"Hotel Lewis"

303 13 0
                                    

Lewis mulai berpikir, Cinta seperti apa yang Lyn harapkan darinya? Ia telah berusaha semaksimal mungkin dan Lyn membuatnya kecewa.

Lalu apa alasannya memberikan semua harta yang menurutnya diluar nalar yang ia ketahui selama ini, siapa Lyn sebenarnya?

Lewis sudah berhari-hari berputar-putar mencari semua orang yang menjadi teman Lyn, tapi tak seorangpun yang mengetahui dimana istrinya itu berada.

Ia melihat hotel dengan nama Lewis, pengacara telah memberi tahu kalau hotel itu adalah miliknya sepenuhnya sekarang.

Lewis menghentikan mobilnya di depan hotel dan terlihat seorang petugas parkir sudah siap menyambutnya.

"Tuan Lewis, perkenankan saya membawa mobil Anda," kata pria itu. Lewis sangat heran kenapa pria itu sudah mengenalnya. Tak lama kemudian beberapa pengawal menyambutnya dengan membungkuk.

"Selamat datang, Tuan Lewis," mereka memberi hormat, lalu salah seorang dari mereka menemuinya.

"Saya akan mengantar anda ke ruangan anda, Tuan Lewis," ujarnya dan Lewis hanya mengangguk.

Sebenarnya kedatangannya ke tempat ini adalah untuk melacak keberadaan Lyn Wilson. Ia akan memeriksa kepemilikan saham dan juga asal muasal Lyn Wilson. Ia hanya tahu wanita itu pernah tinggal di beberapa tempat seperti Italia, Boston dan Austria, hanya saja Lyn adalah orang Amerika. Bahkan orang tuanya juga sering berpindah tempat.

Lewis diantar ke lantai tiga puluh dua, yaitu lantai paling atas dua lantai dari hangar helikopter. Melihat keseluruhan ornamen mewah yang menunjukkan bagaimana berkelasnya bangunan dan isi gedung tersebut.

Lewis menduduki kursi besar di belakang meja dengan perangkat komputer yang lengkap.

"Apa yang ada di sini" Lewis bertanya pada pengawal tersebut.

"Semuanya, Tuan. Semua data hotel ini ada di tempat ini. Anda tinggal mengakses apa yang anda butuhkan."

Lewis manggut-manggut. "Semuanya? Bagus, aku butuh data lengkap tentang kepemilikan hotel ini," katanya kemudian.

"Tapi Tuan, bukankah hotel ini jelas milik anda? Pembelinya adalah istri anda dan pemiliknya adalah anda. Apa saya salah?"

"Akhhgh terserah, yang penting tunjukkan padaku dimana letak file kepemilikan hotel ini!" Lewis sudah kehabisan kesabaran untuk segera tahu data diri Lyn Wilson yang sangat misterius.

"Lyn Wilson, selama ini kau menipuku dengan berpura-pura miskin, kau sangat mengerikan, kau berbohong dan melecehkan suamimu dengan uang," celoteh Lewis sementara asisten disampingnya mendengar keheranan.

Sangat melelahkan bagi Lewis karena tak ada satu sayapun yang memberikan petunjuk yang berarti. Hotel ini benar-benar dibeli atas nama pribadi, yaitu Lewis Hooper.

Iapun hendak menghilangkan penat dengan berjalan ke resto hotel di lantai bawah, sehingga bisa melanjutkan pencarian wanita tercintanya itu.

"Lewis?" ucap seorang wanita saat melihat pria itu berjalan santai menuju restoran.

"Paman, bibi, biarkan aku menemui pria itu," katanya berpamitan dengan paman dan bibinya yang sudah dianggap sebagai pengganti orang tuanya.

"Apa itu Lewis yang kau ceritakan, Clara?" tanya pamannya.

"Benar, paman. Dialah cucu kakek Hooper yang sangat aku sukai," katanya dengan bangga. "Biarkan aku membawanya ke hadapan kalian," cicitnya.

Mereka mengangguk dan tersenyum, mereka tak dikaruniai keturunan sehingga Clara adalah salah satu warisan yang paling berharga dari kakak mereka selain harta yang sangat berlimpah. Mereka sangat memanjakan Clara dan menuruti kemauan Clara.

Lewis memesan segelas Coffee latte.
"Buatkan dua Coffee latte," Clara menimpali obrolan Lewis dengan penjaga kafe.

"Clara? Apa yang kau lakukan di tempat ini?"

"Ayo ikut aku, Lewis. Ada orang penting yang aku temui di tempat ini, kau pasti akan sangat terkejut melihatnya," katanya sambil menyeret lengan Lewis.

Lewis tahu sekarang, Paman Richard dan Bibi Yolanda berada di sana.

"Kau tampak kelihatan kurus, Lewis. Kau pasti sangat tertekan karena istrimu kecelakaan," paman Richard mengucapkan simpatinya.

"Paman, istriku baik-baik saja. Ia tak pernah mengeluh karena sakit, hanya saja pekerjaan semakin bertumpuk dan membuatku letih di Malvin."

"Kenapa kau baru mengatakannya? Aku bisa membuat pekerjaanmu lebih ringan Lewis, sehingga tubuhmu tidak sekurus ini."

Clara melihatnya tersenyum senang.
"Benar bukan, seharusnya Lewis banyak bersantai. Bahkan mengurus Lyn bisa dilakukan oleh pelayan," celoteh Clara yang tak tahu bagaimana sebenarnya  Lewis dengan Lyn sekarang ini.

Seorang pria yang mengaku dirinya adalah asisten Lewis menemui Lewis.
"Tuan Lewis, ada berkas yang harus anda tangani segera berkenaan dengan pajak hotel ini, tanda tangan tersebut hanya bisa dilakukan oleh pemiliknya," kata pria itu sedikit berbicara pelan akan tetapi sangat jelas terdengar oleh Clara.

"Baiklah, aku akan segera kesana," kata Lewis singkat.

Saat berbalik menghadap Clara, ia mendapatkan Clara ternganga saking tak percaya.

"Lewis? Kau pemilik hotel mewah ini? Ah, kau sungguh luar biasa Lewis?!" pekik Clara dengan mata berbinar.

Lewis gugup saat dipandangi orang tua Clara yang juga takjub. Iapun tak tahan dan segera pamit dari tempat itu.

"Sial! Kenapa segalanya harus tepat pada waktunya?" ia merutuk sepanjang jalan. Ia tahu bagaimana Clara pasti akan semakin tergila-gila dengannya.

Tiket Bulan Madu dari MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang