tapi apakah itu penting saat ini? Bahkan jika seluruh penghuni mansion keluarga Hooper menatapnya sinis, ia sudah tak perduli lagi.

Lewis mengangkat koper pakaian Lyn ke dalam bagasi mobil. Lyn hanya mengatakan kata perpisahan singkat untuk mereka semua.

"Terimakasih karena kalian telah membuatku menghargai hidupku sendiri," ujarnya.

"Bah, kata-kata macam apa itu? Dasar menantu tak tahu diri," celetuk sepupu Lewis.

Lewis tak bisa menyangkal ucapan Lyn yang kecewa dengan keluarganya dan bahkan dirinya saat ini. Tapi Lewis tak rela kehilangan cinta Lyn sampai kapanpun.

Di mobil, Lyn banyak berdiam diri dan melihat keluar jendela. Ia tak menghiraukan atau mengajak bicara Lewis sepatah katapun. Tangan Lewis tak tak berhenti menggenggamnya erat, tapi itu tak membuat Lyn tersentuh.

Lewis mengantar Lyn dengan sabar. Menata pakaian dan juga membersihkan ruangan. Lyn membiarkan apapun yang dilakukan Lewis tanpa berbicara.

Hingga larut malam akhirnya Lyn meminta Lewis untuk pulang.

"Aku tak mengerti, apa yang membuatmu tak mau berbicara denganku. Aku ingin kau percaya bahwa tidak mungkin aku melakukannya dengan Clara, tidak mungkin, Lyn."

"Beri aku kesempatan untuk membuktikan semua itu, aku tidak mau kau membenciku, andai itu benar terjadi pastilah karena ada yang menjebakku," lirih Lewis memelas.

Lyn menatap Lewis datar, seolah segalanya menjadi cerita yang telah berlalu.

"Kembalilah, mari kita akhiri dengan baik. Aku lelah, Lewis. Semua akan baik-baik saja seperti sebelum kita menikah, sebelum kita saling mengenal. Mari kita bercerai, Lewis Hooper."

"Apa katamu? Bercerai? Mana mungkin aku akan menceraikanmu? Lyn, jangan lakukan itu padaku, kau bilang kau hanya sementara dan kau malah ingin bercerai?"

Lewis panik, ia tak percaya Lyn meminta bercerai.

"Lewis, mari kita hidup dengan damai. Kalau Clara ternyata hamil, menikahlah dengannya demi bayi yang dikandungnya, maukah kau melakukannya untukku?"

Lewis sangat marah, ia mengacak rambutnya dan mendorong seluruh isi meja hingga berserakan.

"Aku akan memintanya aborsi, aku akan membuatnya menyesali karena telah menjebakku. Lyn, percayalah padaku, aku tidak melakukannya," Lewis membela diri.

Malam yang semakin larut,  mereka masih dalam perdebatan hingga seorang tetangga mengetuk pintu mereka untuk tidak berisik.

Lyn mendekati Lewis, lalu memeluk pria itu. Memberikan ciuman hangat dan cukup lama. Lalu ia menatap pada pria itu dengan sendu.

"Pulanglah Lewis, kau bisa mengambil surat cerai kita besok setelah kau bekerja. Maafkan karena aku tak bisa memberikan yang terbaik untukmu, aku masih mencintaimu Lewis, tapi aku tak bisa bersamamu lagi," ujarnya dengan senyum tipis.

"Omong kosong! Aku akan kembali besok, aku akan buktikan bahwa tak pernah terjadi apapun antara aku dengan Clara!" pekiknya marah.

Setelah Lewis pergi, Lyn disibukkan dengan banyak sekali surat menyurat. Surat perceraian, akta  kepemilikan apartemen dan properti yang ia miliki di New York dan menghibahkannya untuk Lewis, begitu juga sebuah hotel yang telah berganti nama menjadi "Lewis Hotel" adalah surat menyurat yang akan berpindah tangan esok hari.

Lyn menghubungi pengacara dan juga notaris yang akan mengurus semuanya. Lyn bahkan meninggalkan hadiah untuk Charlotte dan Julia, sahabatnya. Hanya saja yang membuatnya sedih adalah karir yang susah payah ia capai di Merre corporation kini harus berakhir juga.

"Mari bercerai, Lewis. Mari kita akhiri semuanya," lirihnya dengan air mata yang bercucuran.

Tiket Bulan Madu dari MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang