Berubah

151 15 0
                                    

Lyn telah meresmikan pusat rehabilitasi penyandang disabilitas yang mendapat dukungan luar biasa dari berbagai pihak. Diluar dugaan, banyak sekali yang mendaftar sebagai peserta pelatihan tersebut.

Hal-hal positif yang harus Lyn hadirkan untuk mereka adalah membangun mental orang-orang yang terpuruk dari ketidak sempurnaan yang ada pada mereka.

Lyn juga menggaji beberapa perawat untuk membantu menjalankan misinya.

Salah seorang peserta yang hadir bernama Grace Noris, wanita ini tidak hanya mengalami keterpurukan secara fisik setelah kecelakaan yang dialaminya, dan sekarang mengalami depresi sehingga pernah mencoba bunuh diri.

Tatapan matanya kosong, seolah menatap sesuatu yang tak berarti baginya, ya, dunia ini sudah tak berarti lagi baginya.

"Nona Lyn, bukankah ini bukan bagian kita?" Yossy, salah seorang perawat merasa keberatan dengan keberadaan Grace karena sulit untuk diajak berkomunikasi. Menurut Yossy, Grace harus berada di pusat rehabilitasi mental.

"Orang tuanya, telah meminta dengan sangat untuk kita menolongnya, apakah tidak sebaiknya kita mencoba dulu?"

Yossy tahu bahwa dirinya tidak punya pilihan selain menerima keputusan Lyn, penanggung jawab yayasan tersebut.

Lyn melihat Grace melamun di tempat duduknya, seperti Lyn, ia memiliki masalah di kakinya, kaki kiri Grace tak berfungsi dan bengkok. Dokter telah mengupayakan untuk memperbaiki, tapi itu tetap tidak sempurna.

"Grace, bisakah kau membantuku?" tanya Lyn, tapi Grace tak menoleh sedikitpun.
"Aku sungguh membutuhkan bantuanmu, karena musim panas nanti agenci kami harus mengeluarkan model pakaian terbaru, sayangnya sebagian besar karya mereka adalah plagiat," keluh Lyn, sayangnya Grace tak merespon.

"Lihatlah beberapa model ini, mana menurutmu yang paling cocok untuk musim panas tahun ini?" Lyn menyerahkan lembar katalog untuk Grace, yang membuat Grace menatapnya marah.

"Hei, kenapa kau marah? Kalau tak mau, bilang saja tak mau. Aku merasa kau punya latar belakang yang bagus, tapi ternyata... ah kau bahkan seperti kotoran," umpat Lyn.

Grace semakin marah, ia merobek katalog yang diberikan Lyn.

"Sudah kubilang kau seperti sampah. Gadis sepertimu memang tak mengerti arti uang. Apa salahnya dengan kakimu? Mereka juga bagian dari hidup kita, selama kau bisa menghasilkan uang itu tak akan jadi masalah besar," ujarnya sembari memungut kertas yang dirobek Grace.

Grace melihat Lyn tanpa suara. Melihat beberapa gambar desain pakaian yang terserak, Grace terlihat bingung.

"Uang...," lirihnya.

Lyn menoleh, melihat reaksi gadis itu.

"Satu desain yang lolos seleksi, kami akan membelinya satu juta, dan bonus satu juta kalau diproduksi masal," celoteh Lyn.

Grace merebut salah satu gambar, lalu menarik tubuh Lyn ke arahnya.

"Beri aku kertas...," lirihnya.

Dari kejauhan, Yossy melihatnya dengan tegang. Akan tetapi melihat reaksi Grace, sepertinya cara Lyn berhasil.

Grace adalah seorang gadis model yang baru saja memasuki dunia modeling. Keinginannya untuk berkarir di dunia model harus kandas karena kecelakaan mobil yang dikendarainya. Di sisi lain, ia juga seorang desainer, meskipun tak terlalu berbakat dalam hal itu.

Lyn memahami, Grace tidak ingin menjadi orang lemah dan dikasihani. Tapi ia salah mendefinisikan kelemahan itu dengan kekurangan yang ada pada dirinya.

Seharusnya, kekurangan itu membuatnya harus lebih keras lagi berjuang.

Lewis baru saja tiba dan mencari keberadaan Lyn.

"Belum selesai?"

"Sedikit lagi, tunggulah sebentar, aku akan mengganti pakaianku," katanya lalu bergegas menuju ruang dalam.

Terlihat Lyn sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian casual berupa celana longgar dan kaos dengan krah sabrina, ia tampak imut dengan setelan itu.

"Kakimu, terlihat baik-baik saja," Lewis berkomentar.

"Benar, aku berharap bisa melakukan paralayang lagi suatu hari nanti, itulah sebabnya aku harus cepat sembuh," ujarnya santai.

"Ahh.. tidak, tidak, aku tak mau kau melakukannya lagi. Sudahlah...biarkan itu yang terakhir kali," Lewis sudah ketakutan membayangkan terbang di ketinggian, sekarang ia bahkan trauma meski hanya melihat orang lain melakukannya. Ia masih mengingat bagaimana Lyn terperosok dari ketinggian tanpa dia bisa menolong.

"Kenapa?"

"Aku merasa kejadian itu baru kemarin, aku masih belum bisa melupakannya, Lyn."

"Aku yang mengalami, tapi kau yang ketakutan," gerutu Lyn.
"Jadi, apa rencana kita sekarang?" tanya Lyn.

"Apa lagi? Kita akan kerumah kakek dan membawa Emma dan Emmily. Mereka harus berkenalan dengan banyak kerabatnya di mansion."

Lyn tak bisa berkata-kata. Bagaimanapun Lewis berusaha meluruskan segalanya, tapi baginya memasuki keluarga Hooper lebih membuatnya trauma dari pada terperosok dari ketinggian lima puluh meter.

Lyn memberikan pakaian indah dengan banyak lipatan di pinggangnya. Dress tutu itu sangat cantik dikenakan Emma dan Emmily. Ia juga merias rambutnya dengan kuncir ekor kuda dengan pita besar di rambutnya.

Lyn juga memakai dress mewah berwarna merah dengan kombinasi hitam pekat. Memakai sepatu heels berwarna hitam dan riasan sedikit kentara.

"Waaw, ini tak pernah kulihat sebelumnya," cicit Lewis.

"Keluargamu terlalu narsis, aku tak mau mereka selalu saja menghakimi aku," balas Lyn.

"Tapi Lyn, kau sangat berbeda sekarang."

"Berbeda? Yang mana?"

"Kau makin cantik, makin cerewet dan makin galak sekarang ini. Dan juga...,"

"Dan juga?"

"Dan juga...Ehmm..."

"Aish, ayo cepat. Kau harus menjelaskan detilnya. Sekarang ayo kita berangkat."

Kedua gadis lucu itu memasuki mobil dengan bahagia. Terlebih saat dikabarkan akan menemui kerabat mereka dari pihak Lewis, itulah sebabnya Emma dan Emmily sangat bersemangat.

"Kau bisa menjelaskan detilnya sekarang, Lewis. Terutama masalah aku makin cerewet dan makin galak," tuntut Lyn.

"Emm, masalah ini sepertinya berkaitan dengan masalah psikologis. Pernahkah kau mendengar wanita itu berubah banyak setelah mereka melahirkan anak?"

Tiket Bulan Madu dari MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang