BAB 16

17.4K 2.4K 1K
                                    

Holaa.. happy satnight sobat!

Hari ini para jomblo jangan sedih, karena meskipun di rumah aja, kalian bisa baca MCB 😂

Oke langsung aja. Follow ig @indahmuladiatin untuk info2 ceritaku

Happy reading guys! Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini.

🌼🌼🌼

Kesibukan di kantor serta urusan hukum antar Chika dan ayah tirinya benar-benar menyita waktu. Beruntung, karena itu dirinya tidak punya waktu luang untuk berpikir macam-macam. Meski tetap saja, di rumah dia harus menyaksikan bagaimana perhatian Raka pada Lyza.

Memang bukan masalah sih, lagipula kenapa harus jadi masalah. Itu kan hak mereka. Kalau pun mereka ingin mesra-mesraan, itu jelas bukan urusannya. Kepala Chika menggeleng, tidak, bukankah dirinya tidak ada waktu untuk memikirkan itu.

"Beberapa hari ini ada banyak projek yang lumayan menyita waktu," kata Dita sambil mengaduk makanannya.

Chika memang sedang makan siang di kantin kantor dengan Dita dan Wulan. "Lo kan sekretaris Pak Raka, yaa berarti lo orang kedua tersibuk sekarang. Pak Karel mulai ngasih projek-projek ke Pak Raka kan?"

"Yapp, dan gue ngerasa stress banget, nggak ada waktu untuk diri gue sendiri. Bahkan tengah malem pun, Raka bisa tiba-tiba telefon!" keluh Dita panjang lebar. Jarinya menunjuk mata sendiri. "Lihat! Coba perhatiin, seberapa tebel kantung mata gue?"

"Oh tenang Ta, kan ada banyak iklan penghilang kantung mata di komentar instagram. Lo tinggal buka postingan artis," kekeh Wulan.

"Yee resek lo!" keluh Dita sambil memijat bawah matanya. Dia menoleh pada Chika yang lebih banyak diam beberapa hari ini. "Ssttt." Kakinya menendang kaki Wulan dan melirikan matanya ke Chika.

"Kenapa sih ini anak?" tanya Wulan.

Dita mengangkat bahunya. "Chika! Lo kenapa? ada masalah?"

"Hah? apa? kenapa?" tanya Chika, agak kaget karena Dita mengguncang bahunya.

"Lo mikirin apa?" tanya Dita.

Chika menggelengkan kepalanya. "Nggak mikirin apa-apa." Satu senyum terukir di bibirnya. "Maaf, aku kurang fokus."

"Masih mikirin sidang bokap angkat lo ya?" tanya Wulan hati-hati. Masalah ini agak sensitif. Dia tidak mau membuat Chika tidak nyaman.

"Hem, itu salah satunya." Chika membenarkan posisi duduknya. "Sebentar lagi, Ayahku akan mendapat hukuman. Menurut kalian, apa nggak lebih baik kalau aku keluar dari rumah Rajendra?"

"Kenapa?" tanya Dita.

"Yaa alasanku tinggal di sana kan untuk sembunyi dari ayah angkatku. Aku merasa udah banyak ngerepotin keluarga Kaka." Chika tersenyum sedih. "Gimana menurut kalian?"

"Emm, mungkin lebih aman kalau lo bener-bener nunggu bokap angkat lo masuk sel deh. Setelah itu, lo bisa pikirin lagi. Tapi saran gue, lo obrolin dulu soal ini sama Tante Fian," kata Dita.

Chika menghela nafas panjang dan menganggukkan kepalanya. Yaa, benar. Dia datang ke rumah besar itu baik-baik. Jadi pergi pun harus baik-baik. Nanti dia akan pikirkan lagi.

🌼🌼🌼

Meski berhari-hari berhasil, kali ini Chika tidak bisa menghindar lagi. Di depan lift kantor, Chika tidak sengaja berpapasan dengan Raka. Chika menganggukkan kepala. "Selamat pagi, Pak."

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang