"Charlotte!" Lyn lega melihat Charlotte turun dari mobilnya. Ia segera menghampiri Charlotte setelah turun dari BMW Lewis, setidaknya ada keluarga Lewis yang ia kenal dengan baik.
"Kau ada di sini Lyn?"
"Benar, Lewis membawaku kemari." Mereka melihat Lewis yang mulai melangkah mendekati.
"Hmm, kau sudah siap rupanya," sapa Charlotte mengatakannya kepada Lewis.
"Ya, begitulah. Oh ya, kalian bisa mengobrol dulu sebentar, aku akan kedalam memberitahu ibuku tentang kehadiranmu," ujarnya kepada mereka berdua.
"Benar, kita mengobrol dulu saja Lyn. Biarkan Lewis masuk dulu."
Lyn mengangguk patuh, lalu mengikuti Charlotte ke taman.
Charlotte menatap Lyn khawatir.
"Lyn, Clara datang ke sini. Aku harus memberitahu bahwa ini tak akan semudah yang kamu kira," ujar Charlotte setengah berbisik. "Apakah Lewis tak pernah bercerita?"
Lyn menggelengkan kepalanya.
"Si bodoh itu!" kesal Charlotte yang membuat Lyn semakin heran.
'Serumit apakah hubungan mereka?' batin Lyn.
"Charlotte, Lewis melamarku dan kami akan menikah akhir pekan ini. Aku memilih percaya kepada Lewis, aku tak akan mengungkit masa lalunya selama Lewis belum ingin bercerita."
Charlotte menatap Lyn tak percaya, masalah terbesar justru pada Clara dan juga Lewis yang terkadang bersikap masih memanjakan Clara. Charlotte tak merasa itu baik-baik saja.
"Clara, dia akan hadir diantara kalian. Apakah kamu siap untuk itu? Dia terobsesi dengan Lewis, lalu dia bertindak seperti psikopat dengan siapapun yang dekat dengan Lewis."
"Kenapa dia hadir juga di acara keluarga ini?" Lyn jadi ingin tahu.
"Uhmm, masalah itu... masalah itu...," Charlotte ragu untuk menceritakan siapa Clara dalam keluarga besar Mr. Hooper kakek Lewis.
"Charlotte!" Lewis memanggil dari balik tanaman hias berbentuk bulat seperti bola. "Lyn Wilson! Ayo kita kedalam, ibu sudah menunggu," ujarnya dengan tenang.
"Baiklah." Lewis menyambut uluran tangan Lyn dan Charlotte mengekor di belakang pasangan itu.
Di dalam, sebuah meja berukuran besar telah dikelilingi beberapa kerabat keluarga Mr. Hooper. Ada dua buah meja berukuran besar dan dikelilingi delapan buah tempat duduk, dan tempat duduk semua sudah terisi penuh.
Seorang anak usia sepuluh tahunan berdiri untuk memberikan tempat kepada Lewis dan diikuti bocah sebelahnya.
"Duduklah di sini kakak Lewis," bocah tadi mempersilahkan Lewis dan Lyn.
"Ini gadis yang aku ceritakan, Kakek," Lewis memberikan perkenalan kepada kakeknya.
"Hmm, dia adalah atasanmu?" Mr. Hooper menelisik penampilan Lyn, seakan tak percaya gadis itu memiliki jabatan lebih tinggi dari cucunya. "Dia lebih mirip dengan bocah ABG," katanya lagi.
"Kakek?" Lewis tak setuju dengan ucapan kakeknya yang mengatakan Lyn seolah bukan orang dewasa.
"Kakekmu benar, Lewis. Kita adalah keluarga yang memiliki nama besar, sedangkan kau tak lama lagi harus kembali di perusahaan Malvis, kau harus memilih istri yang berkualitas," seorang wanita paruh baya ikut bicara, Lyn yakin itu adalah ibu dari Lewis.
"Ibu, apa ucapan ibu seperti wanita yang berkualitas?" Lewis membantah ucapan ibunya.
"Apa yang dikatakan ibumu benar, kau adalah bawahan sekarang. Akan tetapi menikahi wanita dari keturunan yang tidak jelas itu tak mungkin."